KETIKA ISTRI BERHENTI PEDULIPart 38POV Naya"Kalian juga jangan terlalu keras dengan Naya, nanti dia bisa usir kalian dari sini. Lagian kita harus bisa rebut hatinya, biar dia bisa luluh." Mas Arman kembali berbicara.Ya Allah, jantungku rasanya berdetak lebih kencang dari biasanya. Nafasku memburu menahan amarah. Jadi selama ini kamu hanya akting, Mas? Kamu menganggap aku dan keluargaku sebagai pembohong. Aku meremas kuat kantong belanja yang dari tadi aku pegang. Awas saja kalian semua, aku tidak akan memaafkan kalian. Terutama kamu, Mas.Aku akan buat kalian kehilangan semuanya. Agar kalian tau bagaimana rasanya di sakiti. Mari kita berakting sama-sama.Setelah menenangkan hati yang terasa panas, aku kembali memutar badan. Sepatu yang tadinya sudah aku lepas, aku pakai kembali. Untungnya Daffa tertidur pulas, jika tidak bisa ketahuan mereka jika aku menguping.Setelah memakai sepatu, aku kembali menetralkan rasa amarah yang dari tadi membuncah. Kuhapus air mata yang mengalir di p
KETIKA ISTRI BERHENTI PEDULIPart 39POV Naya"Mas, aku mau ngomong," ucapku ketika kami sudah di dalam kamar. Mas Arman yang sedang memakai baju setelah mandi menoleh, kemudian melanjutkan ritualnya memakai baju."Ngomong apa, Sayang?" tanya Mas Arman lembut. Jika dulu dia memanggilku dengan sebutan sayang, aku akan sangat senang dan bahagia. Tetapi tidak dengan sekarang, aku sangat benci saat dia mengatakan itu. Apalagi setelah tau dia mengkhianati aku, sebenarnya bukan hanya aku yang Mas Arman bohongi, juga Abi dan Umi."Maksud Intan tadi pagi apa? Maksudnya momen apa yang tidak bisa dia lupakan?" tanyaku. Mas Arman mengehentikan aktivitasnya menyisir rambut, sedetik kemudian kembali melanjutkan.Setelah selesai, Mas Arman memelihara duduk di tepi ranjang. Sedangkan aku berbaring sambil mengecek pendapatan pada beberapa aplikasi menulis."Maafkan, Mas. Sebenarnya kemarin-kemarin itu Mas sering pergi ke kantor dengan Intan. Karena motornya rusak," ucapnya menjelaskan. Sebenarnya apa
KETIKA ISTRI BERHENTI PEDULIPart 40POV Naya"Diminum dulu, Pak tehnya," ucapku pada Pak Wira yang sudah duduk di sofa. Ibu dan Lela juga duduk di sofa dekat dengan Pak Wira. Entah mengapa Lela terlihat cengengesan dari tadi. Aku memilih untuk duduk di sofa yang berhadapan dengan Pak Wira. Sedangkan Mas Arman masih berdiri melihatku dengan penuh pertanyaan."Iya, terimakasih." Pak Wira mengambil gelas yang kuseduh tadi, kemudian meminumnya sedikit. Aku masih diam, menunggu penjelasan Pak Wira kenapa tiba-tiba datang. Apalagi aku tidak pernah memberitahukan alamat rumahku. Apa dia melihatnya dia biodata yang aku berikan saat pencetakan buku. Ah, mungkin iya dia tau melalu biodataku."Maaf saya bertamunya mendadak," ucap Pak Wira setelah beberapa menit aku suasana hening."Tidak apa-apa, Pak. Kami juga nggak sibuk," jawabku sambil tersenyum. Kemudian melihat ke arah Mas Arman yang masih setia berdiri. Aku takut jika Mas Arman marah dan memukul Pak Wira. Apalagi kejadian kemarin itu bel
KETIKA ISTRI BERHENTI PEDULIPart 41POV NayaSetelah kejadian tadi, Ibu dan Lela langsung pamit pulang ke rumah. Sepeda yang tadi dibawa juga dibawa pulang oleh mereka. Aku malas sekaligus malu jika harus ribut-ribut di sini. Apalagi ini warung, tempat Ibu-ibu.Karena hampir magrib, aku segera pamit pulang juga sama Mpok Atik dan beberapa Ibu-ibu di sana. Aku menggendong Daffa dan berjalan pelan pulang kerumah. Mas Arman juga tadi pamit pergi ke pasar, entah apa yang mau dia beli.Saat sampai dirumah, aku melihat mobil Mas Arman sudah terparkir di depan rumah. Itu tandanya dia sudah pulang, aku mempercepat langkah. Karena suara orang mengaji di mesjid mulai terdengar. Itu tandanya azan magrib sebentar lagi berkumandang."Nah itu dia orangnya pulang," ucap Lela saat aku baru saja masuk ke dalam rumah. Aku bingung karena baru saja masuk tapi wajah mereka menatapku marah."Sini kamu, Nay," panggil Mas Arman menyuruhku duduk di sampingnya. Sedangkan Ibu dan Lela duduk berhadapan dengan M
