Bab 125. Alisya KeguguranIni untuk kesekian kalinya Alisya harus terpisah dengan Adante. Untuk kesekian kalinya dia merasa begitu ketakutan. Takut kalau kali ini dia akan benar-benar kehilangan. Panik, khawatir, takut, dan merasa tak ada tempat mengadu, membuat wanita itu merasa kian menderita. Dia merasa sangat tertekan. Seolah-olah ribuan ton beban sedang menghimpit dadanya.Sesak, sedak, sakit, takut …. Alisya semakin lemas.Jika kemarin yang memisahkan dia dengan putranya adalah Deva, hatinya masih sedikit tenang. Sebab Adante tak akan ke mana-mana. Adante berada di tempat yang aman, di tangang yang peduli dan juga sangat menyayanginya.Tetapi kali ini situasinya berbeda. Adante tak tau di mana, entah berada di tangan siapa. Bagaimana kalau dia disiksa oleh penculiknya? Bagaimana kalau putranya yang tampan itu mengalami pelecehan sexual. Bagaimana kalau Adante di sod*mi?“Tidak! Aku harus menemukan Adante sekarang juga! Aku tidak mau anakku kenapa-napa! Adante …!” teriak Alisy
Bab 126. Alisya Memanggil Nama Deva“Istri kamu sedang di rawat di sini juga? Dan dia keguguran, begitu?” Bu Ainy menyela. Tampak wajahnya begitu tegang. “Kok, bisa kebetulan, ya? Ya, Allah, sabar, ya, Nak! Duh, Ica … semoga bayimu baik-baik saja, Nduk!” ucapnya menengadahkan kedua tangan, lalu mengusapkannya ke wajah.“Maaf, Bu! Nama saya Damar. Saya belum menikah. Saya turut prihatin atas apa yang menimpa Mbak yang tadi, ya, Bu! Ibu siapanya Mbak itu?” tanya pria itu mengernyitkan kening.“Lho, maksudnya? Tapi, Susternya bilang istri kamu keguguran, Nak. Apa kamu kurang jelas mendengar, tadi?” Bu Ainy mulai kebingungan.“Oh, maksudnya, mbak yang saya bopong masuk tadi yang keguguran, mungkin suster ini mengira dia istri saya. Ibu siapanya Mbak tadi, ibunya, ya? Atau ibu mertuanya? Saya turut prihatin, ya, Bu!” ucap Damar merasa iba.“A-apa? Ica …! Ica keguguran?” pekik Bu Ainy dengan mata membola.“Oh, namanya Ica? Sabar, ya, Bu!” Damar menagkap tubuh Bu Ainy yang tiba-tiba l
Bab 127. Deva Datang Dengan Kekasihnya“Bisa segera telepon dan suruh ke sini! Pasien belum sadar, tapi sempat ngeracau memanggil nama itu. Kalau bisa segera suruh datang, ya, Pak, Buk!” ucap sang perawat lalu kembali masuk ke dalam ruangan.Pak Wahyu dan Bu Ainy terduduk lemas kembali ke kursi panjang. Wajah tegang mereka semakin kusut. Keduanya membisu, suasana hening dan mencekam.Damar merasa terenyuh. Dia memang belum paham apa masalah yang sebenarnya menimpa keluarga ini. Tetapi dia bisa merasakan kepelikan yang tengah melanda. Rasa iba kembali mencuat di relung hatinya. Iba kepada wanita yang tadi sempat dipeluknya saat membopong untuk menolong. Alisya yang telah kehilangan calon bayi, ditambah sikap tak peduli sang suami.Pria itu kembali menghampiri Pak Wahyu dan Bu Ainy. Menghenyakkan tubuh di samping mereka.“Coba telepon lagi suami Mbak Ica, Pak! Sepertinya dia sangat membutuhkannnya di saat saat seperti ini,” usulnya memberi saran.“Percuma, Nak! Deva sudah tak
Bab 128. Tamparan Ainy Buat Mantan Menantu Tamparan itu begitu tiba-tiba. Sedikitpun Sonya tak menduganya. “Kamu Sonya, kan? Mantan istri pertama Deva? Beraninya kamu muncul di hadapan kami sambil ngelendot seperti ini pada suami Ica?! Lepaskan tanganmu!” teriak Bu Ainy lagi menghentakkan tangan Sonya dengan kasar hingga terlepas dari lengan Deva. “Hey, Ibu ini ibunya Alisya, ya? Pantas Bar-bar, manusia hutan!” maki Sonya seraya meraba pipinya yang terasa perih bekas tamparan. “Apa kamu bilang? Manusia hutan? Lebih baik manusia hutan daripada kamu perempuan murahan!” Bu Ainy mendorong kasar bahu Sonya lagi. “Saya murahan? Atasa dasar apa Ibu bilang saya murahan, ha? Saya ngelendot di lengan mantan suami saya itu karena kami akan segera menikah! Kami sudah rujuk meski belum sah. Tapi mas Deva sudah mngajak saya rujuk. Dia juga sudha melamar saya. Kami akan mneikah begitu surat cerai Alisya keluar, Alisya, anak ibu yang gatal itu akan jadi sah jadi janda!” “Apa kamu bilang? Kali
