Share

157. Kejujuran Yang Tertunda

"Apakah uang yang selama ini abi ambil harus diungkap alasannya, Umi? Berhakkah kamu atas semua itu?" cerca Yahya padaku.

Aku masih diam menatap dan menunggu apalagi yang dia ungkapkan untuk melakukan pembelaan. Meskipun dia sebagai kepala keluarga tidak seharusnya memberi contoh seperti itu. Aku berusaha melawan tatapan matanya.

"Apa? Ingin jadi istri durhaka yang tidak bisa mencium aroma surga, begitukah?" Lagi, suamiku menghakimi aku dengan dosa dan aroma surga.

Sebagai seorang muslim, pasti inginkan surga dengan berbagai cara yang halal. Namun, apakah cukup dengan berbakti pada suami kita bisa menghirup udara surga dengan bebas? Pasti tidak, ada berbagai cara dan jalan yang sudah di gariskan.

"Apakah ada salahku untuk menanyakan hal itu, Bi? Apa bedanya aku dengan Abi? Aku yang kerja setiap hari, sementara Abi ...?" Kuberanikan diri untuk melawan kalimatnya, hatiku berdebar.

Ini adalah satu langkah berani yang aku ambil selama ini. Dulu mungkin aku hanya diam mengikuti alur yang
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (1)
goodnovel comment avatar
SAKUR sakur
ceritan ya bagus mengajarkan ke sabaran.tapi kapan karma datang.kapan istri bahagia. maaf sebelumnya
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status