Keluarga Sinarta sangat tenang seperti biasanya, hanya Tuan Sinarta dan Rama yang tau betapa buruknya hubungan mereka saat ini. Perusahaan begitu sibuk dan rumor soal Keluarga Barat masih terdengar hingga sekarang. Banyak orang menebak-nebak siapa yang akan dijatuhkan oleh Nayla pertama kali.
Rama tentu saja tidak takut tapi jelas itu bukan hal yang baik untuk keluarganya. Hyu adalah adik kesayangannya dan ia sebenarnya memaklumi semua hal yang dilakukan Nayla. Sebenarnya ia ingin mendukung, hanya saja ia tidak tau bahwa ada beberapa hal yang dilakukan oleh keluarga Sinarta yang berhasil membuat Nayla marah.
Sekarang hal yang bisa dilakukan oleh Rama adalah mengamankan apa yang bisa diamankan. Ia tidak tau seperti apa dampak dari gerakan Nayla kali ini, jadi ia harus berjaga-jaga.
Rama berjalan menuju Rumah Sakit Sinarta. Itu merupakan rumah sakit pusat yang dikembangkan langsung oleh tangannya. Walaupun bisnis kesehatan b
Sean menatap ke jendela mobil sambil memeras tangannya dengan gugup. Ia tak menyangka hari ini akan tiba dan sebentar lagi ia akan bertemu dengan dua orang yang menghantui mimpinya selama ini. Dua orang yang ia cintai dan sayangi, dua orang yang berakhir buruk karena ulah dan tangannya sendiri. Wajah Sean terlihat sedikit pucat, ia telah memotong rambut dan segala jenis tindikan di wajahnya telah tersingkir. Penampilan semacam ini adalah penampilan yang tidak pernah Sean tunjukkan pada orang lain sebelumnya dan itu berhasil membuat orang-orang disekelilingnya merasa khawatir. Akan tetapi suasana hatinya begitu suram hingga tak memiliki tenaga ekstra untuk menghibur atau menenangkan orang lain. Mobil masih melaju dengan kecepatan sedang, Rama memang sengaja melakukannya untuk membuat suasana semakin tenang dan harmonis. Ia adalah kakak dari Hyu dan Sean adalah orang yang sudah ia anggap adik kandungnya sendiri. Melihat Sean murung dan berbeda dari biasanya membuat Ram
Kamar mereka cukup luas untuk tidur berempat. Belrissa yang begitu aktif terus mengoceh dengan suara tak jelas hingga tengah malam dan itu berhasil membuat Hyu harus begadang lagi. Sedangkan Nayla dan Emilio masih tidur dengan nyenyak seolah semua hal yang terjadi di luar tidak pernah ada.Hyu menggendong Belrissa dan membawanya keluar kamar, agar suara gadis kecilnya tak mengganggu istirahat Nayla. Nayla sudah sangat lelah menyelediki tentang berbagai hal, jadi dia butuh istirahat yang cukup. Sedangkan Emilio pada dasarnya anak yang tenang dan mudah di urus jadi Hyu tak perlu khawatir.Di ruang tamu Hyu menyalakan televisi dan memilih channel anak-anak. Perhatian Belrissa pun berhasil dialihkan. Suara nyanyian anak-anak memenuhi seluruh ruangan dan perlahan Hyu mulai mengantuk dan tertidur sambil menggendong bayinya.Nayla bangun dan menyadari bahwa dua orang telah meninggalkan kamar, ia keluar dan melihat pemandangan manis itu lalu tersenyum. Belrissa dan Hyu
Hyu dan Nayla naik ke dalam mobil, mereka terlihat rapi dengan setelan formal yang terkesan elegan. Nayla menggunakan gaun berwarna peach yang terlihat cerah dan Hyu pun menggunakan aksesoris dengan warna yang sama. Mereka pun menyalakan mobil menuju rumah keluarga Sinarta untuk menitipkan anak-anak mereka di sana.Momen kelulusan ini akan menjadi momen kelulusan bersejarah, karena untuk pertama kalinya momen kelulusan sekolah tidak didampingi oleh orang tua. Tapi ditemani langsung oleh istri tercinta. Sebenarnya Hyu ingin membawa Belrissa dan Emilio juga, hanya saja itu akan sangat merepotkan. Apalagi nanti Hyu akan maju ke atas panggung sebagai perwakilan murid. Akan sangat merepotkan jika Nayla membawa dua bayi sekaligus. Apalagi Belrissa adalah anak yang aktif dan rewel.Setelah sampai di rumah mertuanya. Nayla segera menggendong Emilio dan masuk, di sana keluarga Sinarta sedang sarapan dan berkumpul untuk minum teh bersama