Bab 129. Bukan Anak Hasil Zina“Ma? Mama kenapa kaget begitu? Harusnya Mama senang, kan? Ma …!” Deva terkejut melihat reaksi Alina.“Jawab, Dev! Apakah selama ini Alisya hamil? Jawab!” Alina berteriak. Wanita itu bahkan mengguncang-guncang kedua bahu putranya.“Mama kenapa, Ma?” Bukannya menjawab, Deva malah terlihat makin bingung.“Tante sadar, Tan! Tante kenapa, sih, Tan?” Sonya ikut menenangkan sang Tante yang tiba-tiba terlihat seperti orang kesurupan.“Jawab pertanyaan Mama, Deva!” teriak Alina makin kencang.“Iya, Alisya hamil. Selama ini Alisya Hamil, kenapa?” Deva balas berteriak.Cengkraman Alina di bahunya mengendur, lalu lepas begitu saja. Perempuan paruh baya itu tiba-tiba amruk, lalu terduduk di lantai. Tatapannya, sayu, wajahnya tiba-tiba layu.“Mama kenapa?” Deva merengkuhnya, membawanya bangkit dan mendudukkannya kemabli di atas kursi panjang. “Mama, ada apa? kenapa memnagnya kalau Alisya selama ternyata hamil? Kenapa Mama sepertinya kaget?" tanyanya lagi setelah
Bab 130. Alisya Belum Tahu Dia KeguguranDeva bangkit, lalu berjalan bagai orang linglung meninggalkan bangku panjang di depan ruang ICU itu. “Mas! Mas Deva mau ke mana?” Sonya langsung bangkit dari duduknya, lalu mengejar sang kekasih. “Mas, tunggu! Mas Deva mau ke mana?” tanyanya menahan langkah Deva dengan cara memegangi lengan pria itu.“Lepaskan, Sonya! Tolong menyingkir dulu dari hadapanku! Tolong jangan muncul dulu di depanku! Aku sedang sangat terpukul! Jangan kau tambahi dulu, ok! Lepaskan tanganku!” ucap Deva dengan nada pelan, nyaris tak terdengar.“Tapi, Mas Deva mau ke mana?” Sonya tak mau menyerah. Cengkramannya malah kian erat di lengan Deva.“Bukan urusan kamu, sekali lagi aku tegaskan, tolong lepaskan tanagnku, jangan halangi aku, ok!”“tidak, aku enggak akan pernah jauh dair Mas Deva lagi. Begitu janji kita tadi, kan? Aku enggak akan pernah membiarkan Mas Deva sendirian. Aku ikut, ayo kita pergi!”“Jangan sampai emosiku kulampiaskan padamu, setidaknay tidak se
Bab 131. Saya Maafkan Kamu, Tapi Tolong Ceraikan Saya“Baik, akan saya panggil perawatnya, ya! Mbak enggak apa-apa saya tinggal sebentar, kan?” tanya Damar seraya bangkit.“Eem, kenapa tidak tekan bel saja? Itu, di atas kepala saya!” Alisya mengingatkan.“Saya jemput saja perawatnya biar cepat datang, sebentar, ya!”“Terima kasih, Pak!”Damar buru-buru keluar. Sengaja dia tidak menggunakan bel karena ingin memesan sesuatu kepada sang perawat terlebih dahulu. Alisya tak boleh tahu tentang kandungannya. Dia baru saja siuman, Damar tak ingin Alisya kaget lalu drop dan pingsan lagi.“Anda!?” sergahnya begitu mendapati Deva ada di depan pintu. Gehas dia keluar dan langsung menutup pintu itu dengan buru-buru. “Kenapa Anda ada di sini? Ada apa? Tolong jangan sakiti hati Mbak Alisya, dia baru saja melewati masa kritisnya!” imbuhnya menegaskan.“Aku paham. Kata perawat Alisya siuman setelah kedatangan seorang pria yang dia panggil-panggil saat dia tak sadar. Boleh aku tahu siapa pria itu?”
Bab 132. Sonya Berulah Lagi“Maaf, kalau itu aku tak bisa. Tolong keluar dari ruangan ini! Aku mau tidur!”“Sya … Alisya ….!”“Hey, kamu?!” Tiba-tiba pintu ruang rawat itu dibuka dari luar, Bu Ainy dan Pak Wahyu masuk sambil membelalak kaget. “Keluar kamu! Keluar!” Bu Ainy membentak sambil menunjuk pintu.“Maaf, Bu! Saya ke sini hanya untuk memberitahu Alisya bahwa Andante sudah ditemukan. Itu saja!” Deva berusaha memencari simpati keluarga Alisya lagi. Berharap dengan berita ini dia akan mendapat kesempatan untuk mendekati keluarga ini lagi.“Adante ditemukan? Kau bilang Adante sudah ditemukan?” Bu Ainy langsung menurunkan volume suara. Wanita itu mendekati Deva. “Di mana? Bagaimana keadaannya, apakah ada yang menyakitinya? Cucuku baik-baik saja, bukan?” tanyanya mengguncang lengan Deva.“Adante baik-baik saja. Cucu Ibu baik-baik saja. Saya akan menelpon Bik Siti agar menyuruh supir mama mengantarnya ke sini. Sebentar ya, Bu.” Deva merogoh ponsel di saku celama panjangnya. Lalu