"Meeting hari ini selesai, terima kasih untuk semuanya. Silahkan untuk melanjutkan pekerjaannya masing-masing."
Mendengar interupsi dari atasannya itu, membuat satu-persatu karyawan beranjak keluar dari ruang meeting. Terlihat senyuman di bibir mereka, hampir semuanya merasa lega meeting yang memakan waktu lama itu akhirnya berakhir juga.
"Kamu mau kemana Kayla?"
Mendengar namanya dipanggil, membuat Kayla menolehkan kepala, "Saya juga mau kembali ke atas Pak."
"Kenapa buru-buru? Saya saja masih di sini."
"Ah iya, maaf Pak."
Abimanyu lalu melirik pintu ruangan yang sedikit terbuka, "Tutup pintunya," perintahnya.
Kayla menuruti perintah bosnya itu untuk menutup pintu, setelahnya diam di sana dengan tidak nyaman. Melihat Abimanyu yang terus menatap penampilan nya, membuatnya semakin gugup.
"Kemarilah."
Setiap perintah dari Abimanyu, selalu tidak bisa Kayla tolak. Saat Ia berdiri di dekat pria itu, Kayla terpekik kecil merasakan tubuhnya ditarik dan sekarang berada di atas pangkuan Abimanyu.
"Pak maaf, tapi--"
"Syuut, kamu kenapa sih? Ini kan bukan pertama kali," sanggah Abimanyu.
"Tapi saya takut ada orang lain yang masuk," cicit Kayla, "Jangan begini Pak, ini di kantor."
Seringai terukir di bibir Abimanyu, "Jadi kalau semisal di luar kantor, boleh melakukan lebih ya?"
"Bu-bukan begitu juga."
Melihat wajah perempuan itu perlahan memerah, membuat pria tampan yang memiliki gigi gingsul itu tertawa renyah. Selalu merasa senang dan gemas sendiri bisa membuat Kayla salah tingkah.
"Saya dari tadi nahan diri untuk tidak nyentuh kamu," ungkap Abimanyu, "Meeting tadi membosankan ya?"
"Tidak juga."
"Masa sih? Padahal lama loh."
"So-soalnya Bapak yang menjelaskan."
Abimanyu mencolek hidung Kayla, memang bisa saja perempuan itu menggombal kecil. Apalagi sambil malu-malu, ingin sekali Abimanyu gigit kalau bisa.
"Semakin hari, kamu semakin cantik saja Kayla," puji Abimanyu.
"Terima kasih Pak," ucap Kayla. Dari tadi tidak bisa berlama-lama menatap mata pria itu.
Abimanyu lalu membawa beberapa helaian rambut Kayla dan mendekatkan nya ke hidung, menghirup wangi yang sangat enak sampai membuat matanya beberapa saat terpejam. Wangi yang Abimayu sukai adalah wangi tubuh dari Kayla, Ia menyukai semuanya.
"Pak maaf, sepertinya kita harus keluar sekarang," ucap Kayla memperingati.
"Saya kan sudah bilang, kalau sedang berdua jangan panggil Pak dong. Saya kan bukan Bapak kamu."
"Iya maaf, tapi saya gak enak saja di kantor kalau gak panggil Pak."
"Gak akan ada yang denger juga, toh kita lagi berdua kan?"
"Iya sih, tapi--"
"Ayo coba panggil seperti biasanya, hari ini kamu dari pagi terus panggil saya Pak loh."
Kayla menekan bibirnya, sedikit ragu mengatakannya, "Mas," panggilnya pelan.
Senyuman lebar langsung terukir di bibir Abimanyu, "Nah begitu dong sayang, lebih enak didengar."
Mereka terdiam beberapa saat, dengan posisi masih sama seperti tadi. Kayla terus menunduk menyembunyikan wajahnya yang pasti sudah merah, sedang Abimanyu yang terlalu betah menatap wajah cantik itu.
"Mas, ada yang mau aku kasih tahu."
"Ada apa sayang? Bilang saja."
"Beberapa hari lagi, Ibu harus cuci darah."
"Oke, nanti aku langsung kirim uangnya ke rekening kamu ya?"
Padahal Kayla belum menjelaskan semuanya, tapi Abimanyu sudah bisa langsung peka. Memang ini bukan pertama kalinya meminta, entah sudah ke berapa kali dan Kayla masih malu.
"Maaf ya Mas, aku selalu repotin kamu," ucapnya pelan.
"Siapa yang bilang kamu ngerepotin aku? Enggak kok," bantah Abimanyu.
"Tapi hampir setiap bulan kamu bantu Ibu untuk cuci darah, biayanya itu sangat mahal, bahkan lebih dari gaji aku."
Abimanyu menghela nafasnya lalu mengusap wajah cantik itu, "Enggak kok, aku malah senang bisa bantu kamu juga. Aku gak tega lihat kamu sedih."
