Berani sekali laki-laki ini menyentuh Nana di depan anggota keluarga Tanjaya? Apa dia pikir mereka sudah mati? Michael menatap dingin ke arah tangan Kevin. Dia ingin sekali mencakar laki-laki itu di hadapan semua orang saat ini. Kevin buru-buru melepaskan tangan Nana lalu melangkah mundur setelah dia menyadari kalau dirinya sudah kehilangan ketenangannya. Namun, Nana buru-buru meraih tangan Kevin dan berhasil menggenggam ujung tangan Kevin yang terasa dingin. Kemudian Nana menggelengkan kepalanya yang menandakan kalau dirinya baik-baik saja. Kevin merasa sedikit terkejut dan bingung di saat yang bersamaan. Karena dia tidak pernah menyangka kalau mereka masih bisa saling menggenggam tangan dalam keadaan seperti ini. Mereka berdua saling berpandangan dan berkomunikasi tanpa mengeluarkan suara sedikit pun. Keluarga Tanjaya yang berada di dekat mereka tidak bisa merasa tenang ketika melihat perilaku kedua sejoli itu. “Nana, kamu ngapain!” seru Darren. Kemudian dia melangkah maju ser
Ekspresi Wilson tampak keruh, dia menatap lelaki itu dengan sorot khawatir. Nana juga mendorong Darren dan maju mendekat. Perempuan itu menangkap sorot aneh dari kedua bola mata Kevin. Perasaannya sangat panik dan dengan suara serak dia berkata, “Tunggu … aku ….”Suara perempuan itu membuat Kevin tercenung. Semua awan gelap yang ada di balik matanya sirna. Kevin menatap Nana dengan lekat sambil bertanya, “Nana, suaramu?”Mata Nana memerah seketika. Dia menggigit bibir bawahnya tanpa mengeluarkan suara lagi. Sorot lelaki itu tampak semakin dalam. Bahkan ujung matanya sedikit memerah. Dengan perlahan dia berkata, “Kamu bilang sekali lagi, coba aku dengar.”Nana membuka mulutnya tanpa mengeluarkan suara lagi. Air mata perempuan itu mengalir dengan deras. Detik itu juga Wilson tahu kalau ada yang tidak beres. Dia menatap Nana dan juga Darren dan menemukan tatapan sedih yang coba mereka tutupi. Setelah itu dia menatap Darren yang memasang ekspresi keruh. Akan tetapi lelaki itu tengah mencob
“Tap-““Aku nggak mau dengar alasan lain. Aku hanya mau semuanya menghargai pendapat adikku!” potong Michelle. Ketiga kakaknya yang lain memasang raut kaku dan saling berpandangan sejenak. Mereka menangkap sorot tidak berdaya dan juga menyerah di mata mereka masing-masing.Michael yang keluar terlebih dahulu, setelah itu Darren menggeleng dan pergi dari sana. Eddy menatap wajah pucat Nana dan seperti hendak mengatakan sesuatu. Namun pada akhirnya kalimat tersebut tidak bisa dia ucapkan dan hanya mengelus kepala Nana sebelum keluar dari sana.Michelle menghela napas lega dan mengangkat wajahnya. Tatapannya langsung bertemu dengan sorot penuh rasa terima kasih milik Nana.“Kalian ngobrol dulu,” ujar Michelle sambil menghela napas dan keluar dari ruangan.Wilson tampak tidak berkata apa pun dan hanya mengikuti langkah Michelle. Setelah itu dia juga menutup pintu ruangan hingga rapat. Suasana di ruangan tersebut mendadak menjadi sunyi. Nana dan Kevin berdiri diam di tempat mereka masing-ma
Nana mengangguk dengan cepat.“Dasar, bodoh,” gumam Kevin sambil menatap Nana dengan lembut.“Kamu nggak perlu pulang untuk mencariku karena aku yang akan mencarimu.”Nana menatapnya dengan mata membulat dan mendengarkan lelaki itu yang kembali berkata, “Setelah urusan Keanu selesai, aku akan menyingkirkan semua potensi resiko yang bahaya, aku akan mencarimu dan memintamu pada orang tuamu dan kakakmu semuanya. Aku akan buat mereka dengan sukarela menyerahkanmu padaku.”Mata Nana kembali berembun. Dia menggigit bibir sambil mendengarkan semua ucapan lelaki itu."Aku akan membuat mereka benar-benar tenang dan merestui kita. Aku nggak ingin kamu merasa serba salah dan bingung. Kamu nggak pernah berada di antara aku dan keluargamu, kamu adalah orang yang kami semua sayangi secara bersama. Aku akan menyelesaikan semua ini dengan baik, lalu membuatmu menjadi calon pengantin dengan tenang.""Setelah kamu dan kakakmu berangkat, kamu jangan merasa tertekan. Santai saja dan istirahat dengan bena
