Naila keluar dari kamarnya ia mencari bik Darmi. Namun tidak menemukannya.
Dia memandang handponenya yang berdering dari tadi dan tidak berhenti. 'Siapa dia? Aku hanya punya nomer pak Nurhan,' pikirnya mulai gelisah.Dalam keadaan seperti ini dia sebenernya membutuhkan Bayu untuk bisa memeluknya erat, dan membawanya ke dalam dada dekapan pria itu.Dengan tangan gemetar, ia menerima panggilan nomer tersebut tanpa bersuara ia menerimanya."Hello, sayang. Berapa kali pun kamu mengganti nomormu, aku akan bisa menemukanmu," terdengar suara seseorang dari seberang membuatnya terkejut dan terpaku. Tangannya begitu lemas hingga tak sanggup memegang handphone dan akhirnya jatuh di lantai.Suara jatuhan yang keras membuat bik Dar yang baru saja masuk terkejut dan segera menghampiri majikannya."Ada apa, Nona?" teriaknya.Bik Dar melihat sang nona terduduk dengan lemas di lantai lalu ia menghampirinya."Apa Nona baik-baikDengan hati berdebar, dan penuh rasa ketakutan ia mengambil handphone tersebut mulai menerima panggilan tersebut yang ternyata panggilan video."Hello Nona, ini bibi dan memakai nomernya Bang Sofyan," sahutnya saat Video call telah tersambung sambil tertawa saat melihat wajah pucat pasih majikannya."Ya, Allah Bibi, kamu mengagetkan saja, jantung saya rasanya mau lepas karena ketakutan," jawabnya kemudian."Maaf, Nona. Saya belum menyimpan nomer suami di handphone saya soalnya saya jarang nelpon dia dan dia memang gak pernah ke mana-mana selain merawat taman di vila dan kebun tuan, Nona," jawabnya terkekeh."Iya, saya mengerti, saya simpankan ya Bi, kasih nama siapa nih? Sayangku, suamiku atau siapa?" tanya Naila menggoda."Nama biasa saja Non, Bang Sofyan," jawabnya tertawa.Iya, Baik nanti aku simpankan, lalu kenapa bibi kok telpon saya apa uangnya kurang," tanyanya pada Bik Darmi.Ini Nona saya bingung mau pilihkan ba
Waktu merambat sering dengan kegelisahan dua insan yang saling berjauhan, dinginnya malam semakin membawa nelangsa. Kilas-kilasan peristiwa tak pernah berhenti berputar dalam benaknya terkadang sengaja memutar ingatan untuk melepaskan rasa rindu semakin membara.Bayu di ranjang rumah sakit yang meratapi kisahnya dan Naila yang meringkuk di ranjang di vila desa terpencil itu memeluk tubuhnya sendiri. Merangkai potongan-potongan Romansyah indahnya dengan suaminya Bayu, kadang tersenyum dan kadang menangis.Malam semakin larut Naila menarik selimutnya merapatkannya pada tubuhnya mencoba memejamkan matanya tetapi tidak kunjung bisa terpejam.Begitu juga Bayu, badannya terasa sakit semua bahkan untuk makan pun rasanya enggan jika saja Frans atau jelita yang membujuknya makan ia tidak akan makan.Ia pejamkan matanya, malam ini dia sendirian di kamar VIP itu sebab dia menyuruh Frans untuk pulang ia tak tegah melihat pria itu kelelahan mengurus dia dan pe
Herlan beranjak dari duduknya menyusul sang istri yang sudah keluar duluan dan Jelita pun juga menyusul. Bayu hanya menghela nafas."Frans antar mereka ke rumah biar beristirahat dulu, jangan biarkan mereka pulang!" perintah Bayu."Mana bisa, saya itu siapa? Kalau, tuan yang melarang mungkin bisa," jawab Frans sambil berjalan keluar kamar.Bayu hanya terdiam, dia menatap sendu pintu dan ruang kosong. Jelita berlari menyusul sang Mama."Mama jangan gitu, dong, baru sampai loh, papa juga capek loh, Ma! Nyuruh kita nikah ya gak langsung bisa dong, Ma!" gerutu Jelita."Mama gak peduli, kalian semua gak sayang sama Mama," jawab Melati pada anaknya."Ma, tunggu! Kalau Mama gak mau pulang ke rumah kita hotel saja, besok baru pulang, sekalian kita bikin anak lagi, ya. Sebab anak-anak kita tidak bisa menuruti kemauan kita, jadi bikin lagi saja," rayu Herlan.Melati menghentikan langkahnya dan menatap suaminya dengan tajam lalu me
