happy reading✨✨✨Setelah selesai dengan perdebatan mereka yang memakan waktu cukup lama, Arumi memilih untuk turun kebawah untuk menyiapkan makan siang karena sekarang sudah waktunya makan siang. Afif mengekor di belakang Arumi.Setibanya di dapur, ternyata disana sudah ada Dinda yang hendak mengeluarkan beberapa bahan masakan yang hendak ia masak untuk makan siang, mungkin Dinda baru saja tiba di sana. Dinda tak menyadari kehadiran Afif dan Arumi."Din," sapa Arumi kepada Dinda yang membuat wanita itu terlonjak kaget."Eh, mbak,""Gak usah tegang gitu, biasa ajah." kata Arumi seolah tak ada apa apa di antara mereka."Ehm, i-iya mbak," jawab Dinda gugup dan berusaha tersenyum."Mau masak, kan?""Iya, mbak,""Ya udah yuk, kit
Happy reading✨✨✨Harap tahan emosi baca part yang ini!!!🤭🤭Tiga bulan sudah Arumi, Afif dan Dinda tinggal dalam satu atap. Merekapun sudah semakin rukun dan tak ada lagi kecanggungan yang tercipta saat mereka berkumpul. Walau masih ada rasa cemburu pada keduanya -- Rumi dan Dinda -- saat Afif bersama salah satu dari mereka, tapi rasa itu tak menyurutkan niat hati untuk berusaha seikhlas mungkin menerima.Arumi masih tetap dengan mengonsumsi obat-obatan untuk menghilangkan rasa sakitnya jika se waktu waktu kambuh. Tak ada yang tahu penyakitnya kecuali dokter Andra, mama Ina dan Maya. Sungguh apik Arumi menyimpan sakitnya dari orang-orang yang tinggal seatap dengannya, ia tak mau membebani suami dan madunya. Arumi ingin menikmati masa masa bahagia bersama mereka tanpa ada beban yang mereka tanggung. Sebenarnya, dokter Andra sudah menyarankan untuk operasi pengangkatan sel kanker, tapi Arumi meno
Happy reading✨✨✨"Bagaimana keadaan anak saya di dalam dok?" tanya Afif begitu antusias."Bayinya sehat pak, buk. Usianya memasuki Minggu ke enam. Untuk ibu hamil pada trimester pertama itu kehamilannya masih rentan, jadi buat ibu Dinda harus banyak istirahat dan jangan mengangkat beban yang berat-berat. Untuk mual muntah sudah hal yang biasa bagi ibu hamil, biasanya itu berlangsung sampai akhir trimester pertama, pada trimester ke dua sudah tak akan mengalami gejala mual muntah.""Terimakasih dok, penjelasannya.""Apa ada yang mau di tanyakan?""Tidak ada dok,""Oke kalau nggak ada, ini saya kasih resep untuk di tebus di apotik ya pak,""Terimakasih dokter, kami permisi,""Sama-sama pak, silahkan,"Afif dan Dinda pun keluar
Hari sudah menjelang malam, dan sudah tiba waktunya untuk makan malam, setelah ia menghabiskan waktunya bersama Dinda dan calon anak mereka, mereka merasa lapar, Dinda yang hendak memasak di larang oleh Afif karena gak mau dia kecapean. Afif hendak menaiki tangga menuju kamarnya dan Arumi, untuk meminta istri pertamanya itu memasak, tapi suara Dinda membuatnya mematung dengan jantung yang berdetak kencang."Mas, bu-bukannya mbak Arumi masih di rumah sakit?"Rasa bersalah kembali menguasai hatinya, sungguh teganya seorang Afif meninggalkan istrinya itu di rumah sakit. Ia sampai melupakan keadaan istrinya yang belum ia ketahui kabarnya. Dari pagi ia melupakan istri pertamanya itu, mengabaikan tanggung jawabnya akibat berita kehamilan Dinda yang membuat ia begitu bahagia dan lupa daratan. Bukan hanya sejam dua jam Afif melupakan Arumi, melainkan Berjam jam yang ia tak mengingat Arumi, ia pun lupa jika sekarang mungkin Arumi be