"Sekali lagi makasih, aku benar-benar berhutang budi."
"Hutang budi ya? Kamu sudah membayarnya kok, dengan kita pacaran seperti ini."
Mereka saling membalas senyuman dengan detak jantung yang perlahan menjadi cepat. Perlahan kepala Abimanyu mendekat, dengan pandangan turun ke bibir merah Kayla.
Perlahan kedua mata Kayla pun tertutup, menunggu dengan perasaan gugup. Tetapi sebelum bibir keduanya bertemu, deringan ponsel yang nyaring membuat keduanya langsung saling menjauhkan diri.
Melihat Istrinya lah yang menghubungi, membuat Abimanyu tanpa sadar mendengus, "Ada apa?!"
["Kok ketus begitu sayang? Kamu kenapa?"]
Tentu saja bad mood karena Bella mengganggu keromantisannya bersama Kayla. Padahal tadi tinggal sedikit lagi, tapi gagal karena Bella menelpon nya. Tetapi Abimanyu berusaha tidak terlalu menunjukan rasa kesalnya itu.
"Gak papa, ada apa?"
["Aku di ruang kerja kamu nih, tapi kok kamu gak ada? Kamu lagi dimana?"]
"Kenapa gak bilang kalau mau ke kantor? Kan aku sudah bilang, kalau mau kesini harus ngabarin dulu."
["Iya maaf, tadi selesai pemotretan aku sekalian aja mampir ke kantor kamu."]
Alasan yang Abimanyu berikan pada istrinya itu adalah karena takut dirinya sedang sibuk atau berada di luar kantor, jadi tidak mau istrinya itu menunggu. Padahal kenyataannya, Abimanyu hanya khawatir Bella mendapati Ia dan Kayla sedang bermesraan.
"Aku baru selesai meeting, sebentar lagi ke sana."
["Oke, cepet ya."]
Setelah panggilan berakhir, Abimanyu kembali melirik Kayla yang berdiri di sampingnya. Ia lalu berdiri dan berhadapan dengan Kayla. Abi mengusap rambut panjang perempuan itu dengan pelan.
"Maaf ya."
"Maaf kenapa?"
"Tadi aku gak sempat cium kamu," jawab Abi frontal.
"Ti-tidak perlu minta maaf Mas," ucap Kayla salah tingkah.
Abimanyu yang berhasil membuat sekertaris nya itu salah tingkah lagi hanya terkekeh kecil. Keduanya lalu keluar dari ruangan itu. Untung saja sedang jam istirahat, jadi tidak banyak yang melihat juga dan akan curiga.
Ternyata Bella menunggu di depan ruang kerjanya, perempuan itu yang melihat suaminya langsung tersenyum. Tetapi ekspresi wajahnya kembali datar karena perempuan yang berjalan di belakang Abimanyu.
"Sudah lama kamu di sini?" tanya Abimanyu.
"Enggak kok, aku kesini mau ajak kamu makan siang."
"Dimana?"
"Terserah, tapi di luar ya. Kamu kan tahu, aku gak terlalu suka makanan di kantor kamu."
Abimanyu mengangguk lalu meminta izin masuk dahulu ke dalam untuk menyimpan barang-barangnya. Meninggalkan dua perempuan itu yang saling menatap dengan arti pandangan berbeda.
"Selamat siang, Bu Bella," sapa Kayla sopan.
"Siang, kamu juga ikut meeting?"
"Iya."
"Benar juga, kamu kan sekertaris Abi. Jadi selalu ngintilin dia kemana pun."
Entah apa maksud di balik perkataan Bella tadi, tapi Kayla merasa seperti sebuah sindiran, apalagi Bella sambil tersenyum sinis ke arahnya. Kayla berdehem pelan lalu berpamitan ke meja kerjanya yang tidak jauh dari sana.
"Sudah siap?" tanya Abi yang baru keluar.
Bella langsung tersenyum, "Sudah kok, yuk berangkat sekarang."
Dengan inisiatif nya sendiri, Bella pun menggandeng tangan suaminya itu. Mereka pun pergi dari sana. Tetapi Abimanyu sempat menoleh ke belakang, lalu mengedipkan matanya pada Kayla di kejauhan. Memang nekad sekali.
