“Kamu belum maafin aku ya?” Adrian melontarkan pertanyaan untuk menjebak Aruna. Aruna tidak menjawab lagi. “Kalau kamu masih marah sama aku, tolong jangan benci Ara … aku katakan sekali lagi, Aruna … hubungan aku dan Trisha udah selesai, bukan karena kamu tapi karena Trisha yang enggak menyukai Ar
“Makasih.” Satu kata kaku Aruna ucapkan. “Boleh minta minum enggak? Aku haus, abis angkut galon.” Aruna menatap kesal pada Adrian tapi tak urung dirinya mengambil gelas kosong dari atas meja makan yang kemudian diisi dengan air dari water dispenser. Setelah terisi penuh, Aruna memberikannya kepad
“Pak … Non Ara tadi dianter pulang sama wali kelasnya karena Non Ara demam tinggi.” Suara Nanny di ujung telepon sana terdengar panik. “Coba cek suhunya terus kasih minum obat penurun panas, pastikan kalau dia makan dulu sebelum minum obat.” Adrian berusaha tenang agar dapat berpikir jernih. Dia
Napas Aruna terengah, dia berlari sekuat tenaga menaiki anak tangga karena lift dari basement mengantri. Setibanya di lantai yang dituju Aruna menerobos penjagaan sekuriti sampai pria sekuriti memanggil lalu mengejarnya. “Ibu mau ke mana?” tanya Pria itu dengan nada setengah menggoda Aruna. Aruna
Adrian urung menutup pintu karena dua orang perawat datang membawa perlengkapan alat infus. “Isvara sudah tenang ya, Pak? Maminya sudah datang … kami mau pasangkan infus, tadi Isvara meronta-ronta jadi kami belum bisa pasangkan infusnya,” kata salah satu perawat. Aruna mendengar semua ucapan peraw
Pagi sekali Aruna terjaga karena suster harus menyuntikkan antibiotik ke selang infus Isvara. Suster mengatakan mungkin Isvara akan sedikit merasakan sakit karena cairan obat itu terlalu pekat maka Aruna mengusap-ngusap punggung tangan Isvara agar dia tidak terganggu dari tidurnya oleh rasa sakit t
“Iya … nanti Pak Malik jemput kamu sekitar ….” Adrian menghentikan kalimatnya untuk melihat jam tangan. “Satu jam lagi,” sambung Adrian kemudian. “Oh ya … baik, Pak.” Selly tidak memiliki pilihan lain selain menyanggupi. Adrian memutuskan sambungan telepon, sekarang dia menghubungi Bi Atun untuk m
Hening selama beberapa lama, tidak ada yang bersuara. Isvara memejamkan mata, bersandar di dada Adrian menikmati sinar matahari yang hangat. Sampai suara petugas katering datang membawa sarapan untuk Isvara dan pesanan Adrian. “Ara sarapan dulu ya, nanti minum obat … biar cepet sembuh.” Isvara s