Setiap murid memperlihatkan kemampuan dan keunggulan yang mereka miliki, sebagai tolak ukur posisi mana dalam kelompok yang bisa diisi. Pandya mengamati dengan seksama sambil menyusun strategi untuk 3 kelompok yang akan dibuatnya. Dia hanya berharap jika nantinya mereka tidak akan melawan kelompoknya sendiri, sehingga mereka dapat tetap melanjutkan ke tahap selanjutnya bersama."Aku akan mengingat nama kalian perlahan, dan sebagai informasi aku akan cepat mengingat nama murid yang memiliki kemampuan yang menonjol. Jadi, kalian harus bisa mengembangkan kemampuan agar aku bisa segera mengingat nama kalian! Dan untuk saat ini aku sudah menyusun kelompok dengan nomor urut kalian!" Pandya memperlihatkan secarik kertas di tangannya."Seperti kalian lihat, aku membagi kalian secara rata dengan melihat kemampuan yang kalian miliki. Namun, untuk strategi yang akan kalian gunakan itu tergantung pemimpin kelompok masing-masing," jelas Pandya sambil mengarahkan pandangan kepada Dipta dan Atreya.P
Semua menganggukkan kepala tanda setuju dengan ucapan Pandya. Walaupun, ada beberapa murid yang mengangguk dengan ragu, namun tidak merubah pemikirannya dan tetap setuju dengan semua rencana yang sudah diatur. Bahkan, beberapa murid sudah tampak antusias karena dapat mempelajari ilmu dari ajaran lain dengan cuma-cuma.Kesempatan yang mereka dapat kali ini tidak mungkin bisa terulang, dan mereka semua cukup puas walau dengan resiko yang cukup sulit. Tapi itu semua sepadan dengan berbagai ilmu yang dapat mereka pelajari setelah ini. Dan itu semua berkat kepemimpinan Pandya yang cukup terbuka namun tetap dengan batasan."Kalian bisa memilih kitab yang ingin kalian pelajari terlebih dahulu! Namun, jika kalian ragu maka kalian bisa menanyakannya kepada Pangeran Pandya. Beliau akan memberikan saran yang tepat sesuai kemampuan yang kalian miliki!" jelas Dipta sambil menatap ke arah Pandya."Benarkah Pangeran akan memberi saran untuk kami?!" tanya seorang murid berkulit cukup gelap dibandingk
ZHIIING!Suara tenaga dalam yang mulai dikeluarkan oleh Pandya menggema di dalam ruang latihan itu. Aliran Energi kembali mengelilingi seluruh tubuhnya, namun warna yang dikeluarkan cukup berbeda karena tercampur dengan tenaga dalam milik Sakra. Masih dengan mata terpejam, Pandya mencoba mengontrol percampuran tenaga dalam dan aliran energi itu agar tetap mengalir menjadi satu kesatuan.Jumlah tenaga dalam yang sangat besar membuat Pandya cukup bersusah payah untuk menahannya. Keringat dingin mulai mengalir, menandakan seberapa besar kekuatan yang kini mulai menyatu. Untunglah Sakra membantu Pandya untuk membatasi tenaga dalam miliknya secara bertahap, untuk mengetahui batasan yang dapat dilakukan oleh Pandya."Apa ini sudah batasmu?" Sakra tampak khawatir dengan wajah Pandya yang mulai memucat."Sepertinya ini memang sudah batasanku untuk saat ini!" jawab Pandya sedikit tercekat.Sakra langsung menghentikan penggabungan tenaga dalam itu, dan menyimpan kembali tenaga dalam miliknya."
