”What????” Hanna membelalakkan matanya.
Hampir semenit mereka berdua hening. Bola mata Hanna membara. Ucapan Will membuat tekanan darah Hanna naik, hingga sedikit terasa menegang di punuknya. Saat ini Hanna ingin sekali meloncati meja itu dan menghajar Will.
"Apa tadi kau menghabiskan sarapanmu?" Tanya Hanna dengan wajah kesal.
Will mengernyitkan dahinya, "Hmm, tidak. Aku hanya minum jus wortel dan tomat saja. Mengapa?"
Sudut bibir Hanna naik sebelah, "Pantas saja otakmu tidak bekerja dengan baik. Terapi sentuhan katamu?" Hanna memalingkan wajahnya ke luar kaca, "Cih! Dasar pria mesum gila. Hampir saja aku mempercayai omonganmu. Aku memang membutuhkan pekerjaan tapi tidak jika itu harus memberi kau sentuhan. Maaf aku tidak mau. Kau cari saja wanita lain. Di luar sana banyak tuh yang menjajakan di pinggir jalan, kau ambil saja mereka. Aku masih memiliki harga diri." Hanna menolak mentah-mentah tawaran Will. Raut wajahnya terlihat serius d
Saat Will sedang mengintai, seseorang tiba-tiba menepuk pundaknya. Detik itu juga Will hampir berteriak karena kaget. Rupanya itu adalah Sean yang hendak berkunjung ke rumah Hanna.”Hei! Jika orang lain yang melihatmu, pasti mereka mengira kau adalah pencuri yang sedang mengintai calon korbanmu.” Sean mengikuti arah pandangan Will.Sean membelalakkan matanya dengan mulut terbuka lebar. Gadis yang dicintainya ada di depan sana dan Will sedang mengintainya. Sontak itu membuat Sean menjadi berang.”Dasar mesum. Kau sedang mengintip kekasihku.” Sean menarik kerah baju Will yang membuat Will menengadah.Begitu melihat rupa Will yang tersembunyi di bawah topinya, Sean menjadi salah tingkah. Ia mengenali Will Greyson. Tentu saja, siapa sih yang tidak mengenal seorang Will. Penyanyi yang hilir mudik di semua siaran televisi juga konsernya yang selalu sukses. Sebenarnya Sean salah satu penikmat lagu Will. Hanya Hanna saja yang kurang
”Spontanitas? Jadi maksudmu kau risih bila aku memelukmu?””Tidak. Bukan itu maksudku.””Lalu apa? Kau tahu itu melukai perasaanku. Kau mendorongku seolah-olah aku ini semacam kotoran saja.” Kimberley membuang pandangannya ke sudut ruangan.Will menghela napas, ia merasa bersalah telah mendorong gadis manja itu. Ia tahu betul, jika Kimberley tidak mau menatap wajahnya artinya gadis itu sangat membencinya. Tidak ada pilihan lain bagi Will. Meminta maaf pun, toh gadis itu tidak akan menolerir penyesalan Will.'Mungkin ini sudah saatnya aku memberitahu tentang phobiaku.' Will bergumam.Will berjalan mendekati tempat duduk Kimberley dan duduk di sampingnya.”Kim, sebenarnya..” Will terdiam sejenak, ia masih ragu untuk mengungkapkan penyakitnya. ”Kau tahu kan, sejak kecil aku beg
Begitu mendengar itu, Hanna hampir menyembur Sean dengan soda yang baru saja ia minum.”What??””Kau bercanda! No way! Sekalipun ia pria terakhir di bumi ini, aku tidak akan berkencan dengannya. Mengapa kau bertanya tentang itu?” Hanna balik mengintrogasi Sean.Sean merasa kikuk, ”tidak ada. Aku Hanya sembarang ngomong saja.” Sean cengar-cengir kepada Hanna.Hanna mengangkat tinjunya dan menggertak Sean, bibirnya komat-kamit.”Jika kau menyebut nama si brengsek itu lagi aku akan meninju wajah mulusmu ini.” Ancam Hanna, matanya melotot memandang Sean.”Ok, aku tidak akan.” Sahut Sean mantap.”Ini sudah malam, kau pulanglah. Aku mau istirahat.” Hanna lekas berdiri dan membuka pintu untuk Sean, memberi isyarat dengan mata agar Sean keluar.Seolah mengerti dengan kod
