" Assalamualaikum ...." Sebuah sapaan mengagetkanku yang sedang asyik dengan desain baru yang tengah aku kerjakan. "Wa'alaikumsalam," jawabku.Aku menatap ke arah wanita yang barusan memberikan salam padaku. Setelah hampir enam bulan sejak pertemuan kami di pusat grosir itu, baru sekarang aku bertemu lagi dengan Lili. Untuk apa wanita ini datang ke tempatku. Jika dia datang untuk urusan pribadi biasanya satpam akan memberitahuku terlebih dahulu. Tapi jika tamuku mengatakan datang untuk urusan pekerjaan maka satpam akan langsung menyuruhnya datang ke tempatku bekerja. "Silahkan duduk, Lili," ucapku sambil mempersilahkan duduk di depan meja kerjaku."Boleh nggak duduk di sofa aja," ucapnya meminta ijin."Tentu saja boleh." Aku berkata sambil berjalan menuju sofa yang berada tidak jauh dari meja kerja. "Mau minum apa?" tanya aku menawarkan."Tidak usah repot-repot mbak, air putih saja," jawabnya. Aku memang menyediakan air mineral kemasan gelas di atas meja di depan sofa. Sengaja
Aku sedang sibuk dengan pekerjaanku saat salah satu karyawan naik ke atas dan mengatakan jika ada seseorang yang mencari Safa. Siapa dia sepertinya dia orang yang mengenal Safa, tapi sudah lama tidak berhubungan dengan kami. Buktinya dia tidak tahu jika aku dan wanita itu sudah berpisah lama."Laki-laki atau perempuan Mbak?" tanyaku pada karyawan wanita itu."Seorang perempuan?" jawabnya."Ya sudah suruh langsung ke sini saja ya."Tak lama setelah kepergian karyawanku tersebut datanglah seorang wanita yang sepertinya familiar wajahnya, beberapa tahun lalu dia sempat bolak-balik ke tempat ini untuk mengambil pakaian dan menjualnya kembali. Kalau tidak salah ingat dia bekerja sama dengan Safa saat itu."Ada apa mencari Safa, mbak? ada yang bisa saya bantu? Maaf dengan mbak siapa?" Aku langsung bertanya panjang lebar padanya begitu dia ada di hadapanku. "Ada sedikit keperluan Pak, dulu saya pernah jualan baju-baju milik mbak Safa. Tapi sudah lama vakum dan sekarang ingin melakukannya la
POV GALIHHubunganku dengan Lili semakin dekat setelah aku bercerita tentang masa laluku bersama Safa maupun Dania. Sebagai laki-laki aku merasa jika Lili memiliki perasaan tertarik padaku. Namun dia adalah wanita yang bisa menjaga diri sehingga dia tidak serta-merta mengungkapkan perasaannya lewat kata-kata ataupun menggodaku. Wanita itu hanya lebih intens memberi perhatian perhatian padaku. Kadangkala dia tidak canggung untuk turun ke dapurku dan membuatkan masakan untukku tentu saja setelah dia meminta izin padaku terlebih dahulu. Usahaku juga perlahan-lahan mulai menampakkan progres yang sangat baik. Seperti pengganti Safa, wanita itu membantu usahaku semakin pesat kemajuannya. Setiap harinya marketplace milikku yang dia kelola mampu menjual puluhan baju bahkan pernah hingga hampir 100 buah sehari. Lili berjualan di marketplace tersebut, juga melayani pembelian grosir dan tidak mengambil keuntungan lagi. Dia bilang karena sudah mendapatkan gaji dari admin jadi wanita itu memutu
POV SafaWaktu bergulir dengan sangat cepat, tidak terasa usia Albirru sudah menginjak dua tahun, sedangkan pernikahanku dengan mas Abi hampir berjalan empat tahun. Empat tahun yang penuh dengan kebahagiaan, empat tahun yang selalu dihiasi oleh senyuman. Hal-hal kecil yang menjadi sandungan tentu saja ada seperti kecemburuan Qia pada adiknya, tentu saja itu adalah hal yang wajar. Namun lambat laun gadis kecil itu mau mengerti juga. Saat ini, Qia sudah berada di kelas tiga sekolah dasar. Seiring bertambahnya usia, putri sambungku itu juga semakin dewasa dan mengerti. Pagi yang cerah ini, kami berempat bersiap-siap untuk pergi liburan. Tepat dimana anak-anak libur setelah semesteran, begitu juga Mas Abi. Kalau aku, kapanpun mau libur biasa saja.Mas Abi, mengajak kami ke tempat dimana dulu aku dan dia staycation. Tempat yang akan kami datangi bersama anak-anak, dan kali ini kami benar-benar akan kesana. Qia dan Albi duduk di kursi penumpang belakang, putra kecilku itu duduk dengan m