Kalau boleh jujur, Kayla juga sebenarnya tidak mau menjadi wanita simpanan bosnya sendiri. Ia tahu ini salah, akan ada hati yang tersakiti. Tetapi Kayla merasa sudah terlanjur, membuatnya pun bingung harus melanjutkan atau tidak. Drrt! Deringan ponselnya, membuat lamunan perempuan itu terhenti. Sebuah nomor asing terlihat, membuatnya bingung. Tetapi karena khawatir dari orang penting, membuatnya pun mengangkat saja panggilan itu. "Hallo, ini dengan Kayla Larasati. Maaf ini dengan siapa ya?" ["Hallo Kayla, ini saya Adrian. Kamu masih ingat tidak?"] "Adrian?" Tentu saja Kayla masih mengingatnya, "Akhirnya kamu menghubungi juga." ["Iya, saya sudah memutuskannya. Sepertinya saya butuh bantuan kamu."] Kayla tidak bisa menahan senyumannya lagi, "Oke, gimana kalau nanti malam kita ketemu?" ["Boleh, dimana?"] "Di apartemen saya saja ya, biar lebih enak ngobrol nya." ["Oke, nanti saya datang. Kamu kirimkan saja alamatnya ya."] "Iya, saya tunggu." Setelah panggilan berakhir, Kayla
"Maaf." Adrian langsung meringis pelan karena tidak sengaja berteriak. Ia hanya terlalu terkejut mendengar syarat yang diberikan Kayla jika dirinya mau dibantu untuk melunasi hutang. "Bagaimana? " tanya Kayla. "Ta-tapi kamu serius Kay? Saya jadi suami kamu, begitu?" "Iya, serius kok. Kita akan menikah. " "Hahaha saya masih terkejut dengan syarat nya," ucap Adrian sambil tertawa canggung. Menikah itu bukan pilihan mudah, butuh banyak persiapan lahir batin pastinya. Adrian bahkan tidak menduga jika syarat nya akan seberat itu. Perlahan rasa ragu pun hinggap, padahal sudah memikirkan matang-matang dari semalam. "Apa syaratnta memang hanya itu? " "Iya, kenapa? Kamu gak mau jadi suami aku?" Mana ada laki-laki yang bisa menolak Kayla itu, sosok perempuan cantik dan kaya raya. Adrian saja saat di awal pertemuan langsung terpukau. Selain itu, sifat Kayla pun baik dan tidak sombong. Paket komplit sekali lah pokoknya. "Bukan gak mau, tapi saya malah bingung. Kenapa kamu memilih s
Sepulangnya dari pertemuannya dengan Kayla, Adrian malah diam sejenak di taman yang sepi. Pria itu sedang memikirkan lagi tawaran dari perempuan itu untuk menikah. Ternyata syaratnya sangat berat, tapi hanya itu satu-satunya cara. "Menikah ya?" gumam Adrian. Adrian seperti mendapatkan keajaiban tidak diduga dari doanya agar Tuhan menolongnya. Sepertinya sudah diberikan jalan, tinggal Ia memutuskan menerima atau tidaknya. Tetapi kenapa harus dengan jalan seperti ini? "Tapi kenapa dia mau memilih aku? Kayla kan bisa mencari laki-laki lain yang lebih dari aku."Saat itu mereka bahkan baru bertemu, tapi perempuan itu seperti sudah menemukan orang yang tepat saja. Mereka belum saling mengenal satu-sama lain. Mengajak menikah seperti mengajak pacaran saja, semudah itu. "Ahh sial, kepalaku jadi pusing," dengus Adrian. Melihat waktu yang semakin malam, membuat Adrian beranjak untuk pulang ke kontrakannya. Tetapi sesampainya di sana, Ia bingung melihat tas-tasnya ada di depan pintu kontra
Kayla bangun lebih dahulu, itu karena Ia akan bekerja. Saat keluar kamar tidak menemukan Adrian, mungkin pria itu masih tidur di kamarnya. Kayla pun memutuskan membakar roti dahulu dan membuat susu untuk sarapan. "Hei Adrian, selamat pagi," sapanya melihat pria itu memasuki dapur. "Iya pagi juga, maaf ya kesiangan. ""Gak papa, gimana tidur semalam? ""Gimana apanya?" tanya Adrian balik. "Katanya kalau orang tidur di tempat orang lain itu susah tidur, kamu ngerasain begitu juga, gak?""Enggak, aku malah nyenyak banget tidur di sini.""Bagus deh, aku ikut lega." Kayla lalu membawa dua piringnya, "Kita sarapan dulu. ""Hm."Dengan perhatiannya, Kayla juga membuatkan roti bakar untuk pria itu. Tidak lupa menuangkan susu ke gelasnya, setelahnya baru duduk di kursinya sendiri. "Kalau nanti kamu lapar, di bawah ada tempat makan kok," ucap Kayla. "Iya gak papa.""Apa kamu ada uang?""Hah? A-ada," bohong Adrian. Ia terlalu malu kalau jujur, nanti kelihatan kere banget. "Untuk bayarannya
