Setelah habis menyantap bubur yang dibuat Rafael.meskipun gambar dan tidak merasakan rasa apapun masakan itu lebih baik daripada masakan Rosaline. Seperti yang dikatakan gadis berambut merah itu, dia petarung bukan koki. Masakan Rosaline bisa membuat orang sakit perut."Memangnya kenapa kalau tidak bisa memasak," gerutu Rosaline. Dia ke dapur lalu melihat bahan makanan dengan cekatan dia mencoba memasak."Bukankah ini mudah, tinggal dimasukkan saja semuanya," gumam Rosaline memotong sayuran yang ada lalu merebusnya di dalam panci.Rosaline melihat Rafael turun dengan membawa wadah kosong. Sepertinya Pangeran Yuasa sudah menghabiskan sarapannya."Kau sedang memasak?" Rafael mendekati Rosaline dan melihat semua bahan telah dimasukkan."Lain kali masukkan satu persatu sesuai dengan tingkat kematangannya, tidak semua bahan memiliki tingkat kematangannya yang sama. Dan jangan kesal dengan tingkah manja Yuasa, dia itu memang pilih-pilih makanan," ucap Rafael."Tuan Rafael sepertinya begitu
Pangeran Yuasa menghela napas panjang. "Ayo ambil senjata," ucapnya dan membawa Rosaline ke ruang bawah tanah. Seperti sudah hafal dengan seluk beluk rumah ini, Pangeran Yuasa sama sekali tidak kesulitan menemukan sebilah pedang tunggal yang ramping lalu sebuah pedang besar yang seperti milik Adrian. Sebuah busur dan beberapa bom tangan. "Untuk apa?" tanya Rosaline saat Pangeran Yuasa menyerahkan pedang besar kepada Rosaline. "Berikan pada Adrian, pedang itu cukup berat kau tahu aku terlalu lemah mengangkatnya," ucap Pangeran Yuasa. Pedang tunggal besar yang hampir setinggi dirinya memang cukup berat. Tapi Rosaline mengangkatnya hanya dengan satu tangan. "Klan Red Ruby memang luar biasa kuat," batin Pangeran Yuasa. "Lalu untuk apa busur dan anak panah ini?" tanya Rosaline yang mengalungkan busur serta anak panah ke punggungnya. "Untuk berjaga-jaga. Biasanya jam pagi akan ada ...." "Kita cepat ke atas saja," lanjut Pangeran Yuasa. Disaat Rosaline dan Pangeran Yuasa bergegas na
Pangeran Yuasa benar-benar takjub, Andrian seorang diri melenyapkan monster yang besarnya tiga kali lipat dirinya. "Rasanya percuma ya tadi mengkhawatirkan Adrian," gelak tawa Pangeran Yuasa terdengar."Pangeran!" teriak Adrian.pangeran Yuasa merasakan krisis di belakangnya berdiri monster yang sama dengan yang baru saja dihabisi Adrian sudah bersiap menerkamnya.Slash!Rosaline memotong cakar yang hampir melukai Pangeran Yuasa. Adrian dan Rosaline bersama-sama menghadapi monster ini.Graaa Seekor monster kecil yang tidak tahu datang dari mana menerkam tubuh Pangeran Yuasa. Darah segar keluar dengan deras."Kenapa banyak monster!" Adrian langsung menebas monster kecil itu dan melepaskan Pangeran Yuasa."Mustahil?!" Monster kecil itu tidak langsung mati meskipun di tebas oleh pedang Adrian."Pangeran!" "Tidak apa-apa, aku bisa memulihkan lukaku," jawab Pangeran Yuasa. Dari tangannya keluar cahaya dan luka di bagian dada akibat terkaman monster itu telah sembuh."Rosaline, bawa Pange
Rafael masuk ke dalam rumah dan melihat Pangeran Yuasa duduk di lantai bersandar ke dinding dekat pintu."Astaga, Yuasa! Kau tidak apa-apa?" Rafael mendekati Pangeran Yuasa dan memeriksanya."Hanya lelah saja, Paman," jawab Pangeran Yuasa.Rafael melihat baju bagian dada Pangeran Yuasa yang terkoyak, jelas terlihat bekas cakaran di bagian itu. Namun, tidak ada luka di sana. Rafael tahu, Pangeran Yuasa sudah menyembuhkan lukanya sendiri."Berapa kali kamu melakukan penyembuhan?" tanya Rafael langsung, dia berasumsi kelelahan yang terjadi akibat menggunakan kemampuan penyembuhan terlalu sering.Pangeran Yuasa mengangkat dua jarinya hingga Rafael tahu berapa kali dia melakukannya."Itu sedikit, tak mungkin kamu kelelahan jika hanya dua kali," balas Rafael."Adrian terluka cukup parah akibat bola petir," sambung Rosaline.Rafael menghela napas panjang, "Pantas saja kalau bola petir, kau memperbaiki luka luar juga luka panas akibat dari petir itu."Adrian terbelalak dia hanya tahu tubuhnya
