Rafael dan Ilham masuk ke kamar mereka berdua.
"Di mana Daffa?" tanya Rafael.
"Dia pasti pergi ke tempat Nyai Sri untuk memberikan informasi yang dia dengarkan dari pembicaraan Ayuna dan Vita." Jawab Ilham.
"Benar juga, kita harus mengikuti dia ke tempat Nyai Sri." Kata Rafael.
"Ayo kita pergi sekarang! Apa kita harus memberitahu Ayuna dan Vita?" tanya Ilham.
"Tidak, Ayuna baru saja panik sebab dia baru meliha hantu. Dia membutuhkan istirahat yang cukup untuk dapat menenangkan diri." Jawab Rafael.
"Benar juga, aku lupa itu." Kata Ilham.
"Aku mengerti seperti apa Ayuna, dia tidak akan mengaku bahwa dia lelah tapi dia akan mengakui itu. Jadi, aku mengerti jika dia sudah bertekad untuk mencari informasi dia akan melakukan itu sampai dia menyelesaikannya." Kata Rafael.
"Ayuna memang tepat memilih kamu, Rafael. Kamu memang pria terbaik untuk Ayuna. Kamu mengerti seperti apa dia dan yang akan
Aku dan yang lainnya sampai di kamar lebih dulu dari Daffa. Lalu, Daffa masuk ke kamar dan melihat Rafael dan Ilham seperti kelelahan. "Kenapa dengan kalian berdua? Seperti sudah berlari jauh saja." Kata Daffa. "Kami sudah lari di jalan supaya tubuh kita sehat. Jadi, kita berlari dengan cepat supaya tubuh kita berkeringat. Memangnya kenapa? Kamu ingin ikut berlari dengan kami berdua." Kata Rafael. "Untuk apa berlari di malam hari?" tanya Daffa. "Terserah kita ingin berlari kapan saja, memangnya tidak boleh berlari di malam hari?" tanya Rafael. "Aneh saja." Jawab Daffa. "Kenapa aneh? Ini biasa saja, ada orang lain yang berolahraga di malam hari." Kata Ilham. "Benarkah? Siapa? Siapa yang berlari di malam hari?" tanya Daffa. "Ada, orang lain berlari di malam hari supaya dapat menghirup udara malam dan tidak merasa gerah." Kata Rafael. "Mungkin itu hanya kalian s
"Tapi aku mencintai kamu, Sri. Aku tidak pernah memiliki perasaan terhadap Ani. Dia hanya teman bagi aku." Kata Yudi."Itu terserah kamu saja. Kamu dapat mengurus masalah itu berdua dengan Ani. Aku tidak ingin terlibat dalam masalah percintaan kalian berdua." Kata Nyai Sri.Nyai Ani menghampiri Yudi dan Nyai Sri."Ani!" Kata Yudi."Mas Yudi, kenapa kamu tidak memilih aku? Kenapa kamu memilih dia daripada aku?" tanya Nyai Ani."Maafkan saya Ani tapi perasaan sayang tidak dapat kita atur. Saya hanya mencintai Sri." Kata Yudi."Kamu jahat sekali." Kata Nyai Ani."Aku tidak dapat menerima kamu, Yudi." Kata Nyai Sri.Nyai Sri Pergi Dari Kampung pokuta. Dia tidak ingin dipermalukan lagi. Sekarang aku mengerti alasan Nyai Sri pergi dari kampung Lamuna. Dia juga pasti membenci seluruh orang yang berada di kampung Lamuna. Aku mengerti rasa sakit yang dirasakan oleh Nyai Sri. Dia pasti menderita oleh s
Aku, Rafael dan Ilham makan bersama."Ternyata masakan Kuhar itu enak sekali." Kata Rafael."Benar, aku juga tidak menyangka." Kata Ilham."Aku menyukai masakan dia." Kataku.Setelah selesai makan, aku pergi ke kamar dan menceritakan semua mimpi aku terhadap Rafael dan Ilham."Jadi hantu yang selalu kamu dengar suaranya itu adalah Nyai Ani." Kata Rafael."Benar, dia itu orang yang membenci Nyai Sri. Sebab pak Yudi mencintai Nyai Sri tapi Nyai Sri tidak mencintai dia. Nyai Ani cemburu sebab dia mencintai pak Yudi. Kisah cinta segitiga diantara mereka. Membuat Nyai Sri pergi dari kampung Pokuta itu. Nyai Sri pergi sebab dia dipermalukan di depan umum oleh Nyai Ani. Jadi, Nyai Sri meninggalkan kampung itu. Dia tidak ingin dibenci oleh Nyai Ani dan menolak pak Yudi." Kataku."Begitu, ini gawat sekali." Kata Ilham."Gawat kenapa?" tanya Rafael."Dia pasti akan membalas den
Aku, Rafael dan Ilham pergi dari rumah Kuhar. Kami bertiga mencari keberadaan Nyai Ani di setiap tempat yang berada di kampung Lamuna ini."Di mana kita harus mencari Nyai Ani?" tanyaku."Kita harus mencari di sekitar tempat yang tertutup dan tersembunyi dari orang lain. Kita pasti menemukan dia." Jawab Rafael."Benar, kita tidak boleh menyerah begitu saja." Kata Ilham."Kenapa kalian berdua melibatkan diri kalian berdua untuk dihukum oleh Nyai Sri? Aku tahu aku yang salah sebab aku membuat masalah dengan membebaskan Nyai Ani." Kataku."Aku melakukan ini supaya kamu tidak dihukum oleh Nyai Sri. Nyai Sri akan sangat marah terhadap kamu. Dia pasti tidak akan memberi kesempatan untuk kamu, Ayuna. Jadi, aku memutuskan untuk melindungi kamu." Kata Rafael."Benar yang dikatakan oleh Rafael, kita harus melindungi kamu. Kamu juga tidak salah ini semua hanya kesalahan yang tidak disengaja. Nyai Ani sudah melakukan kesala
