Sikap dingin Sienna tidak menyurutkan sedikit pun niat Allen. Pria itu kembali berkata, “Sienna─”“Apa kamu tidak bisa mengerti ucapanku?” sela Sienna dengan sinis.“Aku tidak akan pergi sebelum kamu menjawab pertanyaanku,” ucap Allen yang masih berkutat dengan kegigihannya.Sienna mengeratkan rahangnya dengan kesal. Ia membutuhkan ketenangan saat ini. Namun, melihat Allen begitu bersikeras, ia pun berpikir jika ia perlu menyelesaikan hubungannya dengan pria itu. Jika tidak, Allen sepertinya tidak akan berhenti mengganggunya.Selain itu, sebenarnya ia juga ingin mengetahui jawaban atas hal yang selama ini mengusik pikirannya terkait alasan Allen pergi tanpa pamit padanya.“Baiklah. Tapi, aku yang bertanya dan kamu yang menjawab,” cetus Sienna melontarkan aturan di antara mereka.“Sienna—”“Jelaskan padaku siapa kamu sebenarnya? Dan kenapa nama keluargamu bisa berganti? Apa kamu sudah membohongiku sejak awal? Dan ke mana saja kamu dua tahun ini? Apa benar kamu pergi ke Irlandia seperti
“Sienna, kamu tidak percaya padaku?” selidik Allen yang tampak kecewa.“Aku percaya atau tidak, apa itu penting?” cibir Sienna dengan sinis.“Sienna, aku─”“Kamu mau pergi dari sini atau aku yang pergi?” sela Sienna yang sudah muak bicara dengan pria itu.Selera makannya untuk mencicipi makanan khas Negeri Ginseng itu seketika lenyap setelah berbicara dengan mantan kekasihnya tersebut. Namun, pria itu masih saja tetap tidak berniat beranjak dari tempat duduknya.Allen kembali berkata, “Aku tahu kamu tidak akan mau berbicara denganku, tapi … aku tidak ingin membohongi perasaanku, Sienna. Bagiku, bertemu denganmu lagi adalah sebuah takdir yang mengingatkanku kalau kamu masih berlabuh di hatiku. Aku yakin kamu juga pasti belum bisa melupakanku, bukan?”Suara tawa remeh meluncur dari bibir Sienna. Ia tidak menyangka Allen tidak memiliki malu untuk mengatakan hal itu di saat statusnya saat ini telah menjadi seorang pria yang berkeluarga.“Apa kamu sudah gila, hm? Aku rasa anganmu terlalu t
Allen tersentak. Sontak, ia menoleh dan memaki, “Berengsek! Siapa yang─”Suara Allen tersendat ketika melihat sosok Anna Bentley yang telah menatapnya dengan tajam.“Siapa yang kamu panggil Berengsek, hm? Aku rasa kamu sedang memanggil dirimu sendiri,” cibir Anna yang membuat ekspresi Allen menggelap.Akan tetapi, Anna tidak peduli dengan kemarahan pria itu. Justru, ia sudah bersiap siaga dengan kuda-kudanya untuk menghajarnya apabila Allen berani memukulnya.Allen masih ingat jelas jika Anna adalah pemegang sabuk hitam judo. Ia tidak bisa sembarangan menyinggung gadis itu atau salah satu tulangnya harus rela dipatahkan!Namun, Allen tetap memasang wajah marahnya dan berkata. “Jaga ucapanmu, Anna Bentley. Ini bukan urusanmu. Jangan ikut campur.”Anna tersenyum smirk. Ia meletakkan kembali gelas yang diambilnya dari baki pelayan restoran yang baru saja ingin disajikan ke meja lain.“Nanti aku a
Sienna telah kembali ke tempat duduknya bersama Anna. Makanan dan minuman yang dipesannya tadi telah diantar oleh salah seorang pelayan.“Aku hampir saja lupa memberikan kadomu,” ucap Anna sembari mengeluarkan kado yang telah dipersiapkannya dan menyerahkannya kepada Sienna. Ia juga telah mempersiapkan kue tart kecil dan meletakkannya di atas meja mereka.“Wah, kamu begitu royal, huh? Padahal kamu tidak perlu serepot ini,” ucap Sienna seraya membuka bungkusan kado yang diberikan sahabatnya tersebut. Ia sangat takjub ketika melihat isi di dalamnya.“Ini … ini serius untukku?” tanya Sienna dengan wajah syok ketika menemukan sebuah tablet keluaran terbaru yang selalu diinginkannya.“Tentu saja serius dong. Aku sudah tahu kalau kamu pasti akan menyukainya. Kamu pasti sangat membutuhkannya untuk mendesain karyamu.” Anna menjawab dengan bangga.Bola mata zamrud Sienna tampak berkaca-kaca. Ia pun langsung menghambur ke arah gadis itu dan memeluknya dengan erat. “Terima kasih, An,” cicitnya d