Persiapan kali ini sudah benar-benar matang. Rafael mempersiapkan semuanya dengan baik. gambar segel yang berada di lantai dilengkapi kristal energi di setiap sudutnya. Kemudian dia juga melengkapi dengan segel barrier berlapis untuk membantu Rosaline nantinya mempertahankan barrier miliknya. "Sepertinya sudah lengkap semua," gumam Rafael.Fury dengan malas tiduran di dekat pintu ruangan yang dibuka lebar-lebar. Dia memejamkan matanya bersama Pangeran Yuasa yang bersandar di perut hangat naga itu."Adrian, kemarilah," panggil Rafael menyerahkan dua buah kristal energi. "Ini?" Andrian baru kali ini mendapatkan kristal energi. Benda ini cukup mahal harganya dan juga sulit didapatkan."Kali ini tidak perlu membuat barrier biar Rosaline saja, dan tugasmu menjaga barrier itu tetap utuh. Perkuat Rosaline." Rafael menepuk pundak Adrian dan berjalan ke arah Rosaline."Rosaline ini untukmu gunakan semuanya, kamu perlu energi lebih untuk mempertahankan barrier. Kali ini harus bisa menyelesaik
Pangeran Yuasa tidak mengerti dia merasa kepalanya berdengung dan keberadaan orang lain selain dirinya mengambil setengah kesadarannya."Aurum!" Pangeran Yuasa memanggil sang naga dalam benaknya."Ya, segel memang sudah terbuka dan aku bebas, tapi aku belum memiliki tubuh fisik, yang kau lihat tadi masih berwujud jiwaku saja," balas naga itu dalam benak Pangeran Yuasa."Jiwa? Lalu di mana tubuhmu?" tanya Pangeran Yuasa dalam benaknya."Nanti kau juga akan tahu, jika saatnya tiba," jawab sang naga dengan suaranya yang berat dan serak.Rafael yang sudah melihat naga emas Pangeran Yuasa masuk ke tubuhnya justru melayangkan serangannya. "Menghindar Yuasa!" teriak Rafael dengan seringainya sengaja menyerang Pangeran Yuasa.Rosaline langsung membuat barrier melindungi Pangeran Yuasa, sehingga serangan itu tidak mengenainya."Mundur Rosaline, biarkan aku mengujinya!" seru Rafael dan Rosaline pun menganggukkan kepalanya.Sekali lagi Rafael menyerang Pangeran Yuasa di atas Fury, serangan yang
Pangeran Yuasa membuka matanya perlahan, kepalanya sakit dan dia mengerang karenanya. Menyadari dirinya berada di kamar, artinya dia pingsan dan dipindahkan."Aku memang lemah," gumam Pangeran Yuasa."Tidak lagi selama ada aku," balas suara berat dan serak dalam benaknya."Aurum, kau sudah bangun?" "Tidak juga hanya menjawabmu saja, aku mau tidur lagi," balas naga itu."Adrian!" Pangeran Yuasa langsung bangkit dari tempat tidur saat dia teringat dengan kelakuan arogannya mencuri kekuatan pemilik kristal merah itu. Dia keluar menuruni tangga dan melihat ketiganya sedang berada di ruang tamu."Adrian, maafkan aku," ucap Pangeran Yuasa. Mata biru Lazuardinya menatap Adrian dengan rasa bersalah."Santai saja, Pangeran. Saya baik-baik saja," jawab Adrian tersenyum ke arah pangeran tampan yang terlihat merasa bersalah itu."Tapi, yang tadi itu keterlaluan," lanjut Pangeran Yuasa, memelintir ujung bajunya, dia masih merasa tidak enak hati atas sikapnya."Pangeran, jika Anda memerlukan kekuat
Rafael yang merasa Pangeran Yuasa sudah cukup stabil dan mulai terbiasa dengan kehadiran naga di benaknya memutuskan untuk mengembalikan mereka bertiga ke ibukota."Kalian lebih baik kembali, Yuasa tetap berlatih di Redlion, bersama dengan Adrian. Lalu daftarkan dia untuk seleksi prajurit tingkat 1. Selanjutnya untuk ke akademi biar aku saja yang menemaninya," terang Rafael."Tuan Rafael sebelumnya bolehkah saya bertanya?" Rosaline mengeluarkan keberaniannya untuk bertanya."Apa? Tanyakan!" balas Rafael."Siapa Anda sebenarnya,?" tanya Rosaline.Rafael menatap gadis berambut merah yang memandangnya penuh tanya, keberadaan dirinya mungkin tidak bisa lagi disembunyikan. Baik Adrian maupun Rosaline kini berhubungan dekat dengan Pangeran Yuasa dan dirinya tidak mungkin lagi bersembunyi."Baiklah, duduklah kalian," pinta Rafael lalu dia menoleh ke arah Pangeran Yuasa, "kau juga duduk!"Mereka bertiga memperhatikan Rafael seperti anak kecil menunggu cerita dongeng."Jadi ... namaku Rafael B