Tidak heran jika Nana khawatir karena dia sendiri juga merasakan hal yang sama. Sampai hari ini, wujud Keanu masih belum terlihat. Hal itu membuktikan bahwa dia bersembunyi dengan baik. Mereka masih ada satu pertempuran yang harus dihadapi. Melalui kejadian ini, Kevin baru bisa terlepas dari bayang-bayang di hatinya.Wilson menerima dan menyanggupi permintaan perempuan itu. Dia memberi tahu Nana melalui tatapannya dan berharap perempuan itu bisa lebih kuat lagi. Wilson bisa merasakan kenapa Kevin begitu cinta mati dengan Nana. Alasannya karena Nana memang pantas diperjuangkan.Nana melihat Wilson yang menjawabnya, senyumannya seketika merekah lebar. Dia tidak menoleh ke belakang lagi dan melanjutkan langkahnya keluar dari sana. Nana tahu kepergiannya sekarang hanya untuk pertemuan yang lebih indah lagi. Dia juga tahu kalau orang yang ada di belakangnya pasti akan tetap menunggunya.Dengan adanya keyakinan seperti itu sudah lebih dari cukup untuknya. Nana masuk ke dalam mobil bersamaan
Kedua mobil tersebut berjalan bersisian. Bagian jendela kaca pengemudi bergerak turun. Sosok Selena terlihat mengemudikan mobil sambil berseru, “Nana! Kamu jangan kabur dulu!”Nana mendekat ke arah jendela dan tampak tertawa mendengar kalimat tersebut. Tatapannya terlihat terkejut sambil melambaikan tangan ke arah mereka. Setelah itu dia mengerutkan kening sambil memberikan gerakan untuk berhenti.“Kalian berhenti dulu! Mobilku nggak bisa mengejar kalian! Kemampuan menyetirku saja yang hebat!” seru Selena.“Nana, Nana!” Sosok Laura menyembul dari bangku penumpang samping pengemudi.“Tolong berhenti, Selena buat aku takut dengan setirannya! Nyawaku nyaris melayang!”Sebenarnya mobil Nana sudah perlahan menghentikan kecepatannya. Setelah itu mereka mencari sebuah tempat untuk berhenti.Selena membuka sabuk pengaman dan langsung melompat turun dari mobil. Dia menutup pintu dan berkacak pinggang dengan gayanya yang gagah. Laura juga ikut turun bersamaan dengan Nana yang terlihat terkejut.
Baru saja Nana hendak bertanya, sebuah suara bariton terdengar dari samping dan berkata, “Boleh.”Mereka menoleh dan terlihat Eddy yang sudah turun dari mobil dan melangkah mendekat. Di belakang lelaki itu juga terdapat Darren yang ikut mendekat. Mungkin karena aura yang keluar dari diri Eddy, Laura dan Selena langsung bersikap tegap dan kalem. Mereka menyungging senyuman sopan pada lelaki itu.“Pak Eddy!” sapa keduanya secara bersamaan. Eddy mengangguk kepalanya sebagai balasan. Darren yang di belakang lelaki itu berkata, “Kenapa nggak ada yang menyapaku?“Halo, Kak Darren,” sapa Selena sambil tertawa kecil.Laura menjulurkan lidah dan berkata, “Karena Kakak nggak setampan Pak Eddy!”“Hei! Kalian ini! Kenapa selalu memojokkanku? Kalian jatuh cinta denganku?!” marah Darren sambil berkacak pinggang.“Kak Darren, ternyata kamu nggak tahu malu!” balas Laura.Keduanya beradu mulut dan melupakan sosok Eddy. Seulas sorot senyuman tampak di kedua bola mata lelaki itu. Sepertinya dia menemukan
Nana mengelus dagunya dan mulai memikirkan bagaimana menyusun rencana untuk membantu Anji. Selena tersenyum menyaksikan keluarga bahagia tersebut. Matanya memancarkan sorot iri dan juga bahagia. Sepertinya dia tidak akan pernah bisa merasakan rasa bahagia seperti itu.Perempuan itu tersenyum miris. Sifatnya yang memang pendiam terlihat menjadi penyendiri jika dibandingkan dengan keributan yang terjadi di sekelilingnya. Selena menggelengkan kepalanya dan mencoba menyembunyikan perasaan sedih di hatinya. Sorot sedih di kedua matanya dengan cepat digantikan dengan senyuman.Dia lanjut menyaksikan keributan Darren dan juga Eddy yang sibuk menitipkan pesan pada Nana. Yang tidak diketahui olehnya adalah, semua sikapnya sedari tadi tidak luput dari tatapan seseorang yang ada di dalam mobil.Michael dan Michelle memilih untuk tidak turun dari mobil. Jika mereka semua turun, maka akan membuat orang merasa tertekan. Bagaimana pun mereka adalah teman-temannya Nana. Sudah lebih dari cukup jika Edd