Sesal Tak berujung
Mungkin inilah cobaan Eliana, Allah mungkin sedang rindu akan air matanya. Air mata yang entah kapan terakir kali menetes, ia selalu bahagia, hari ini di mana rumah tangganya sedang diuji haruskah ia bertahan apakah harus melepaskannya?
"Non El, pangkling aku kirain siapa tambah cantik saja," ucap si Mbok.
"Iya, Mbok. Do'ain ya. Biar El kuat jalaninnya."
"Iya, Non tenang saja, pasti Mbok dukung terus kok!"
"Makasih, Mbok."
Sejenak Eliana menghilangkan penat di dalam dadanya, ia begitu grogi jika harus menghadapi sidang perceraiannya. Apa pernikahannya benar-benar akan hancur. Eliana menjatuhkan tubuhnya di atas ranjang hingga ruhnya berjalan ke alam mimpi.
Udara malam masih begitu dingin, Eliana menarik selimut hingga menutupi tubuhnya hingga azan menggema dari sudut ruangannya. Eliana turun ke bawah membantu si Mbok untuk menyiapkan sarapan pagi juga bersih-bersih rumah.
Terdengar lan
Sweet Momen"El besok temani aku di acara pertunangan rekan dosenku ya.""El malu, Bang.""Ada aku kan, yang menjagamu," ucap Reindra meyakinkan Eliana.Eliana menggangguk."Baiklah sekalian kita cari bajumu buat besok ya?"Eliana tersenyum. "Iya."Reindra yang memilih model gaun yang walau didesain sederhana namun sangat mewah sepadan dengan harganya. Perpaduan gaun berwarna dusty pink serta aksesoris tas dan sepatu high heel yang sama.Reindra menyuruh Eliana mencoba gaun yang telah ia pilih, dengan langkah berat Eliana masuk ke kamar ganti. Awalnya Eliana menolak karena harganya bisa buat ia makan sekitar tiga bulan, namun ia tak ingin menolak, hingga membuat Eliana malu saat acaranya besok.Sesaat Reindra cukup memukau ketika melihat penampilan Eliana. Dengan gaun yang begitu pas. Melekat di tubuh Eliana yang tampak sangat elegan di tubuhnya. Reindra mengangguk bertanda ia cocok dengan pilihan
Menghadiri pestaPesta pernikahan mulai ramai, dengan piring beradu dengan sendok dan garpu dan obrolan para undangan yang hadir di pernikahan putri Pak Setiyawan. Begitu meriah, terlihat dari kalangan menengah keatas yang datang, terdengar riuh orang bicara yang kadang diselingi gelak tawa. Meski nyanyian mencintaimu mengalun dengan diiringi musik band.Reindra melirik arloji yang melingkar di pergelangan. Pukul 19:30 WIB. Pantas saja, masih begitu ramai para tamu undangan."Selamat malam, Pak Reindra," ujar beberapa mahasiswa dan mahasiswinya, membuat Eliana tersenyum."Malam juga." Renindra sambil mengulurkan tangan dan berjabat tangan, begitupun dengan Eliana."Istrinya ya Pak, cantik sekali?"Reindra tersenyum dan menatap wajah Eliana yang semua memerah. "Kenapa... Cantik kan?""Cantik sekali Pak Reindra. Kami permisi Pak.""Ya silahkan."Reindra menyempitkan jarak, meraih kedua tangan Eliana
Sidang perdanaAir mata akan bicara saat mulut tak mampu lagi menjelaskan rasa sakit, sangat menyakitkan dari apapun, Eliana menatap lekat wajah anaknya. Sungguh malang nasibnya dari kecil tak pernah mendapat kasih sayang dari Sang Ayah.Rembulan mulai bersinar di waktu malam, hanya terdengar suara bising pabrik dan suara lalu lalang kendaraan. Eliana duduk di balkon atas, memandangi bintang. Eliana berharap ingin selalu menjadi sinar untuk buah hatinya. Eliana beranjak memasuki kamar dan berbaring di atas ranjang rasa ngantuk menyerang hingga ia tertidur larut dalam mimpi.Pagi tiba suara riuh kicau burung terdengar begitu merdu, pemandangan sejuk. Matahari mulai bersinar menampakkan sinarnya setelah bersembunyi di balik awan, pagi hari aktivitas di mulai. Dengan semangat pagi, senyum pagi dan jiwa yang baru."Maafin, Mama. Harusnya kamu bahagia seperti anak yang lain. Bisa berkumpul bersama Ayahmu, tapi Mama tidak bisa berbuat apa-ap
