“Wah! Gaun ini sangat cantik sekali. Kamu sangat memahami seleraku, Sienna,” puji Ivory dengan girang setelah memeriksa hadiah perkenalan yang dibelikan Sienna untuknya.
Ivory tidak berbohong. Model gaun yang dibelikan untuknya sangat cocok dengan seleranya. Ia menerka jika Lucaslah yang telah memilihkannya.Begitu juga dengan Ivona. Ia mendapatkan sepasang sepatu yang diinginkannya. Gadis itu memang suka mengoleksi sepatu dan memiliki puluhan pasang sepatu di kamarnya.“Terima kasih, Sienna,” sahut Ivory.Ivona juga ikut mengutarakan rasa terima kasihnya kepada Sienna meskipun masih terlihat sungkan menerima pemberian gadis itu.Sienna tersenyum sumringah. “Sama-sama, Kak. Tapi, Lucas juga ikut andil dalam memilihkan semua barang ini. Sepertinya dia sangat memahami kalian," ujarnya.Ivona dan Ivory pun menoleh kepada adik laki-laki mereka dan berkata serempak, "We love you, Luke."
Lucas hampir saja tersedak minumannya dan menatap t
“Aku belum bilang sama Allen kalau aku akan menginap di sini, Ibu,” ucap Ivory yang membuat wajah ibunya tampak marah.“Kenapa juga kamu harus bilang sama dia? Seharusnya dia paham kalau kamu kembali ke rumah orang tua itu maunya menginap,” celetuk Veronica yang tidak suka dengan sikap putrinya.Ivory menghela napas panjang. Ia tidak lagi merasa heran dengan respon ibunya. Sejak ibunya mengetahui bahwa bisnis keluarga Grant mengalami masalah, ibunya selalu saja meremehkan suaminya.“Ibu, Allen tidak pernah melarangku untuk menginap. Aku hanya perlu memberitahunya saja biar dia tidak perlu datang menjemput,” terang Ivory atas ucapannya tadi.‘Jadi … suami Ivory namanya Allen?’ terka Sienna di dalam hati. Ia masih kaget mendengar nama suami Ivory yang mirip dengan nama mantan kekasihnya.Sienna tertegun sejenak dan kembali teringat dengan rekaman kamera pengawas yang dilihatnya beberapa
“Kalian buat iri saja. Bisa tidak kalian bermesraan di luar saja?” celetuk Ivona yang telah memanyunkan bibirnya.“Makanya buruan kamu cari pacar,” ledek Ivory yang membuat saudari kembarnya itu semakin kesal.“Tidak perlu buru-buru. Aku lebih suka sendiri seperti ini daripada harus seperti kamu yang menangis-nangis tidak ada teman,” balas Ivona dengan ketus.Tadi Ivona mendengar sendiri keluhan Ivory mengenai kesepiannya hingga harus mencari teman dari media sosial. Daripada harus menikah dan pada akhirnya harus mengeluh, Ivona lebih memilih hidup bebas tanpa ikatan.“Siapa juga yang menangis? Jangan asal bicara,” timpal Ivory yang tidak bisa menerima penghinaan adiknya itu.“Kamu selalu saja berpura-pura kuat. Aku tahu kok kamu tidak bahagia menikahi laki-laki itu,” celetuk Ivona yang dapat merasakan perasaan kembarannya itu.“Ivona, kamu tidak usah sok tahu deh. Daripada me
“Masuklah. Tidak usah sungkan,” ucap Ivory mempersilakan Sienna untuk masuk ke kamar tidurnya yang biasa digunakannya saat masih gadis.Ivona tidak ikut ke kamar tersebut karena ia harus pergi ke kamarnya dulu untuk mengambil beberapa peralatan kosmetiknya.Sienna hanya bisa terkesima melihat kamar tidur bak seorang putri yang didominasi dengan warna merah muda dan putih. Berbagai perabot juga didominasi dengan warna yang sama. Ia menyadari jika kehidupannya dengan nona muda keluarga Morgan tersebut sangatlah berbeda jauh.Bahkan Cindy Sherwood yang selalu mendapatkan kasih sayang dan fasilitas dari Calvin Sherwood saja tidak dapat dibandingkan dengan para nona muda keluarga Morgan!“Kemarilah, Sienna!”Ivory mengajak Sienna untuk memasuki ruangan wardrobe-nya. Di dalam ruangan itu terlihat beberapa lemari dan laci kaca yang berukuran besar yang berisi aneka ragam pakaian, tas, aksesoris hingga sepatu yang masih terawat dan
“Ivory, sebenarnya aku pakai gaunku yang sekarang ini juga tidak apa-apa kok,” timpal Sienna yang merasa gaun tersebut sangat berlebihan baginya.Ivory tertegun. Ia memandang penampilan Sienna selama beberapa saat. Ia akui jika gaun yang dikenakan calon adik iparnya itu tidak buruk dan sangat modis.Namun, untuk pergi ke acara seperti anniversary hotel Sherman, ia merasa Sienna membutuhkan gaun yang lebih memukau dan menjadi perhatian semua orang.Apalagi Sienna adalah putri keluarga Sherwood yang pastinya harus mendapatkan sorotan dari para tamu yang hadir. Ivory tidak tahu jika Sienna adalah putri tiri keluarga Sherwood karena Lucas tidak menjelaskannya.“Tapi, gaunmu terlalu sederhana, Sienna,” kritik Ivory dengan terus terang.“Aku rasa tidak perlu terlalu wah juga,” timpal Sienna yang mencoba untuk menolak tawaran kakak Lucas tersebut.“Bukannya nanti kamu pergi dengan Lucas? Jangan sampai nanti
