Perlahan aku mendekati putri sambungku itu, tidak ingin menganggu dirinya, aku tetap menjaga jarak. Berharap dia tidak menyadari kehadiranku. Aku ingin tahu apa yang ada dalam hatinya, kenapa dia ingin mengunjungi makam mamanya. Lalu tadi mama mertuaku juga mengatakan hal seperti itu padaku. Apa Qia begitu merasa kuabaikan dan sedih hingga ingin curhat disamping nisan mamanya seperti yang dulu pernah aku lakukan jika aku rindu pada ibuku."Mama, sebentar lagi aku punya adik bayi. Mama Safa sedang hamil adik bayi di perutnya, awalnya mama Safa sayang banget sama Qia tapi sekarang dia tidak sayang lagi. Apa nanti aku makin tidak akan di sayangi olehnya jika adik bayiku lahir. Temanku bilang, ibu yang tidak melahirkan diriku tidak akan pernah menyayangiku tapi mama Safa selama ini selalu menyayangiku. Hanya saja sekarang dia tidak sayang lagi," ucap Qia sambil terisak. Hatiku bergetar mendengar perkataannya, anak itu menganggap aku tidak menyayanginya lagi begitu aku hamil. "Apa benar
"Istri bapak hanya perlu beristirahat, sepertinya hari ini dia terlalu capek." Itu adalah perkataan yang dikatakan oleh dokter saat tadi kami pergi ke rumah sakit. Aku sudah mengatakan pada mas Abi jika aku hanya butuh istirahat akan tetapi sepertinya Suamiku itu begitu khawatir dengan keadaanku.Dalam perjalanan menuju rumah sakit dia terus menggenggam tanganku dengan erat dan berkendara dengan sangat cepat padahal aku sudah mengatakan jika perutku sudah tidak terlalu sakit lagi. Bahkan kami saat sampai di rumah setelah pulang dari rumah sakit, lagi-lagi mas Abi kembali menggendongku dan tidak membiarkanku jalan sendiri menuju ke kamar kami. "Sudahlah kamu tidur dulu dan beristirahatlah biar aku yang menemani Qia," ucap mas Abi sambil menyelimuti tubuhku. "Mama istirahat saja aku akan bermain bersama Papa. Lagi pula hari ini kita sudah puas bermain Qia juga ingin istirahat," ucap gadis kecil itu padaku.Gara-gara mas Abi begitu heboh akhirnya putrinya juga mengkhawatirkan diriku.
POV GALIH____________Dari jauh kulihat mantan istriku turun dari sebuah mobil. Tak lama kemudian adalah laki-laki yang menghampiri dirinya, mungkin itu adalah sopirnya. Sepertinya kehidupan istriku semakin membaik saja, dulu saat bersamaku dia tidak pernah mendapatkan perhatian dan perlakuan seperti itu. Namun sekarang saat dia menikah dengan orang lain, sepertinya dia mendapatkan perlakuan yang istimewa dari suaminya.Pengabdiannya padaku dulu yang begitu banyak dan tulus namun aku anggap itu adalah kewajiban dan aku anggap hal yang biasa, akhirnya dibalas oleh pria lain yang saat ini menggantikan diriku menjadi pendampingnya.Wanita yang sudah aku sakiti itu pada akhirnya mendapatkan kebahagiaan. Lalu aku semakin terpuruk dan kehilangan segalanya. Bahkan wanita yang aku nikahi dengan meninggalkan Safa dulu, kali ini malah meninggalkanku entah kemana saat kehidupan kamu semakin terpuruk.Dengan netraku, aku terus mengikuti ke mana langkah perginya mantan istriku itu. Keinginanku t
Selera makanku makin menguap begitu mendengar tuduhan demi tuduhan di lontarkan oleh mantan suamiku itu. Ingin rasanya aku meluapkan sumpah serapah padanya, namun saat ingat aku sedang mengandung aku mengurungkan niatku tersebut. Aku hanya mengingatkan padanya jika dulu aku pernah mengatakan bahwa Dania hanya menginginkan hartanya saja. Dulu bagaimana aku harus merendahkan diri, mengemis padanya agar dia mau meninggalkan wanita itu. Bahkan aku rela menerima anak mereka asal Dania mau pergi dari kehidupan kami. Jika ingat semua itu, hatiku masih saja bergemuruh. Aku memang tidak secara langsung berkonfrontasi dengan mantan suamiku itu. Tapi pada akhirnya memang kebanyakan pelanggan yang dimilikinya hilang dan berpindah padaku. Mungkin mereka sedang menerima buah dari menyakiti diriku dimasa lalu. Setelah melihat mas Galih hendak makan, aku bergegas meninggalkannya meskipun makananku belum sepenuhnya habis. Semakin lama aku bersamanya semakin aku dibuat muak olehnya. Sepanjang perja