Eliana melangkah masuk bersama seorang pengacaranya, rasa was-was menghantuinya. Degup jantungnya berpacu lebih cepat, dia duduk di bangku bersebelahan dengan Satria di depan Hakim. Entah perasaannya saat ini begitu terpukul akhirnya kisahnya akan segera berakhir.Hakim menanyakan tentang identitas juga pekerjaan masing-masing, semua pertanyaan Hakim dijawab oleh Eliana juga Satria. satu persatu pertanyaan selesai hingga Hakim merasa sangat disayangkan pasangan muda harus berpisah apalagi sudah memiliki seorang anak. Dan Hakim memutuskan untuk jalanni agenda mediasi.Eliana dan pengacaranya Pak Surya berjalan menuju ruang kecil, juga Satria mengikuti berjalan dengan pengacaranya Ibu Wati. Mereka bersama berjalan keruangan yang sudah disediakan. Eliana merasa begitu takut bagaiman jika Satria menghambat sidangnya."Pak, bagaimana jika Satria menolak ingin bercerai?" tanya Eliana dengan nada gugup."Tenang
Eliana membiarkan semikir angin membelai lembut wajahnya. Desirannya sungguh merdu terdengar, ditambah deburan ombak yang memecah pantai. Perpaduan keduanya bak alulan musik yang menentramkan jiwa. Menghadirkan simpang yang begitu syahdu.Senja mulai menguning suasana pantai terlihat begitu indah ketika sunset terlihat dari tepian pantai. melihat laut terbentang luas juga udara yang begitu menyejukkan hati, kebersamaan Eliana juga Reindra adalah momen yang sangat indah, Rein mengabadikan kebersamaan dengan foto berdua."Seru Mas, ini indah sekali, lama aku tak seprti ini. Terima kasih buat semuanya.""Sama-sama, kau harus berjuang El?"Eliana terdiam. "Aamiin, semoga ya, aku bisa melawannya."Eliana menggangguk. "Iya."Mereka masih duduk memandang sunset, rasa nyaman dan hangat kembali hadir. Eliana merasakan kenyamanan yang luar biasa."Bagaimana, kita pulang kasian Sonya seharian jagain Daffa."
Putusan pengadilanLangit cerah, tetapi tidak terik. Awan putih terlihat tertengger jauh di atas sana. Dedaunan nyiur melambai-lambai tertiup angin. Semua menjadi satu padu menciptakan kedamaian untuk Rendra. Sejenak, suasana tentram ini membuat Reindra melupakan kesedihan yang mendera jiwanya.Reindra kembali berjalan mendekati ruang kerjanya. Ia menarik kursi mendekati meja, menatap layar laptopnya jari jemarinya bermain cantik di atas keyboard laptopnya. Sesaat mengalihkan pandangan dari layar di depannya, kemudian sedikit mendorong kursi menjauh dari meja saat salah satu mahasiswanya masuk berada tepat di depannya.Sonya, salah satu mahasiswi tempat Reindra mengajar berdiri di depan mejanya dan menatap Reindra dosennya."Iya, Sonya ada apa?""Pak Reindra di panggil ke ruangan, Pak Setiyawan," ucap Sonya"Baiklah, Sonya.""Oh ya, Pak ... terima kasih oleh-olehnya banyak sekali semalam."Reindra
Maaf persidangan atas nama Eliana dan Satria jam berapa Pak?" tanya Satria cemas."Maaf, Pak. sudah satu jam yang lalu.""Apa ... ?""Astaga ... apa ini. Ini terjadi padaku." Lirih Satria kesal.Satria berjalan tanpa tenaga tubunya lunglai ke lantai. Geram, rasanya ingin sekali menumpahkan rasa panas yang menggelegak di dalam hati. Akan tetapi Satria bisa apa? Semuanya sudah terlambat.Jantung Satria berdegub lebih kencang dari sebelumnya. Satria tahu jika ia salah ini salah. Namun, ia terlanjur terjebak semakin dalam. Dalam rasa yang tak ia mengerti apa namanya.Entah kini cintanya telah menghilang, hal sepele yang dia lakukan Satria kadang membuat pipinya memanas. Rasanya mengenaskan sekali nasib Satria ini. Ia tertawa dalam hati. Permainan hidupnya ini sungguh membuatnya entah. Ingin menangis, ingin melampiaskan semua amarah yang ada."Pak, Kenapa baru ke sini?Satria dengan cepat berdir
Berusaha tegarEliana menatap bunga Lili yang begitu indah, putih bersih, bunga Lily nan cantik ... butiran embun melekat di kelopak mata membiarkan mentari bebas untuk berkaca. Kaulah lambang keindahan alam semesta, bunga yang sangat cantik Eliana menyukai bunga lili yang berwarna putih, begitu menakjubkan ibarat cinta yang tanpa ternoda.Walaupun terkadang kesedihan itu diutarakan dengan tangisan, tapi Eliana kuat akan bangkit dengan segera. Eliana mampu menghadapi ujian hidup, tidak suka sembarang mengeluh, dan pantang menyerah. Adanya semangat membuat Eliana tetap bisa bertahan hingga saat ini.Eliana akan bersyukur dan lebih percaya diri lagi. Dengan begitu ia bisa melangkah maju dan menghadapi setiap masalah yang datang silih berganti."El, ini untukmu...." Reindra memberikan bingkisan kotak untuk Eliana."Apa ini, Mas?" tanya Eliana penasaran."Bukalah...!"Eliana menaikkan satu alisnya, tak tahu a