Di apartemen mewah Jelita, Dron melakukan panggilan terhadap Tuannya."Bagaimana? Apakah kau berhasil menyusup?" tanya seseorang dari saluran telpon genggamnya."Sudah Tuan, saya berusaha meminta pada Jelita untuk bisa masuk ke divisi IT tetapi belum ada jawaban dari dia," jawab Dron."Kamu harus bisa memasuki hatinya juga Dron, buat dia tergantung padamu dan menyerahkan tubuhnya padamu dan setelah tinggalkan dia. Ingat kau sudah kubeli, seluruh hidupmu adalah milikku, mengerti!" jelas seseorang dari sambungan telpon setelah itu terputus sepihak."Ahh ...! Sampai kapan aku menuruti Anda, Tuan?" teriak Dron lirih.Bagaimana bisa ia merusak Jelita, kalau dia sendiri sangat mencintai gadis itu selama ini Dron menghilang karena ia telah memutuskan untuk melupakan gadis itu sebab dia memutuskan untuk tidak menikah karena dia sudah tidak memiliki dirinya sendiri bahkan dunianya sudah milik tuannya itu.Saat dia termenung sayup-sayup te
Di vila yang terpencil Naila sedang bersiap-siap pergi dengan bi Darmi itu mengingatkan bi Darmi akan panggilnya sekarang."Ingat panggil aku Amanda, jangan Nona! " tekannya sambil tertawa."Baik Non!" jawab bi Darmi sambil tersenyum.Mereka berdua keluar dari vila, Naila menaiki motor pak Sofyan. "Ayo lekas naik! Apa yang bibi tunggu?"Saya Naik Non?" tanya bi Darmi."Amanda, Bi. Jangan lupa!" ralat Naila."Iya, Amanda. Apakah bibi Naik di belakang, Nona eh Amanda?" tanyanya lagi karena sungkan pada majikan mudanya itu."Kalau tidak dibelakang, apa bibi mau duduk di depan? Bisa mengemudikan motor?" kekeh Naila membuat bi Darmi tertawa."Iya, saya sungkan sama Non eh Amanda," jawab bi DarmiNaila pun segera menjalankan motornya, dengan kecepatan sedang berjalan di jalanan pedesaan, beberapa orang yang berpapasan menatap mereka lalu bertanya pada bi Darmi."Siapa bi?" tanya seorang wanita pada b
Naila terkejut ternyata pria yang ada di hadapannya ini adalah pria yang membuntutinya tadi."Ini, Mbak Naila, Ya? tanyanya sok tahu"Bukan Mas, kan tadi Bapak sudah bilang kalau, mbak Nailadi jerman. saya Amanda, sebenarnya Bapak dan ibu ini adalah paman dan bibi saya tetapi sudah saya anggap orang tua saya sendiri. Sebenarnya keperluan Mas kemari apa?" tanya Naila"Saya mau sewa vila ini Mbak, untuk di tempati beberapa dokter yang betugas di sini dan Maaf tadi bututin Mbak karena saya kira Mbak Naila, mukanya mirip banget cuma bedanya Mbak gak dandan dan berpakaian mahal," jawab pria itu sambil tersenyum"Walah, yo, beda jauh tho, Mas Wong Mbak Nayla itu cantik sekali, saya ini loh apa? Cuma pembantunya Mbak Naila," kekeh Naila menyembunyikan identitas dirinya."Oh ya saya belum perkenalkan diri bukan? Nama saya Yuda. Lalu bagaimana Apakah saya bisa menyewa vila ini?" tanya Yuda."Ya tidak bisa memutuskan langsung Mas. Kar
Di layar handphonenya terpampang wajah istri dengan pakaian sederhana tanpa riasan dan mengaku orang lain dengan kecemasan yang sangat mencolok serta menahan rasa takut. Bayu menghembuskan napasnya, terasa sangat sesak di dadanya."Tolong jaga dia untukku Hugo, tempatkan anak buahmu di sisinya," pinta Bayu."Kau tidak ingin mengajaknya pulang?" tanya Hugo."Tidak, dia akan semakin jauh dariku saat aku memaksanya, aku meridhoinya Hugo dan aku harus mencari tahu siapa orang yang membuat Naila ketakutan. Hingga hidup dalam persembunyian," sahut Bayu dengan mimik wajah sedih."Baiklah, jika itu keputusanmu, Apa kau tetap merahasiakan pernikahanmu kepada kedua orang tuamu?" tanya Hugo"Iya jika mama tahu masalahnya semakin runyam, setidaknya aku akan tahu kabar istriku, jika bisa mintakan nomor wanita dan pria paruh baya yang menemaninya itu. Aku ingin mereka menjadi CCTV ku dan melaporkan semua kegiatannya setiap saat." pinta Bayu."
Jelita sudah mengambil ancang-ancang untuk memaki orang tersebut. Namun ia telah setara orang itu telah keluar dari mobilnya dan berjalan ke arahnya lalu mengetuk jendela kaca mobilnya. Jelita menurunkan jendela kacanya.Terlihat olehnya seorang lelaki gagah dengan berkacamata hitam menatap manik matanya sambil berkata, "Turun ada bom di mobilmu!"Sontak saja membuat Jelita terjengkit, dengan cepat ia membuka pintu mobil dan turun dari mobilnya."Kau siapa? Kalau ngomong jangan aneh-aneh dong! Dari mana kau tahu, kalau mobilku ada bom di dalamnya?" tanyanya."coba saja masuk dan jalankan mobilmu jika kau ingin terpanggang hidup-hidup. Aku sedang menyelematkan hidupmu, jika kau tidak mau juga tidak apa-apa," jawab Hugo sambil berjalan menuju mobilnya.Jelita yang ketakutan berlari mengejarnya Ia pun membuka pintu samping dan duduk sebelah pria itu."Antarkan aku ke kantor!" perintahnya."Aku bukan taksi online kenapa haru