"Mbak Safa disini juga ternyata," ucap Lili menyalamiku dan memelukku. Wanita itu selalu ceria dan menyapa dengan hangat saat bertemu denganku. "Kamu juga ternyata disini?" balasku sambil tersenyum"Ini pasti si jagoan, Albirru, ya." Lili berkata sambil mencubit gemas pipi putraku. "Apa kabar kalian?" tanya mas Galih menatap kearah suamiku. "Baik," jawab mas Abi pendek. Nampak suasana sedikit canggung diantara kami. Hanya Lili yang tidak pernah bersikap canggung. "Mau berenang?" tanya mas Abi pada mas Galih. "Tidak, nggak bawa baju ganti. Tadi memang tidak berniat untuk berenang tapi pas istriku melihat kalian jadi malah kesini," jawab Mas Galih. "Kamu main air saja dulu sama si kecil ini, mas. Aku ingin ngobrol sama mbak Safa. Boleh kan?" tanya Lili pada sang suami. "Baiklah," sahut Mas Galih mengalah. Kedua pria itu lantas pergi ke arah kolam renang bersama Qia dan Albi. Sedangkan aku dan Lili memilih duduk di kursi yang tersedia di tempat itu. Kami memilih kursi yang ada
Kehidupanku perlahan berubah menjadi lebih baik setelah menikah dengan Lili, wanita itu Seperti pembuka rezeki buatku. Perlahan namun pasti, usaha kami makin berkembang lagi seperti dulu. Aku mulai bisa mengumpulkan uang untuk membeli rumah mungil, setidaknya agar wanitaku itu hidup lebih nyaman di rumah yang terpisah dengan tempat usaha. Awalnya dia mengusulkan untuk membeli lagi rumahku yang dulu, namun disana banyak kenangan dengan ketiga wanita yang pernah ada di hatiku, Ibu, Safa dan Dania. Jika itu kenangan tentang ibu, aku tidak masalah, namun untuk Dania dan Safa, mereka adalah masa lalu yang tidak ingin terus aku kenang. Yang satu wanita yang aku sakiti, dan satunya lagi wanita yang menyakitiku. Hingga kini, kami belum juga memiliki buah hati, namun Lili tidak pernah mempermasalahkan hal itu. Dia tahu aku yang punya kekurangan, namun tak pernah sekalipun membahasnya. Setelah memiliki rumah, aku berkeinginan untuk membelikan mobil untuknya. Meskipun dia jarang berpergian, n
POV GALIHPagi hari saat kami hendak berjalan-jalan menikmati fasilitas disekitar hotel, tidak sengaja kami melihat Safa beserta suami dan anak-anaknya. Sebenarnya aku ingin menghindari mereka, namun Lili malah mengajakku untuk bertemu dengan mereka. Lili selalu nyaman bersama dengan Safa meskipun dia adalah mantan istriku, bahkan mereka menjalin kerjasama. Aku tidak terkejut dengan hal itu, sejak awal mereka memang sudah dekat dan Safa bukanlah orang yang pantas untuk dihindari. Rasa canggung awalannya memang menghampiri diriku, bagaimana dulu sikapku pada mereka tentu saja memicu hal tersebut. Safa nampak bahagia dengan suaminya, seorang anak laki-laki berada diantara mereka. Akhirnya Safa membuktikannya jika dia bukanlah wanita yang tidak bisa memiliki buah hati. Anak laki-laki itu lincah dan tampan, aku tidak iri pada kebahagiaan mantan isteriku itu. Aku ikut bahagia atas kebahagiaannya, wanita itu pantas mendapatkannya. Kebahagiaan yang tak pernah didapatkan saat bersamaku.Li
POV LiliLangkahku terhenti saat ada seorang memanggilku, aku berhenti di koridor menuju toilet wanita. Beberapa saat yang lalu aku baru saja keluar dari tempat itu untuk menuntaskan hajatku. Suasana disini yang cukup dingin membuatku ingin ke toilet begitu selesai makan malam bersama dengan Mas Galih dan Mbak Safa. Keduanya bertemu untuk saling membuka hati dan meminta maaf serta memaafkan. Apa yang terjadi dimasa lalu antara mereka adalah hal yang besar, banyak orang diluar sana yang pasti tidak akan bisa memaafkan perbuatan yang seperti dilakukan oleh Mas Galih, suamiku saat ini. Mungkin memaafkan bisa, tapi melupakan tentu akan sangat sulit. Meskipun begitu, Mbak Safa berkenan untuk bertemu kami, bersedia menjadi temanku, itu sungguh luar biasa. "Iya, ada apa?" sahutku malas. Wanita itu, wanita yang sudah menjadi penghancur mahligai rumah tangga Mbak Safa dan Mas Galih dulu. Lalu meninggalkan suaminya begitu saja saat dalam keadaan terpuruk, memang dia hanya ingin enaknya saja