Nayla berjalan entah kemana, ia hanya ingin menjauh dari dua idiot itu. Tanpa ia sadari ia telah sampai ke tempat yang paling ia ingin hindari. Ya, tempat itu adalah perpustakaan sekolah. Tempat paling sepi dan menyimpan kenangan pahit dan rasa sakit yang ia rasakan di masa lalu.Ia ingat tempat ini adalah tempat dimana Hyu menekannya dengan keras. Melukai harga dirinya dan membuatnya sakit untuk waktu yang lama. Kenangan itu begitu buruk, hingga membuat Nayla merasa sesak dan ingin segera pergi dari tempat ini secepatnya.Hubungannya dengan Hyu saat ini begitu baik, jadi Nayla tak ingin kenangan buruk menghantui dirinya. Ia segera berbalik dan ingin pergi. Tapi satu orang telah berhasil membuatnya berhenti untuk melangkah."Kenapa lari, takut padaku?" Ucap Jingga.Mendengar hal itu Nayla memutar matanya dengan bosan. Ia tidak pernah takut pada siapapun, bahkan ayahnya pun tidak. Bagaimana bisa orang seperti Jingga berhasil membuatnya takut. Hanya saja te
Nayla berjalan menuju ruang pertemuan, disana Hyu berbicara dengan teman-teman satu angkatan. Terlihat beberapa gadis mendekati Hyu untuk mengungkapkan perasaan mereka.Ini adalah hari kelulusan dan mungkin ini akan menjadi momen terakhir untuk mereka bertemu. Jadi mereka memberanikan diri untuk mengungkapkan perasaan mereka. Walaupun mereka tau bahwa mereka mungkin akan langsung di tolak. Tapi tak ada salahnya untuk mencoba. Lagipula ini bisa dikatakan sebagai kesempatan terakhir dan momen sekali seumur hidup.Nayla hanya terdiam dan memberi kesempatan untuk para gadis untuk melakukan aksi mereka. Lagipula Nayla sama sekali tidak merasa terancam. Baginya Hyu akan selalu menatap ke satu arah, yaitu dirinya. Nayla Ayunda Barat.Setelah itu ia melihat Hyu menunduk sambil meminta maaf, ia menolak semua pengakuan itu. Tapi terlihat bahwa para gadis itu merasa puas dan tidak ada yang tersinggung.Hyu pun berbalik dan mendekat ke arah istrinya. Ia lalu me
Jingga masih kembali dengan keadaan linglung dan Ayahnya mulai jengah dengan tingkah putranya itu. Jingga adalah pewarisnya, orang yang akan menjadi raja selanjutnya dari semua kerajaan bisnis yang ia punya, dan sekarang anak itu menjadi linglung hanya karena satu orang gadis.Setelah sampai di rumah, Satya segera mengambil tongkat kayu dan memukul Jingga hingga anak laki-laki itu sadar dari kebodohannya."Bangun!!"Suara ayahnya begitu keras hingga membuat Dena yang bersembunyi tak bisa menahan diri untuk keluar. Hal itu membuat Tuan Satya kaget, ia sudah berbulan-bulan tidak pulang ke rumah dan hari ini ia melihat anaknya membawa pulang seorang gadis."Siapa kamu?" Ucap Tuan Satya marah.Dena yang gemetar hanya mampu terdiam. Ada banyak jejak memar di tubuhnya, Jingga telah menyiksanya untuk waktu yang lama di rumah ini. Ia ingin kabur tapi ia takut pada Jingga. Sekarang setelah melihat penampilan Jingga yang dipukuli oleh Ayahnya sendiri membuat
Jingga belum berdamai dengan semua yang ada. Ia masih merindukan Nayla, ia tidak tau hal apa yang membuatnya sulit untuk melupakan gadis itu. Tapi satu hal yang ia tau, ia harus memilikinya.Jingga mulai bangun dari tempat tidurnya dengan susah payah. Rasa sakit yang ada di sekujur tubuhnya segera ia abaikan. Sekarang Dena sudah tidak ada di sampingnya, jadi ia tidak memiliki ide brilian di otaknya saat ini. Satu-satunya hal yang ia miliki sekarang hanya satu, kegilaan.Kali ini Jingga hanya akan menjadi nekat dan bertindak tanpa rencana. Ia pergi secara diam-diam dari rumah dan berusaha menyelinap tanpa ketahuan oleh penjaga. Jingga pun segera pergi ke tempat dimana Hyu dan Nayla tinggal.Ia meletakkan mobil di luar komunitas dan meninggalkannya disana. Ia tak bisa masuk karena area ini begitu ketat. Dengan beberapa trik licik, Jingga berhasil masuk dan mencoba mencari Villa tempat tinggal Hyu dan Nayla. Te
Suasana begitu tenang akhir-akhir ini dan Nayla menikmati itu. Untuk menghancurkan sesuatu semuanya tidak boleh begitu instan. Nayla pun menatap dokumen yang ada di tangannya. Ia tau bahwa beberapa hal tidak di tulis di sini dan ia perlu ke tempat itu untuk memastikan sesuatu.Nayla pun bangun dan membersihkan diri, ia menatap Hyu yang sedang bermain dengan kedua anaknya. Hal itu membuat Nayla lega dan merasa tak masalah untuk meninggalkan mereka untuk sementara waktu.Setelah sarapan, Nayla pun mencium pipi suaminya sambil tersenyum ringan."Aku akan berangkat." Ucap Nayla berpamitan.Hyu pun hanya mampu tersenyum maklum. Ia menggendong Emilio sambil menaikkan tangan Emilio seperti melambaikan tangan."Da-da Mama cantik. Jangan pulang terlalu larut ya~ nanti Emilio kangen."Hyu bertingkah seperti anak kecil dan itu membuat beban Nayla berkurang setengahnya. Hyu dan kedua anak mereka adalah penyemangat Nayla yang baru, jadi ia sangat menikma