satu jam setengah perjalanan terasa ada yang sangat aneh pada tumpangannya. Awalnya goncangan yang sangat halus bahkan tidak terasa kalau terjadi goncangan, hingga semakin lama semakin kuat."Mama, Ada apa ini, Satria takut mah, hik hik hik," ucap Satria dengan wajah pucat ketakutan."Daddy, aku takut!" teriak Nara yang duduk di belakang satria bersama Hatan. Pria itu pun memeluk Nara untuk menghilangkan rasa takut gadis kecil itu. Naila pun sama ia memeluk putra yang wajahnya mulai memucat. "Tidak apa-apa, akan baik- baik saja, ada Mama di sini," ucap Naila menenangkan putranya.Dokter Rizal pun bertanya pada pilot, "Ada apa ini, Pak, bukan cuaca sangat cerah? Apa kalian tidak mengecek mesinnya, sebelum melakukan penerbangan? Apa mesinnya baik-baik saja?" tanya Dokter Rizal sambil menyugar rambutnya dengan kasar."Kadang cuaca yang cerah masih bisa terjadi turbulence, Pak. Kami akan segera mengatasinya, mencoba untuk terbang lebih rendah untuk mengatasi ini jika perlu kita akan mend
Setelah berpikir agak lama dokter Rizal pun bertanya pada pilot, "Ada berapa parasut di yang kita punya ataukah kita mendarat dengan tali? Seberapa besar keberhasilan untuk mengatasi ini?" "Kami sudah mulai bisa mengatasi keadaan Dok, kita sudah terbang lebih rendah. jika memungkinkan kita akan mendarat darurat di suatu tempat dan kami sedang mencari tanah lapang yang jauh dari persawahan," jawab pilot."Baiklah berapa jauh lagi dengan rumah sakit? Apa kau tidak bisa menurunkan kami dekat rumah sakit? Setahuku di sana ada tanah lapang," tanya Dokter Rizal.Kami usahakan untuk mencapai landasan heliped, Dok. Anda tenang saja karena memang tidak ada kerusakan mesin kami sudah mengeceknya sebelum kita berangkat, Dok. Ini faktor cuaca saja,," jawab Pilot yang terhubung dengan earphone."Ok! Lakukan yang terbaik!" perintah Dokter Rizal.Selama dua puluh menit mengalami Turbulensi membuat kepanikan mereka. Dokter Rizal menoleh ke arah Naila dan memberikan tanda dengan tangannya bahwa keada
Wanita itu Dokter Rizal menunggu jawaban dari Pria itu. "Ini, Ma," jawab Dokter Rizal dengan menarik pelan tangan anaknya untuk turun dari pangkuan Hatan."Nak, Ini Nenekmu," ucap Dokter Rizal memperkenalkan putrinya pada mama yang telah delapan tahun berpisah itu.Ratna berjongkok dan memeluk gadis itu, lalu mendongak pada Rizal, "Mana istrimu?" "Nanti aku cerita pada Mama, sebaiknya ajak Nara pergi dulu dari rumah sakit, karena kalau di sini ia tidak akan punya teman," jawabnya."Baiklah, ayo sayang ikut nenek," ajak wanita paruh baya itu."Ya sudah Mama pergi dulu jangan lupa mampir di apartemen Mama, nanti Mama share lock," pinta wanita Itu. Dokter mengangguk dan mencium punggung wanita itu dengan takzim lalu cucu dan nenek itu pergi dengan bergandengan tangan.Setelah kepergian sang Mama Dokter Rizal menatap Hatan. "Mas lebih baik sekarang saja mengantarkan Rosmala bertemu dengan suaminya, aku sudah bilang pada Dokternya ag
Begitu sampai di ruangan sahabatnya itu terlihat seorang keluar kantor sebelah ruangan CEO seperti menyambut kedatangannya. "Anda Dokter Rizal?" tanya Firda Pria itu terpaku menatap gadis itu ia teringat almarhumah istrinya. Wajahnya sangat mirip sekali bahkan postur tubuhnya, rambutnya juga. Terasa sepertinya datang dan tersenyum. "Apa ini arti dari kehadiran Naila, membawa kakiku untuk bertemu dengan gadis yang mirip denganmu Nilam," bisik hatinya"Anda Dok Rizal?" tanya Firda."Apa?" tanya Dokter Rizal mulai tersadar dari lamunannya."Apa Anda Dokter Rizal?" tanya Firda untuk ketiga kalinya."Iya saya Dokter Rizal," jawabnya sambil tersenyum."Mari saya antar, Pak Bayu sudah menunggu Anda," jawab Firda."Ya trimakasih," ucap Dokter Rizal dan Firda menekan interkom di luar ruangan lalu menyampaikan kedatangan Dokter Rizal.Tak lama kemudian Firda memutar gagang pintu lalu membukanya. "Mari masuk, Dok," ajak Firda."Hai, apa kabar? Lama sekali kau tidak menemuiku, kemana saja kau s
