Share

Pisah Ranjang

Langit panik, dia berjalan mondar-mandir di depan kamar mandi, berharap pintu di depannya itu segera terbuka dan menampilkan Bulan dalam keadaan baik-baik saja.

Langit mencoba lagi, mengedor pintu sembari memanggil nama Bulan.

“Bulan..Bulan, jawab aku.”

Sepuluh menit berlalu. Lagi, tak ada jawaban apa pun. Langit membulatkan tekadnya, dia ingin mendobrak pintu kamar mandi. Memastikan bahwa istrinya baik-baik saja di dalam sana. Baru saja dia berancang-ancang hendak mendorongnya, pintu kamar mandi terbuka. Menampilkan Bulan yang memakai piama mandinya.

“Are you ok?” tanya Langit, “Nggak ada yang terluka, kan?”

Bulan masih diam saja. Terlihat matanya yang sedikit sembab. Langit jadi merasa bersalah padanya.

“Kamu marah denganku?”

Langit mengekori Bulan sampai ke dalam walk in closet. Bulan acuh tak acuh, dia sibuk memilih-milih piama yang akan dikenakannya.

“Bulan, maafkan aku. Kamu marah?” ulang Langit kembali.

Dengan wajah linglung, Bulan membawa piamanya masuk ke dalam kamar
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status