Waktu malam tiba, aku dan mereka berdua mencari tempat untuk beristirahat. Di hutan ini, aku tidur di tempat pertama kali kami berada di hutan ini. Di bawah pohon besar dan ada batu kecil di sekitar pohon besar itu. Aku dan mereka berdua memutuskan untuk tidur di sini.Mendadak aku memikirkan perkataan Nyai Ani tentang aku adalah anak pembawa perdamaian. Hanya aku yang mengetahui jalan untuk kembali dari tempat aneh dan menakutkan ini. Tapi aku tetap tidak mengetahui cara keluar dari sini. Aku merasa tidak enak dan bersalah sebab aku tidak menemukan jalan keluar.Suasana di hutan ini terasa sangat mencekam dan menakutkan seperti di kampung Lamuna. Cuaca malam hari terasa sangat dingin dan sunyi. Rasanya seperti tidak ada tanda kehidupan di hutan ini. Aku sadar memang tidak ada manusia di sini kecuali aku semua teman aku. Tapi aku merasa di hutan ini memang aneh dan menakutkan.Aku mencari tempat untuk dapat melihat bintang. Bintang di atas lang
"Tidak, tidak ada perkataan allahu yang menyakitkan untuk aku. Justru aku ingin mengucapkan terima kasih sebab kamu sudah merelakan Ayuna untuk aku. Kam menghargai keberadaan aku dengan menahan perasaan kamu terhadap Ayuna. Jujur itu sungguh berarti bagi aku, aku tidak tahu betapa hancurnya aku nanti jika kamu mengatakan perasaan kamu disaat Ayuna belum mencintai aku. Kamu benar, perasaan aku terhadap Ayuna adalah sesuatu yang sangat serius. Aku menang orang yang selalu bercanda di setiap kejadian apa saja tapi untuk masalah cinta ini aku sangat serius. Dalam hidup aku, aku hanya mencintai satu wanita yaitu Ayuna. Dia wanita yang membuat aku ingin serius belajar. Dia juga membuat aku ingin berubah menjadi dewasa. Dan aku ingin menjadi pria yang baik untuk Ayuna." Kata Rafael."Aku tahu itu, melihat kamu memperlakukan Ayuna dengan sangat baik sudah cukup jelas untuk aku. Meski aku mengungkapkan perasaan aku terhadap Ayuna sebelum kamu bersama dia juga tidak akan mengubah
"Maafkan aku, aku tidak dapat melihat kamu marah kepada aku. Apalagi kalau kamu marah dengan sangat lama. Aku menjadi sedih." Kata Rafael. "Baik." Kataku. Ilham terbangun dari tidurnya. "Rafael! Ayuna!" Kata Ilham. "Ilham sudah bangun, ayo kita melihat dia!" Kataku. "Baik, Ilham ini mengganggu saja. Kenapa tidak bangunnya nanti saja?" tanya Rafael sambil terlihat kesal. "Kenapa kamu ini? Apa kamu kesal karena Ilham bangun dan kita tidak dapat berbicara berdua?" tanyaku. "Itu kamu tahu."Jawab Rafael. "Dasar Rafael, selalu bersikap seperti anak kecil saja." Kataku. "Memangnya kenapa? Kamu tidak suka?" tanya Rafael. "Tidak, kamu itu seperti anak kecil saat cemburu." Kataku. "Aku memang seperti anak kecil, kamu tidak menyukai itu. Maafkan aku kalau begitu." Kata Rafael. Aku menghampiri Ilham. "Ada apa, Ilham?" tanyaku. "Maafkan a
Aku merasa sangat takut sampai aku ingin pergi dari tempat ini. Meski aku mencoba untuk tetap menahan rasa takut aku tapi tetap saja aku selalu takut mendengar suara yang tidak dapat aku lihat sosoknya. Aku belum terbiasa dengan suara yang sangat misterius. Itu membuat aku membuat kaki dan tangan aku semakin bergetar.Jeritan seorang wanita seperti sedang disakiti oleh seseorang dan tangisan anak kecil seperti kehilangan ibunya semakin keras terdengar oleh aku. Aku tidak dapat menghilangkan suara aneh dan menakutkan itu. Aku hanya ingin mencoba tenang dan tidak mendengar suara seperti itu. Tapi disaat sendiri aku selalu mendengar suara yang sangat aneh dan menakutkan padahal aku merasa tidak melakukan apapun.Suara itu perlahan mengecil dan menghilang dari telinga aku. Aku mulai bisa merasa lega dan tenang. Disaat itu mereka berdua akhirnya datang kepada aku. Aku langsung memeluk Rafael dan tidak sadar bahwa Ilham berada di tempat ini juga."Ada apa