Dokter Rizal menatap sekertaris Bayu. "Apa dia Istri Pak Bayu?" "Betul, Dok, namanya Nyonya Naila," jawab Firda."Apa mereka punya masalah besar? Sehingga harus berpisah seperti itu," tanya Dokter Rizal dengan keingintahuannya"Wah, kalau itu saya tidak tahu Pak dan tidak berani berkomentar karena setahu saya mereka berdua itu saling mencintai, cuma Nyonya sedikit keras kepala jadi kadang pak Bayu harus memaksanya," kekeh Firda mengingat pernikahan mereka yang unik dan lucu menurut dirinya."Kalau kalau kamu bagaimana? Apa kamu menerima tawaran saya. Tadi saya akan menggajimu dua kali lipat dari gaji di sini kalau perlu sepuluh kali lipat," ucap Dokter Rizal."Hahaha, Bapak jangan bercanda Saya tidak akan mungkin bisa jadi sekretaris bapak karena Bapak adalah seorang dokter pasti membutuhkan seorang suster bukan seorang sekretaris," jawab Firda tertawa."Saya serius atau mungkin kamu bisa paruh waktu, setelah pulang dari sini kamu bisa bekerja dengan saya sebagai sekretaris," jelas D
Setelah mandi Naila memakai pakaian yang sama. Bayu menatap wanita itu dari pantulan cermin. "Sudah selesai?" tanyanya pada istrinya, "Hem ... sudah tetapi aku butuh masker. Mas dan tolong rahasiakan kedatanganku ini, Aku tidak mau semua orang tahu kalau aku sudah kembali dan akhirnya orang itu mengetahui keberadaanku," ungkap Naila."Ada, sebentar aku ambilkan, " jawab Bayu sambil berjalan menuju lemari lalu dibukanya dan mengambilnya satu serta Berjalan kembali kearah istrinya."Aku tidak mau, Nai. Kau dulu tidak akan meninggalkanku kalau aku merahasiakan pernikahan kita tapi nyatanya kau pergi dariku Sekarang aku tidak ingin itu terjadi lagi kau harus tetap berada di sisiku apapun yang terjadi," ucap Bayu penuh penekanan."Mas!" panggil Naila. "No, Naila, aku tidak akan terkecau lagi," jawabnya sambil menarik tangan wanita itu mengajaknya keluar dari ruangan itu dan pergi ke rumah sakit untuk menemui putranya.Bayu sungguh ingin bertemu dengan putranya itu, Lima tahun bukanlah wa
Naila terdiam sesaat, ia bingung harus menjelaskan bagaimana, dia melihat tatapan penuh kecurigaan pada pria tersebut . Hatan yang faham itu langsung menjawab."Saya di tunjuk nyonya Ratna untuk menjadi pengawal Nyonya, Tuan Bayu," jawab Hatan."Dia juga punya istri dan anak, Mas Hatan sudah menganggapku adik," sahut Naila takut.Bayu menyambar pinggang Naila dan memeluknya dengan sangat erat. "Aku tidak pernah mencurigamu, Nai. Kau baik-baik saja rasanya sudah sangat bersyukur, Nai. Aku seperti orang gila mencarimu, Nai, kenapa kau merahasiakan keberadaanmu padaku juga, jika saat ini kamu memintaku untuk membawa pergi dari sini pun akan kulakukan," bisiknya Naila pun menangis tersedu dalam pelukan suaminya.Tak lama kemudian petugas medis membawa Satria ke ruang inap yang sudah di minta Dokter Rizal untuk mempersiapkannya. "Siapa orang tuanya?" tanya Dokter yang menangani Satria."Kami Dok!" jawab Bayu "Mari ikut saya!" ajak Dokter ituMereka pun masuk keruangan Dokter. "Silakan du
Papa!" teriak bocah itu lagi lalu ia memejamkan matanya dan membuka matanya lagi"Apa aku bermimpi? Tetapi mataku sudah terbuka," ucapnya lucu.Bayu terkekeh. "Papa sudah datang, Boy, ternyata anak Papa tampan sekali, Bagaimana keadaanmu saat ini? Mana yang sakit, boleh papa tahu?" tanya Bayu pada putranya."Sebenarnya tadi aku cuma takut, karena helikopternya mau jatuh lalu Satria tidak ingat lagi. Benar ini papa? Aku tidak bermimpi, 'kan?" tanyanya lagi."Tidak, kamu tidak bermimpi. Ini, Papa. Coba lihat di sana itu mama, tadi mama keluar dari persembunyiannya. Sudah lama papa cari dan gak ketemu," jawab Bayu dengan tersenyum."Mama sembunyinya jauh, Pa. Nanti bilangnya sama Mama jangan sembunyi jauh-jauh biar papa mudah cari mama sama aku," jawab bocah itu dengan sangat lugunya "Ayo , apa yang kalian bicarakan! Kenapa kalian tidak mengajak Mama?" protes Naila pura-pura cemberut."Trimakasih, Mama. Sudah bawa Papa ke sini," ucap Satria membuat Naila menangis terharu.Bayu memeluk