Cukup lama hingga Pandya bisa paham dengan maksud Sakra, yang membuat seutas senyum mengembang diwajahnya. Hampir saja dia melupakan niatan awalnya setelah mengetahui batasan kekuatan yang dia dapat. Padahal, sejak awal dia sudah penasaran dengan peningkatan kekuatan setelah dirinya kini memiliki tenaga dalam milik Sakra.Kemampuan yang sudah sering digunakannya dengan bantuan Sakra, sudah pasti bisa dia gunakan sendiri setelah tenaga dalam miliknya bergabung dengan milik Sakra. Seperti ucapan Sakra sebelumnya, kini Pandya tidak perlu lagi berada di bawah bayang-bayangnya. Dan itu membuatnya bersemangat, namun dia sendiri hampir lupa dengan hal itu."Bagaimana caraku agar bisa menggunakannya? Sepertinya sulit jika tidak mempraktekkannya secara langsung." Pandya berpikir dengan keras sambil kembali duduk bersila."Apa fokus utamamu? Penyembuhan atau Menyalin?" tanya Sakra tegas.Pandya menatap ke arah Sakra. "Kenapa aku harus memilih diantara keduanya?" tanya Pandya bingung."Ckk...," S
Kesembilan murid duduk berjajar diruang latihan, sambil mengatur aliran energi beserta tenaga dalam milik mereka. Aliran energi yang mereka pancarkan memiliki warna yang berbeda-beda. Tapi, ada satu murid yang mencuri perhatian Pandya karena warna yang terpancar cukup mencolok dibandingkan yang lain.Pandya cukup lama menatap murid yang memiliki aliran energi yang cukup gelap itu. Dengan postur tubuh yang tidak teralalu berotot, awalnya dia mengira jika warna yang keluar karena tingkat tenaga dalam yang masih rendah. Namun, warna gelap yang terlihat sangat berbeda dengan aliran energi yang belum matang dan malah terlihat sebaliknya.CTTTKKK!"CUKUP!" teriak Pandya sambil menjentikkan jarinya untuk menetralisir ruangan dari pencampuran aliran energi yang membuat ruangan cukup pengap.Semua menghentikan semedinya, dan saling memandang murid yang lain untuk mencari penjelasan. Mereka bingung, mengapa meditasi yang belum ada 5 menit dilakukan langsung dihentikan begitu saja. Padahal, bagi
"Seperti yang sudah kalian tahu tentang ujian tahap 3, kita akan memperebutkan papan nama milik para guru. Apa kalian bisa menebak inti dari ujian itu? Mengingat di ujian kedua terdapat perubahan aturan tepat sebelum ujian akan selesai." Pandya memulai pembicaraannya."Saya juga curiga dengan ujian itu. Bukankah terlalu sederhana jika meminta kita melawan para guru, walaupun itu juga bukan hal mudah." Dipta menanggapi dengan pemikirannya."Saya juga yakin ada maksud lain yang terselubung di ujian kali ini!" Atreya ikut menimpali.Dua murid yang tersisa tidak memberikan jawabannya. Mereka berdua memilih fokus untuk bertahan dengan posisinya yang tidak berubah selama beberapa jam. Dengan keringat yang sudah membasahi tubuh mereka walaupun tanpa bergerak.Mereka berlima sedang dalam posisi kuda-kuda milik Pandya yang bertumpu pada tubuh bagian bawah. Sejak awal Pandya hanya meminta mereka untuk bertahan sesuai kemampuan mereka. Namun, nyatanya mereka dapat bertahan cukup lama, walaupun t
(Enam hari kemudian)Pagi itu seluruh penjuru akademi terasa sangat berbeda dari biasanya. Mengingat apa yang telah terjadi selama hampir satu minggu, membuat suasana terasa senyap dan mencekam.Bahkan, tidak terlihat seorang murid pun yang berkeliaran bahkan di halaman utama. Padahal, itu adalah tempat dimana para murid biasa melakukan pelatihan mereka—selain di ruang pelatihan milik pemimpin kelompok kecil.Namun, seperti tidak menghiraukan keadaan, tiga kelompok kecil pengikut Pandya tampak berjalan bergerombol menuju halaman utama. Mereka terlihat bahagia dapat melihat langit cerah, setelah selama hampir satu minggu hanya bisa bolak-balik asrama, area dapur dan ruang pelatihan."Apa benar tidak masalah kita keluar seperti ini?" tanya Dipta pada Atreya yang sudah duduk bersila di salah satu sudut halaman utama."Sepertinya tidak masalah jika hanya sebentar. Lagipula, murid-murid yang lain tampak penat dengan pelatihan selama ini. Lihatlah! Wajah mereka tampak sangat bahagia hanya k
Pemimpin dari gerombolan itu tampak tersenyum dengan lebar, setelah melihat ekspresi panik mereka."Hahaha...Wajah kalian sudah seperti tikus yang sedang terpojok!" ucap murid itu sambil tertawa puas.Puluhan murid yang mengepung bersiap menyerang sembari menunggu aba-aba dari sang pemimpin."Bukankah itu Gala dari Ajaran Sihir?" tanya Atreya memastikan."Benar, Pangeran. Dia pasti sengaja menyiapkan jebakan ini!" jawab Raka yang menatap ke arah Gala dengan tajam."Kami berdua sudah pernah menjadi korban ketamakannya!" sahut Candra dengan tangan yang mengepal.Gala yg melihat mereka saling berbicara dan tidak menghiraukannya menjadi kesal. Belum pernah ada yang berani dengan sengaja mengacuhkannya seperti itu."Sial! Apa kalian meremehkanku?!" teriak Gala dengan wajah memerah menahan amarahnya.CTKKK CTKKKKGala memberi aba-aba kepada pasukannya untuk bersiap. Ketiga murid yang terkepung tampak membelalakkan mata karena terkejut dengan para murid yang semakin mendekat. Atreya semakin