Akropolis kota Ventis adalah aksropolis terbesar di negara Vennisios. Akropolis ini berada di tengah sebagai pusat kerajaan, dekat dengan istana raja Vennisios. Kini kota itu ramai dan terasa sangat damai. Sehingga tidak ada yang menyadari bahwa bahaya besar mengintai.
Di lain tempat yang tak jauh dari akropolis kota Ventis, istana kerajaan negara Vennisios. Sekumpulan pasukan datang untuk masuk menggiring beberapa pendekar. Mereka dihadapkan ke depan raja secara langsung. Sebelum itu, para pendekar dikumpulkan di suatu aula khusus, aula dengan air mancur ditengah dan patung dewa-dewi menghias area. Para pendekar negeri saling bertemu dan mereka ternyata sudah mengenal satu sama lain.
“Naruma, kaukah itu?” pendekar perempuan me
Ketenangan beralih menjadi ketegangan, semua orang berlari menjauh dari kedai mewah. Saxomenes berdiri, menaruh sisa makannya. “Aku selesai, habiskan sisanya?” Dia berjalan menuju ke tempat yang berhadapan dengan tempat duduk Itamos dan kawan-kawan. Bersiap menghadang serangan balasan. “Pemuda yang bersemangat. Aku suka anak itu,” ucap Boy Knight. Sambil memakan sisa makanan Saxomenes. Kooria muncul dan melesatkan tembakan dari tangan kanannya, satu tembakan itu mengenai Saxomenes, dan membuatnya membeku seketika. Kooria terbahak-bahak melihat lawannya tak berkutik menahan serangannya. Ketika didekatinya, energi panas terasa di sekitar Saxomenes yang membeku. Kemudian meledak dan lesatan pecahan es mengenai Kooria. T
Kedua makhluk raksasa saling menyerang satu sama lain. Timos dan Elanza memiliki ukuran tubuh yang lebih besar. Ukuran tinggi badannya kisaran mencapai bangunan rumah di sekelilingnya. Segala benturan dam serangan mereka membuat efek kerusakan yang sangat parah. Timos memberikan pukulan kepada Elanza. Elanza menahannya dengan salah satu kepala anjing. Kemudian cakar tajamnya dia ayunkan ke tubuh Timos sampai menggores luka yang serius. Timos kesakitan dan kini Elanza bisa memberikan serangan lanjut sebagai anjing buas, dia terkam Timos dan menggigit bahu kanannya. Timos tak mau kalah, dia cekik salah satu kepala anjing tersebut dan membuat Elanza kesakitan. Sampai dia melepaskan gigitannya. Timos memukul kepala yang menggigitnya barusan dengan pukulan yang sangat kuat. Tentu rasa sakit akibat ben
Semburan air mengarah ke arah lawan, lawan itu menghalaunya dengan sentuhan ajaibnya dan membuat semburan itu membeku. Lalu dia serangkan balik tembakan air yang telah menjadi es itu kepada penyerang sebelumnya. Seketika itu es tersebut mencari sebelum mengenainya. Inilah pertarungan Vichnight dengan Kooria, antara mencairkan dan membekukan. “Hebat juga. Kupuji kelebihanmu,” ucap Vichnight. “Kaupikir aku peduli?” balas Kooria acuh. Kooria mengumpulkan kekuatan dan menembakkan bola es. “Bala pagou!(Bola Es!)” Bola es meluncur dari tangan Kooria, menembak Vichnight. Vichnight bersiasat menahannya dan saat sampai di dekat, ia coba mencairka