“Menjaga jarak? Apa yang terjadi, Sienna?” Anna telah mengerutkan keningnya dengan bingung.Sienna pun menceritakan segala dugaan yang terjadi kepada sahabatnya tersebut. Anna sangat terkejut mendengar pengakuannya.“Kenapa kamu begitu ceroboh, Sienna?” tukas Anna dengan frustasi.Sienna tersenyum pahit. “Aku tidak berpikir terlalu jauh. Salahku memang,” akunya.“Tapi … tapi, dia belum tahu kan kalau kamu mau menyelidiki hal itu?” tanya Anna lagi.Sienna menggeleng. “Entahlah. Dia tidak bertanya apa pun. Malah kembali jadi Zombi Kutub lagi. Dingin, tapi tidak terlalu menyebalkan seperti dulu,” jawabnya.Anna menatap Sienna yang sibuk membalikkan daging di atas panggangan yang ada di hadapan mereka.Dahi Anna mengerut. Ia tampak tertegun dan bergumam, “Aneh sekali. Kenapa dia diam saja? Tidak seperti Lucas Morgan yang pernah kudengar. Apa jangan-jangan ….”“Jangan-jangan gila kali,” timpal Sienna dengan malas.Anna berdec
“Aku rasa kamu ajukan surat pengunduran diri saja, Sienna. Sekalian gunakan hal itu untuk menguji Zombi Kutubmu itu,” cetus Anna yang membuat Sienna terperangah.“Bagaimana kalau dia malah langsung menyetujuinya?” balas Sienna.“Lho, bukannya kamu tadi bilang memang mau mengundurkan diri? Kenapa? Jadi kamu tidak rela meninggalkan Zombi Kutub kesayanganmu itu, hm?” goda Anna sembari mencolek dagu gadis itu.Sienna berdeham canggung dan berkata, “Siapa bilang kalau aku tidak rela. Tentu saja aku akan berhenti dari pekerjaan itu, tapi bukan sekarang juga. Aku hanya … hanya masih berpikir kalau aku masih membutuhkan uang untuk membayar hutangku kepada Martin.”“Cih, alasan saja,” timpal Anna. Ia tahu jelas jika Martin McKenzie tidak akan menagih uang kepada Sienna karena pria itu tidak pernah kekurangan uang.“Aku tidak beralasan kok. Walau dia tidak meminta uangnya, tapi aku tetap harus membayarnya nanti,” celetuk Sienna yang mencoba untuk membela diri.“Iya deh. Apa katamu saja,” sahut
“Kamu di mana, Sayang? Apa malam ini kamu ada waktu?” Suara manis nan manja seorang wanita terdengar dari seberang ponsel Allen. Namun, raut wajah Allen masih terlihat kesal. Ia tidak menjawab pertanyaan lawan bicaranya tersebut dan malah berkata, “Jemput aku di dekat jalan Broadway sekarang.” “Lho, ke mana mobilmu?” tanya wanita itu dengan nada yang terdengar kaget. Allen memang meninggalkan mobilnya di gedung Luminous. Saat tadi ia melihat Sienna keluar dari kantor, tanpa berpikir panjang, ia langsung mengikutinya karena ingin mencari kesempatan untuk berbicara dengannya. Siapa sangka Sienna malah memperlakukannya dengan dingin dan sekarang ia malah menjadi seperti lelaki tercampakkan dengan penampilan yang mengenaskan. “Ceritanya sangat panjang. Pokoknya sekarang juga jemput aku. Ada hal penting yang ingin kubicarakan juga denganmu,” tukas Allen dengan netra yang bergerak mengawasi sekitarnya. “Baiklah,” sahut wanita itu, lalu sambungan telepon mereka pun terputus. Perlahan
“Virus apanya? Kamu pikir aku sudah gila?” protes Lucas dengan kesal.Namun, Oliver malah menertawakannya dan beranjak dari duduknya. “Aku rasa kamu butuh sedikit minuman penyegar,” ucapnya.“Kamu tahu kan kalau aku paling tidak suka minuman keras, Oliver,” sahut Lucas sembari berdecak malas.“Tenang saja. Aku tidak akan membuatmu mabuk. Kamu hanya akan merasa lebih rileks, Luke,” ucap Oliver dengan penuh percaya diri.Tanpa menunggu tanggapan Lucas, Oliver berjalan menuju ke meja bartender dan mengambil beberapa botol minuman keras, kemudian meraciknya.Tidak berapa lama kemudian, Oliver pun menyuguhkan minuman racikannya kepada Lucas. “Minumlah sedikit. Kamu pasti akan menyukainya,” ujarnya.Alis Lucas bertaut. Netranya memandang minuman berwarna biru dengan dasar berwarna keemasan tersebut dengan ragu. “Kamu tidak menambahkan yang aneh kan?” selidiknya dengan sorot mata penuh curiga.Akan tetapi, Oliver tidak tersinggung. Ia malah tertawa kecil, kemudian mengambil minuman tersebut