“Perfect!” Suara seruan Ivory memenuhi ruang riasnya. Ia memandang wajah Sienna yang terpancar indah pada cermin di depan meja riasnya. Saudari kembarnya—Ivona masih sibuk menyapukan brush pada wajah gadis itu untuk meratakan perona pipinya. Ivory ikut membantu menata rambut Sienna. Ia membuat gelombang pada rambut bagian bawah Sienna dengan hair curler dan menatanya agar terlihat lebih elegan. Kedua kakak beradik itu sangat antusias melakukan bagian mereka. Mereka merasa seperti memiliki seorang adik perempuan yang bisa diajak untuk bermain salon kecantikan. “Tanganmu benar-benar seperti pesulap, Ivona. Kamu semakin pintar mengeluarkan pesona seseorang dengan riasanmu,” puji Ivory kepada adik kembarnya itu. Ivona tersenyum smirk. “Tentu saja dong. Kamu pikir aku berlatih selama delapan tahun ini hanya untuk bermain-main?” timpalnya dengan bangga. Ivory pun berdecak sebal. Namun, ia tidak dapat memungkiri keahlian adik kembarnya itu. “Bagaimana, Sienna? Apa kamu suka dengan ria
“Jeng! Jeng! Jeng!” Seruan Ivory yang dipenuhi dengan semangat, mengalihkan pandangan Lucas dan ayahnya. Kedua pria berbeda generasi itu memandang sosok Sienna dari ujung rambut hingga ke ujung kaki dengan takjub. “Ehem! Bagaimana pendapat kalian?” tanya Ivory yang merasa sangat bangga seolah sedang memperlihatkan sebuah maha karya miliknya kepada ayah dan adiknya. Ivory berdecak sebal. “Kenapa kalian malah diam?” protesnya saat tidak mendengar tanggapan apa pun dari keduanya. Lucas berdeham pelan. Ia berusaha menata ekspresinya terlebih dahulu, lalu perlahan ia menghampiri Sienna, meraih tangan gadis itu dan bergumam, “Kamu sangat cantik, Sienna.” “Terima kasih,” cicit Sienna dengan gugup. “Itu saja?” Malah Ivory yang mengajukan protesnya. Ia menatap adiknya dengan kecewa. Padahal tadi Ivory berharap Lucas akan memberikan pujian yang lebih heboh, tetapi seperti yang diduga sebelumnya, Lucas hanya bisa menunjukkan ekspresi datarnya. “Memangnya Kakak berharap aku mengatakan apa?
“Akhirnya sandiwara telah berakhir,” gumam Sienna seraya tersenyum lepas.Gadis itu menghela napas lega setelah dirinya masuk ke dalam mobil Lucas. Pria itu telah melajukan mobilnya keluar dari kediaman keluarga Morgan.“Apa ada yang aneh dengan penampilanku, Lucas?” tanya Sienna ketika memergoki Lucas yang mencuri pandang ke arahnya.Lucas tidak menjawab. Ia hanya melirik Sienna sekilas dan kembali memfokuskan pandangannya ke jalan dan berkata, “Jangan senang terlalu cepat. Sandiwara kita belum berakhir.”Sontak, tatapan Sienna berubah menjadi tajam. “Apa maksudmu, Lucas? Apa lagi yang mau kamu lakukan?” selidiknya.“Sepertinya sekarang kamu jadi makin berani memanggil namaku langsung,” timpal Lucas tanpa menoleh.Sienna mengerucutkan bibirnya dan menatap pria itu dengan kesal. “Kamu sendiri yang menyuruhku untuk memanggilmu seperti itu. Kenapa sekarang malah menyalahkanku?” sungutnya.“Kamu pikir aku suka bersikap seperti ini?” imbuh Sienna yang enggan mengakui perasaannya.Padahal
Sienna memandang Lucas dengan wajah yang sangat syok. “Kamu benar-benar mau pergi ke sana? Bukankah tadi kita hanya berpura-pura?” selidiknya.Satu alis Lucas terangkat. “Jadi hanya karena hal ini kamu sampai berteriak dan memintaku berhenti?” selidiknya.“Ini bukan sekedar ‘hanya’, Lucas. Kita tidak mungkin datang ke acara itu bersama-sama,” ucap Sienna mengingatkan pria itu.Alis Lucas bertaut. Ia telah menatap gadis itu dengan tajam. “Apa maksudmu bicara seperti itu? Apa aku tidak pantas datang ke sana bersamamu atau aku akan membuatmu malu?” selidiknya dengan suara yang terdengar tidak senang.Sienna menghela napas panjang. Ia tidak mengerti kenapa Lucas bisa berpikiran sejauh itu.“Bukan begitu. Bukankah kita hanya berpura-pura saja di depan orang tuamu? Aku tidak ingin sandiwara dan kebohongan ini sampai menyebar ke dalam keluargaku, Lucas. Ini terlalu berlebihan,” terang Sienna atas kekhawatirannya.Lucas pun tertegun. Ucapan Sienna menyadarkannya bahwa sandiwaranya sudah melew