'Aku akan mengalahkanmu, rubah gila. Kau lihat saja nanti apa yang akan aku lakukan. Haha..' Will tertawa lepas di dalam kamarnya.Suasana hatinya sedang baik. Will kemudian memainkan grand pianonya, alunan nada yang harmonis terdengar mengisi seluruh bangunan megah itu. Setiap jemari lentiknya menekan tuts dengan lembut. Menghasilkan resonansi nada yang luar biasa indah dan menyentuh hati bagi yang mendengar.Puas bermain piano, Will mengambil ponselnya yang ada di atas meja. Kemudian menekan tombol panggilan. Dia scroll dari atas ke bawah mencari nomor Hanna, begitu mendapatkannya ia tersenyum licik. Tidak lama Will menunggu panggilan itu dijawab. Hanya butuh beberapa detik saja.[ ”Apa kau sudah memikirkan tawaranku kemarin?””Kau? Berani-beraninya kau menghubungi aku lagi! Sudah kukatakan aku tidak tertarik dengan tawaran gilamu itu.” Sahut Hanna dari s
”Upss,” Hanna keceplosan mengatakan tentang pernikahan. Sekarang ia malah kebingungan menjawab semua pertanyaan ibunya itu.”Hmm, ibu aku……””Kau apa?” Selidik Nyonya Mery.'Aku harus bilang apa sama ibu. Jika kukatakan Si brengsek itu mengajak aku menikah, ibu pasti akan dengan senang hati memberikan aku kepada si angkuh itu.’ Gumam Hanna dalam hati.Pergumulan terjadi dalam batin dan benaknya. Ia pandang ibunya, Nyonya Mery pun balik memandangnya dengan tatapan penasaran.”Beritahu ibu, apa sebenarnya yang terjadi? Mengapa Tuan Greyson memecat ibu? Dan apa hubungannya denganmu juga pernikahan?”Hanna tampak ragu untuk mengatakannya.”Ibu, sebenarnya si brengsek yang kukatakan kemarin adalah Will Greyson. Aku baru kenal dengannya dan kata
”So, bisa kau beritahu aku, apa yang kau katakan pada gadis itu?” tanya George penasaran.Will melirik, ”mengapa kau begitu peduli dengan yang aku katakan kepadanya?””Ya, aku hanya ingin mengevaluasi saja. Apakah itu permintaan yang baik atau tidak? Sehingga membuat gadis itu menolakmu. Karena setahuku sih, kau orang yang menyebalkan. Aku khawatir kau mengatakan sesuatu yang menyinggungnya.” Ujar George.Will terkekeh mendengar ucapan psikiater sekaligus temannya itu. Dulu Will sering berkonsultasi dengan George saat ia sedang dalam keadaan tidak baik. Hampir tiap-tiap pekan ia mengunjungi George. Lama-kelamaan mereka menjadi teman. Mengingat jarak usia mereka tidak terlalu jauh, mereka cepat akrab. Sejak saat itu, bilamana Will sedang dalam masalah ia akan membagi masalahnya kepada George terlebih dahulu dibandingkan Kimberley. Jelas saja, George akan memberikanny
”Mari kita putus!” Ucap Hanna dingin.George yang mendengar itu bagai disambar petir di siang bolong. Ia terdiam, terduduk lesu air mukanya kehilangan cahayanya. Muram.”Mengapa kau tiba-tiba mengatakan ini? Apa aku menyakitimu?” tanya George, nada bicaranya terdengar putus asa.”George, aku wanita yang tidak suka terjebak dalam hubungan yang lama. Aku suka bosan. Tadinya aku sempat ingin melanjutkan hubungan ini, tetapi setelah mengetahui kau dan si brengsek itu berteman bahkan ide gila juga saranmu, aku tidak berniat lagi. Mungkin ini terdengar tidak masuk akal bagimu. Tak masalah.” Hanna menjelaskan alasannya kepada George.Sementara pria malang itu merasa terpuruk dan terpukul. Ia terlanjur mencintai gadis itu. Oleh karena itu, ia menjadi hilang harga diri, menangis di depan gadis itu. Berharap adanya kesempatan kedua.”
”Hmm, aku tidak bisa menjamin itu. Biarkan saja waktu yang menjawab. Semua butuh proses ditambah dia gadis yang sedikit, hmm…kau tahu kan maksudku.” Tangan Will bergerak-gerak.”Tidak masalah. Urusan Hanna serahkan saja kepadaku, Tuan. Gadis itu akan menerima lamaran ini.” Balas Nyonya Mery.Wah! Bahkan sekarang ia terkesan menjual anak gadisnya itu. Ck!ck! Semakin kembanglah hidung mancung Will Greyson. Sekarang ia merasa berada di atas awan. Rencananya akan berhasil dan tentu saja impiannya untuk mengencani Kimberley akan terwujud begitu ia sembuh nanti. Pembantu dan majikan itu tenggelam dalam khayalan mereka masing-masing. Yang satu memikirkan Kimberley dan yang lainnya memikirkan menimang cucu. Sungguh sangat sesuai dengan istilah dalam pelajaran biologi, Simbiosis mutualisme.”Baiklah kalau begitu. Aku percaya kepadamu. Kau mendapatkan pernikahan putrimu dan aku me