KETIKA ISTRI BERHENTI PEDULIPart 42POV ArmanJika ada sebutan bagai memakan buah simalakama. Itulah yang aku rasakan sekarang. Bagaimana tidak, aku harus dihadapkan dengan pilihan yang sulit. Menerima kenyataan jika orang yang selama ini aku panggil Ibu adalah orang yang telah membunuh orang tuaku sudah membuatku menderita.Selama ini tidak ada yang mengatakan kebenaran itu padaku. Aku selalu bertanya-tanya, kenapa baru sekarang Umi dan Abi mengungkapkannya. Kenapa tidak dari dulu ketika dia mengenalku dan akan melamar Naya. Jika saja aku tau kenyataan ini dari awal, aku dan Naya pasti tidak akan merasakan penderitaan yang lebih seperti ini.Saat itu aku menangis hingga lelah, agar gundah di hati hilang. Sejak pulang dari rumah Abi dan Umi, aku selalu mencari berita-berita tentang semua kebenaran itu. Bukan aku tidak percaya dengan semua ucapan Umi dan Abi. Hanya saja sulit bagiku untuk menerima semuanya.Hari pertama saat aku pamit ke kantor pada Naya dan Ibu, kenyataannya aku tida
KETIKA ISTRI BERHENTI PEDULIPart 43POV Naya"Arman sedang berjuang untuk kamu dan Daffa. Dia percaya kamu, dia percaya dengan Abi dan Umi. Kamu sakit hati, tapi Arman lebih sangat sakit hati. Orang tuanya dibunuh oleh orang yang selama ini sudah membesarkannya. Dia berusaha menyangkal, tapi tidak bisa karena itu memang kenyataannya. Hati dan otaknya berperang. Kemarin dia datang kerumah saya, menanyakan semua kebenaran. Lalu saya menceritakan semuanya, makanya dia berusaha baik dengan Ibu dan Lela. Agar bisa melindungi kamu dari ancaman Bu Junaidah yang akan menyantet kamu. Kamu ingat kenapa Arman tadi ijin ke pasar? Dia pergi kerumah dukun yang selama ini membantu Bu Jubaidah. Tapi nyatanya Alhamdulillah dukun itu sudah tidak ada. Sudah mati dibakar oleh penduduk di sana," jelas Mpok Atik yang membuatku ternganga.Aku melepaskan pelukan Abi, menatap Mas Arman yang masih setia dengan diamnya. Bahkan dia tidak melihatku dan kami semua. Pandangannya tertuju ke bawah, entah apa yang ad
KETIKA ISTRI BERHENTI PEDULIPart 44POV Naya"Silahkan diminum, Mas." Aku menyodorkan satu gelas teh hangat pada Mas Arman.Akhirnya setelah pertimbangan Abi dan Umi, Mas Arman dibiarkan ikut bersama kami ke sini. Meskipun begitu, aku tetap ingin sendiri dulu. Jadi aku memutuskan untuk tidur di kamar terpisah dengan Mas Arman. Dia tidur di salah satu bilik asrama putra yang kosong. Sedangkan aku dan Daffa tidur di kamarku yang dulu.Jika ada yang bertanya mengapa Mas Arman tinggal terpisah denganku. Kami akan menjawab jika Mas Arman sedang menjalani pengobatan spiritual khusus. Tetapi Mas Arman tetap bekerja seperti hari-hari biasanya.Tanpa sepengetahuan Mas Arman, diam-diam aku menerima tawaran Pak Wira untuk menjadi salah satu editor dikantornya. Rencananya aku akan bekerja kembali. Lagian Daffa juga sudah besar, tidak ada salahnya aku menggapai cita-citaku. Umi juga mengatakan jika dia bersedia menjaga Daffa, syukurlah Daffa juga sangat nyaman dengan Umi."Mas, aku ingin bicara,"
KETIKA ISTRI BERHENTI PEDULIPart 45POV Maya"Maaf, Mbak. Saya lupa hilang jika Pak Wira sedang ada tamu. Silahkan tunggu dulu di ruang tunggu," ucapnya yang aku balas dengan anggukan.Aku memilih duduk di ruang tunggu. Salah satu pekerja OG di sini juga sudah menyeduhkan teh hangat untukku. Aku mengucapkan terimakasih dengan sedikit tersenyum. Sebenarnya aku masih penasaran dengan siapa Pak Wira bertengkar sepagi ini. Padahal ini masih sangat pagi untuk bertengkar.Aku memainkan ponselku sembari menunggu tamu Pak Wira itu pulang. Hanya saja sudah tiga puluh menit aku menunggu, sepertinya tamu Pak Wira itu enggan keluar.Sebenarnya aku sedikit bosan, karena dalam pikiranku Pak Wira tidak bisa profesional. Karena yang aku dengar dari pertengkaran mereka tadi membahas tentang masalah pribadi.Aku memilih berdiri dan mengecek apakah tamu Pak Wira sudah pulang atau belum. Karena ruang tunggu ini berada sedikit jauh dari ruangan kerja Pak Wira. Ketika aku hampir sampai di depan, terlihat