Simalakama, mungkin itu kata yang cocok untuk menggambarkan perasaan Afif saat ini. Sungguh perasannya bingung harus pilih yang mana? kedua istrinya sama-sama membutuhkan kehadirannya. Jika ia pulang maka Arumi akan sendirian disini dan tentunya Arumi akan semakin terluka dan jika tak pulang tentunya Dinda sangat membutuhkan kehadirannya untuk menghadapi gejala morning sickness pada trimester pertama kehamilan nya. Ia tak mau menyakiti hati kedua wanita yang kini sama sama ia cintai, apa yang harus ia lakukan?Sekian menit ia berfikir, ia menatap punggung Arumi, entah apa yang ia pikirkan sehingga Afif memutuskan keluar dari ruangan Arumi dan melangkah menjauhi ruangan tempat dimana Arumi di rawat.Merasa ada suara pintu di tutup, Arumi yang memang belum tidur membalikkan badannya dan tak mendapati Afif ada di sana."Kamu benar-benar pulang, mas. Ternyata aku memang tak lagi berarti untukmu. Ah,
Pagi buta, Arumi sudah bangun untuk menunaikan kewajibannya sebagai umat muslim. Selesai melaksanakan kewajiban, ia turun untuk membuat sarapan, setibanya di dapur, ia tak mendapati Dinda ada di sana. Dilihat dari pintu kamarnya pun tak ada tanda tanda pintu itu akan di buka, Arumi tak mempermasalahkan itu, ia segera menuju kulkas yang ada di samping pintu masuk dan mengambil beberapa bahan masakan mentah untuk di olah menjadi makanan untuk sarapan. Di pertengahan memasak, bel rumah berbunyi pertanda ada tamu, Arumi sedikit berlari menuju pintu dan membukakan pintu untuk tamunya. Seorang wanita paruh baya dengan menenteng tas ukuran sedang berada di hadapan Arumi."Maaf, nyonya. Apa benar ini rumah nyonya Arumi?""Ya, benar. Saya sendiri, ibu ini siapa ya?""Saya Yuni, yang di mintai Bu Maya untuk menjadi ART di rumah ini,""Owwh, ibu toh orangnya, mari masuk Bu, ya
Kurang lebih sekitar dua jam perjalanan telah mereka tempuh dan mereka sudah tiba di singapura, sekarang mereka sedang berada di dalam taksi untuk menuju rumah sakit. Tiga puluh menit kemudian, Arumi, Andra dan Tante Rita sudah sampai di rumah sakit SINGAPURE. GENERAL HOSPITALSesampainya di RS SGH, mereka bertiga disambut oleh dokter Darryl Aditya, seorang dokter muda spesialis kanker. Ya, sebelumnya Dokter Andra sudah memberitahukan kepada dokter Darryl perihal kedatangannya, sehingga dokter Darryl bisa meluangkan waktunya saat calon pasiennya akan tiba."Selamat datang dokter Andra," sapa dokter Darryl kepada Andra"Terimakasih, dokter Darryl,""Mari ikut keruanganku terlebih dahulu,""Baiklah,"Mereka pun menuju ruangan dokter Darryl, sesampainya di ruangan dokter Darryl, mereka di persilahkan duduk di seb
Tanpa terasa sudah tiga Minggu Arumi di rawat di RS Singapura General Hospital, keadaannya perlahan membaik. Namun, saat ini Arumi masih kesulitan untuk bicara, efek yang timbul pasca operasi membuat ia kesulitan bicara serta wajah yang tampak bengkak. Hal itu sudah biasa terjadi pada pasien yang baru selesai melakukan operasi kanker otak, tapi itu tak akan berlangsung lama, lambat laun keadaan pasien akan kembali normal seperti sediakala.Tante Rita sudah pulang ke Indonesia karena ada masalah di kantornya. Semenjak papa Noval -- papanya Andra -- meninggal dunia karena serangan jantung, Tante Ritalah yang mengambil alih kepemimpinan perusahaan milik suaminya itu. Tak mungkin jika Andra yang harus mengurus perusahaan, karena anaknya itu sibuk dengan pekerjaannya sebagai dokter."Tante gak akan lama, secepatnya Tante akan kembali," begitu kata Tante Rita kepada Arumi sebelum ia pulang ke Indonesia.