POV AbimanyuAku mengecup pipi wanita yang sedang mengandung buah hatiku itu, tidurnya nampak pulas dan dia telah lelah. Mungkin dia kecapekan setelah menghabiskan waktu seharian ini diluar rumah. Kemarin dia meminta ijin mencari supplier yang baru untuk usahanya yang semakin hari terlihat semakin berkembang pesat. "Sayang, bangun," bisikku di telinganya.Jika hari belum beranjak sore tentu aku akan membiarkan tidur lebih lama. Dia tersenyum dan mengerjapkan matanya. Obrolan-obrolan kami mengalir hingga akhirnya dia menyebut mantan suaminya. Ternyata lelaki itu masih saja membayangi kehidupan Safa. Bahkan kali ini dia menyalahkan wanita yang kini menjadi istriku itu atas kemunduran usaha dan kepergian istrinya. Aku tidak habis pikir dengan pria itu, apa sebenarnya dia masih menyimpan rasa pada Safa hingga terus saja berusaha mendekati mantan istrinya. Safa terlihat kesal dan mendendam, aku tidak ingin dia terus mengingat mantan suaminya itu, entah itu rasa cinta bahkan dendam sekal
Aku mondar-mandir di dalam kamar setelah meninggalkan Qia yang sudah tertidur di kamarnya. Mas Abi tidak ada di dalam kamar, sepertinya dia sedang sibuk di ruang kerjanya. Padahal tadi aku sudah membayangkan saat aku masuk ke dalam kamar mas Abi sedang menungguku. Entah kenapa malam ini aku begitu ingin dimanja olehnya, aku menginginkan sentuhannya dan pelukan suamiku itu. Beberapa hari ini Mas Abi memang terlihat sedikit sibuk, dan aku sendiri biasanya langsung terlelap begitu masuk ke kamar ini setelah menemani Qia hingga putri sambungku itu tertidur. Aku mencoba merebahkan tubuhku dan memejamkan mataku, berharap aku akan tertidur begitu saja seperti biasanya. Namun sepertinya usahaku sia-sia. Semakin aku memejamkan mata semakin aku merindukan sentuhan Suamiku. Apa yang terjadi denganku, bukankah wanita bergejolak hasratnya saat dia dalam masa-masa subur saja. Saat ini aku sedang hamil, mana mungkin bisa seperti ini. Biasanya aku malah enggan disentuh oleh mas Abi. Karena penasar
Pagi ini aku dan Qia akan berbelanja bulanan berdua saja diantar oleh supir. Biasanya kami akan berbelanja bertiga di hari Sabtu, lalu dilanjutkan makan-makan di tempat yang putriku itu sukai. Mas Abi libur kerja di hari Sabtu dan Minggu, jadi saat weekend itulah kami bertiga akan banyak menghabiskan waktu bersama. Namun sudah beberapa Minggu ini, setiap Sabtu suamiku itu selalu ada pekerjaan yang membuatnya harus meninggalkan aku dan putrinya. "Kita belanja hari Minggu saja biar bisa belanja bertiga. Kamu yakin bisa belanja berdua saja," ucap mas Abi saat aku mengatakan keinginanku tetap belanja di hari Sabtu hanya bersama Qia. "Bisa mas, kan ada supir yang nganterin. Hari Minggu waktunya kita melakukan hal lain," sahutku menjelaskan. "Hati-hati jangan bawa-bawa barang berat, ingat kamu lagi hamil.""Iya mas. Kan bawa belanjaan dari tempat belanja ke parkiran bisa pakai troli dulu, tinggal dorong tidak perlu diangkat." Setelah meyakinkan suamiku, akhirnya dia mengijinkan kami pe
POV AbimanyuHampir sebulan ini aku memang sering pulang terlambat, bahkan dihari Sabtu aku juga harus pergi ke sekolah. Sekolah kami akan ada akreditasi, aku sendiri yang memastikan segalanya berjalan dengan baik. Aku ingin penilaian kualitas dan evaluasi pada institusi pendidikan yang berada dalam pengawasanku ini berjalan baik dan mendapatkan nilai yang memuaskan. Bahkan hari ini saat aku harus mengantar istri dan putriku berbelanja, aku tidak bisa melakukannya. Hanya saja aku meminta supir untuk mengantarkan dan menjaga mereka dan melaporkan jika terjadi apapun pada istri dan anakku. Aku terburu-buru pulang ke rumah saat mendapatkan laporan dari supir jika istriku seperti menahan tangis di mobil saat pulang dari berbelanja. Ada apa dengan wanita itu, apa itu hanya karena kehamilannya yang menyebabkan emosinya naik turun atau ada hal yang lain. Bahkan saat aku sampai di rumah dan masuk ke kamar, Safa tidak menyadarinya karena tengah melamun dan menatap keluar jendela kamar kami.