Makan malam dengan Abimanyu itu lumayan lama, pria itu benar-benar ingin menghabiskan waktu dengannya di luar jam kantor. Di pukul sembilan malamnya, Kayla pun baru pulang. "Akhirnya kamu pulang juga."Kayla langsung menatap Adrian yang seperti menyambutnya, hampir lupa jika pria itu masih berada di apartemennya. Apakah Adrian menunggunya dari tadi? Tidak mungkin, kan? "Apa hari ini sibuk? Kamu sampai pulang larut malam begini," tanya Adrian. "Enggak terlalu, tapi tadi ada sedikit acara di luar.""Oh gitu, aku kira kamu bakalan lembur." Adrian menggaruk kepalanya yang tidak gatal, "Em kamu sudah makan belum Kay?""Sudah kok, kenapa?"Kayla mengernyitkan keningnya menyadari senyuman di bibir pria itu menghilang setelah Ia menjawabnya tadi. Tetapi hanya sebentar, karena Adrian kembali tersenyum walau terkesan terpaksa. "A-aku belum," jawab Adrian. "Loh kenapa? Apa kamu gak ada uang?""Bukan, masih ada kok uangnya. Cuman..""Cuman apa?""Cuma tadi aku nunggu kamu pulang, tadinya mau
"Gimana sama penampilan aku? Apa sopan untuk ketemu Ibu kamu?"Kayla tersenyum lalu mendekati Adrian, dengan santainya Ia mengancingkan bagian kedua kemeja itu. Menurutnya jika sudah memakai baju rapih dan formal begini, Adrian terlihat makin tampan. "Bagus kok, kamu cocok pakai baju begini," jawab Kayla, "Tadinya aku mau beliin, tapi ternyata kamu juga punya banyak ya?""Iya ada beberapa, tapi lebih banyak baju biasa sih.""Memangnya dulu pas jadi koki pakai baju apa?""Ada baju khusus untuk koki, sudah di siapin.""Aku jadi penasaran kamu pakai baju koki begitu."Adrian terkekeh kecil, "Kamu mau lihat?""Iya," angguk Kayla cepat. "Aku punya fotonya sih.""Aku pengen lihat langsung kamu pakai baju itu," celetuk Kayla. "Tapi aku malu.""Kenapa malu?""Ya takut aja dianggap berlebihan, ini juga kan bukan di tempat kerja.""Gak papa dong, kan yang lihat juga cuma aku. Nanti deh, pengen sekalian lihat kamu masak langsung juga.""Ya sudah deh," desah Adrian pasrah, merasa tidak sanggup
"Ibu sudah makan?" tanya Adrian. Hana menggeleng, "Belum, kamu mau makan?""Tidak, bukan saya. Apa saya boleh masak untuk makan siang?""Boleh kok, Ibu juga mau nyobain masakan buatan koki tampan ini."Adrian terkekeh kecil mendapatkan pujian itu, membuatnya jadi malu sendiri. Adrian bukan bermaksud sombong, hanya saja dengan dirinya masak dan membuat makan siang mungkin bisa membuat Ibu Kayla itu semakin menyukainya. "Biar aku bantuin ya," ucap Kayla. "Kamu kan gak bisa masak Kay, nanti malah repotin pacar kamu.""Gak papa bu," sela Adrian, "Saya malah senang kalau Kayla ikut masak, bisa sekalian saya ajarin juga.""Begitu ya, ya sudah kalau kamu gak merasa di repotkan. Adrian, Ibu titip Kayla ya. Ajarin dia masak, kan sebentar lagi mau menikah.""Iya Bu."Kayla lalu mengajak Adrian untuk ke dapur sekarang, untung saja bahan makanan di kulkas pun banyak. Ibunya tidak ikut, memberikan pasangan kekasih itu waktu untuk bersama. "Maaf ya kalau Ibu aku banyak bertanya dan buat kamu ga
Cukup lama Adrian dan Kayla berada di rumah itu, bahkan setelah makan pun sempat melihat hutan pinus di belakang rumah. Tidak terasa waktu berjalan dengan cepat, tiba-tiba sudah sore saja. "Beneran gak akan nginep?" tanya Hana. Kayla menggeleng, "Enggak Bu, aku dan Adrian juga kan besok harus kerja lagi.""Gak papa deh, tapi nanti kalau sudah jadi suami istri sering-sering nginep di sini ya?"Kayla dan Adrian sempat bertatapan, mereka pun melemparkan senyuman satu-sama lain. Kalau sudah digoda seperti pasangan sungguhan itu merasa malu sendiri, apalagi keduanya pun baru dekat tidak lama ini."Iya Bu, nanti kita pasti akan sering berkunjung," ucap Adrian, "Ibu jaga kesehatan selalu ya.""Iya nak Adrian, kamu juga. Kamu tinggal dimana? Apa gak jauh dari apartemen Kayla?""Em itu.. I-iya, gak jauh." Kayla lah yang menjawab, tapi terpaksa harus berbohong. Masa saja Ia jujur kalau mereka sudah tinggal bersama? Yang ada detik itu juga Ibunya akan menikahi mereka. "Kalau tidak jauh, Ibu t