Zanagos melancarkan pukulan begitu juga dengan tangan raksasa Adamanos, gempuran yang sama kuatnya tersebut menimbulkan angin kencang yang mengibas ke segala arah. Keduanya sama-sama terdorong. Kemudian Adamanos melancarkan serangan dengan menghentakkan kaki-kakinya sampai meretakkan tanah pijakan dan menimbulkan gempa, Zanagos masih bisa kuat mempertahankan posisinya. Kemudian Pendekar botak itu mempraktikan kuda-kuda untuk menembakkan energi pukulan ke arah Adamanos. Serangan tersebut sampai membuat tubuh raksasa itu terseret kebelakang dan merasa kesakitan, Zanagos pun melaju untuk menyerang Adamanos dari jarak dekat. Tetapi tanah tiba-tiba longsor, dan membuatnya terjatuh. Adamanos tersenyum karena memang tujuannya adalah menunggu Zanagos menggerakkan kedua kakinya lalu ia menjebaknya. "Sudah berakhir, Kesatria bot
Bangsa Gigant adalah sebutan bagi sebuah perkumpulan orang-orang yang terisolasi di negara Vennisios yang memiliki thelisi makhluk raksasa Gigant. Dalam mitologi Yunani, Gigant pernah berkeinginan untuk menggulingkan Dewa Zeus dan melempari istana Olympus dengan bebatuan. Sehingga bisa disimpulkan bahwa mereka memiliki kemampuan dalam mengendalikan elemen tanah karena bisa melemparkan batu dari Bumi menuju ke istana Olympus di langit. Begitu juga dengan orang-orang yang memiliki thelisi raksasa Gigant. Mereka sekaligus bisa merubah tubuh menjadi seukuran raksasa, juga bisa mengendalikan elemen tanah sebagai kekuatan spesial. Para kesatria Gigant begitu d
Dalam hutan yang lebat, para gerombolan bandit Ribagos menyusuri dengan langkah-langkah mereka yang beriringan bagaikan sekelompok parade band. Sesuai arahan dari Boy Knight, mereka bermaksud untuk mengembalilan Rinara kepada keluarganya. Rinara yang memandu mereka menyusuri jalan demi jalan di dalam hutan, gadis itu memiliki ingatan yang begitu kuat. Dia juga diperlakukan sangat baik oleh kelompok bandit Ribagos, ketika Rinara kelelahan berjalan lama Rigol senantiasa menggendongnya. "Ternyata kalian sangat baik, bahkan lebih baik dari orang-orang pasukan negara," ucap Rinara yang sedang menempel pada punggung Rigol. "Apakah kau sudah pernah bertemu mereka?" tanya Rigol. "Iya, aku bertemu mereka sebelum bertem
Pasukan negara Vennisios menyerbu penginapan, mereka mendapatkan segenap informasi keberadaan rombongan Boy Knight dan para perusak akropolis dari para saksi mata sekitar. Mereka mendobrak dan masuk ke dalam begitu saja. Sampai mereka bertemu dengan para penghuninya yang sedang duduk santai. "Boy Knight, serahkan mereka para perusak akropolis kepada pihak negara. Mulai dari sini kami yang bertanggung jawab!" gertak seorang komandan militer. Boy Knight berdiri untuk menyambutnya, "Sebelum itu tunjukan sopan santunmu terhadap orang yang sudah berjasa, kalian bukan apa-apa kecuali pahlawan kesiangan." Sang Komandan semakin tersulut emosi. "Apa maksudmu, kau yang harusnya bersikap sopan santun kepada kami, keparat!" &nb
Di pedalaman hutan lebat, terpahat pondasi gapura yang sangat megah terbuat dari batu. Itu adalah gerbang kampung bangsa Gigant, mereka tinggal di balik gapura tersebut. Rombongan Boy Knight dan lainnya berjalan pelan serta bersiaga bilamana ada seragan dadakan dari penduduk kampung tersebut. "Ini pertama kalinya aku ke kampung ini," ucap sang komandan, "terasa melintasi perbatasan dunia nyata dan dongeng." "Itu karena kau tidak pernah mau menerima eksistensi kami sebagai rakyat Vennisios," tegas Timos. Ucapannya mengandung gejolak emosional yang terasa mendidih kepada seorang aparat kerajaan. "Maafkan aku, selama ini aku belum menjangkau seluruh kota di negara Vennisios ini," ucap Sang komandan tertunduk.