Bab 46. Tawaran Sonya Untuk Fajar“Astaga! Kalian!” Alisya membeku di depan pintu menyaksikan pemandangan di sana. Sonya tengah meraba dada Deva. Sementara Deva terpejam, begitu menikmati sentuhan Sonya, yang dalam khayalannya adalah Alisya.“Alisya! Astaga! Ini … Sonya, kamu!” Deva tersentak kaget, spontan tubuh Sonya dia dorong kuat.“Mas!” protes Sonya lebih kaget dengan perlakuan Deva. Hampir saja tubuhnya terjerembab ke lantai. Untung dia segera berpegangan pada sudut nakas.“Terima kasih makanannya. Sekarang kamu pulang saja!” perintah Deva tegas.Alisya segera berpaling. Pikirannya campur aduk antara percaya, curiga, dan prasangka. Otaknya tak sanggup berpikir. Entah apa yang baru saja dilakukan oleh Deva dan Sonya.“Mammmmma …. mamma ….” Adante berjalan ke arahnya dengan dua buah mobilan di tangannya.“Adante? Sayang? Kamu dari mana?” Alisya menoleh.“Mobilannya meluncun jauh, Dante kejan, Ma. Mama … papa Bobok, ya?” Adante hendak masuk ke dalam kamar Deva.“Iya, Sayan
Bab 47 Tenggelam Di dalam Kubangan Dosa“Ya, aku kunci dulu pintunya!” Fajar bangkit dari kasur, lalu berjalan ke arah pintu. Dua buah kancing pintu dia geser, atas dan bawah. Pintu kamar kini tertutup rapat.Sonya menatap lekat tubuh tinggi Fajar. Benar, kalah jauh dengan fostur Deva. Fajar terlihat lebih kurus, kumal dan tak terawat. Kulitnya lebih hitam dari aslinya. Beban hidup dan pikiran ruwet membuat penampilan Fajar makin tak karuan.Namun, Sonya yakin Fajar pasti bisa memberinya kehangatan. Fajar pasti sangat tangguh di atas ranjang. Dia bisa menangkap jejak kejantanan dari bahasa tubuh mantan suami Alisya itu. Khayal liar Sonya makin mengembara. Dia yakin permainan kali ini pasti sangat berbeda dengan permainan Alex.Sonyalah yang akan menguasai Fajar, bukan dikuasai. Fajar membutuhkan dia, tentu Fajar akan memperlakukannya dengan sangat baik. Tidak seperti Alex. Bos preman itu selalu memperlakukan Sonya tak ubah barang. Sonya melayani juga bukan dari hati, tetapi sela
Bab 48. Rena Dikunci di Toilet Sekolah“Baik-baik belajarnya ya, Non! Jangan ke mana-mana kelar sekolah, kakek akan menunggu di sini! Gak boleh pulang bareng siapapun selain kakek. Ingat pesan Papa dan Mama, kan?” Dadang melepas kedua putri majikannya pagi itu.“Baik, Kakek. Rena masuk kelas, ya?” sahut Rena lalu menyalam sang supir. Sementara Tasya sama sekali tak peduli. Dengan langkah angkuh dia berjalan ke arah gerbang sekolah.Dadang menghela napas panjang. Tasya sudah sangat berubah. Padahal dulu dia begitu sopan, ramah dan selalu menghargai siapapun. Alisya selalu mengajarkan kebaikan dan budi pekerti. Namun, sejak Sonya dan Alina mendekat, Tasya berubah total.“Semoga Non Tasya bisa kembali seperti dulu,” gumam Dadang sambil melajukan mobil kembali pulang.Rena berhenti di depan kelasnya. Menatap lurus ke arah rumah kecil di sudut halaman sekolah. Mengenang saat-saat indah dahulu. Biasanya pagi begini dia akan berlari ke rumah penjaga sekolah itu dengan wadah bekal di tanga
Bab 49. Ancaman Fajar Sonya tengah menyiapkan berkas-berkas yang diminta oleh Deva saat sebuah notifikasi pesan chat masuk ke dalam ponselnya. Segera wanita itu mengusap layar. Pesan dari Tasya putrinya.[Ma, Rena Tasya kunci di dalam Toilet sekolah, hehehe ….Tasya keren, kan Ma?][Oh, ya! Keren banget. Tasya memang anak Mama!]Sonya mengetik pesan balasan. Terkirim, namun tak berubah warna. Ponsel Tasya tak aktif lagi. Wanita itu lalu memutar otak. Dia harus memanfaatkan kesempatan langka ini. Segera dia menghubungi nomor Fajar.“Hallo, Mas! Mas Fajar di mana?” sapanya begitu ponselnya terhubung.“Ada apa, Sayang? Oh, iya. terima kasih yang tadi malam, ya? Tapi, maaf, aku belum dapat ide untuk mendekati Alisya. Sabar, ya, Sayang!” terdengar jawaban mesra dari seberang sana.“Iya, aku paham. Sekarang Mas posisinya di mana?”“Bu Mawar sedang arisan. Aku nunggu di mobil, kenapa, Sayang?”“Em, bagus kalau begitu! Mas Fajar izin sama Mama, bilang alasan apa, kek, gitu! Lalu, segera k
Bab 50. Pesan Suara Rena Kepada Alisya“Apa? Tasya menganiayaya adik tirinya? Maksudnya Rena? Fitnah apa ini? Usir mereka!” perintah Deva.“Mereka punya buktinya, Pak. Tolong Bapak segera datang ke kantor, mereka menunggu!” nada suara Sonya terdengar sangat panik.“Siapa, mereka? Jangan cari masalah sama saya!”“Mereka dua orang. Satu pengacara dan satu lagi perwakilan dari komisi perlindungan anak.”“Apa? Siapa yang mengirim mereka?”“Sepertinya Pak Fajar.”“Fajar? Gembel itu berani menantang saya?”“Sepertinya Pak Fajar punya relasi orang hebat. Makanya Bapak cepat datang ke kantor, ya!”“Wah, ngajak ribut dia! Baik! Aku datang!”Deva menutup ponsel. “Cari tahu tempat tinggal si berengsek itu! Bawa Rena pulang! Segera!” perintahnya kepada anak buahnya.“Baik, Pak!” Empat orang pria berseragam safari segera bergerak pergi.“Kita pulang, aku harus bicara dengan Tasya sebelum ke kantor.” Deva menoleh ke arah Alisya.“Aku akan ikut cari Rena! Aku gak akan bisa tenang kalau Rena belum di
Bab 51. Pengakuan Tasya“Rena! Ini suara Rena, Rena ….” gugup Alisya demi mendengar pesan suara yang masuk ke ponselnya. Buru-buru dia menekan symbol panggil di layar.“Hallo …. Rena jawab mama, Nak! Di mana alamat Tante Intan, Sayang! Hallo …!” Alisya berulang-ulang memanggil nomor Intan. Namun, panggilannya tak tersambung. Ponsel Intan tak aktif lagi.“Rena … kamu baik-baik aja, kan, Nak! Kamu di mana? Mama mau peluk, tolong jangan trauma lagi, ya, Sayang! Rena … jawab telpon mama!” Alisya ngeracau, berulang-ulang memanggil nomor Intan di ponselnya.Deva masih berdiri kaku di posisinya. Suara Rena yang terdegar jelas di telinga masih belum bisa dia percaya. Rena bilang dia tak mau lagi pulang ke rumah, tak mau lagi ke sekolah, itu karena takut pada Tasya. Takut karena Tasya sempat menguncinya di toilet.Apakah ini bagian dari rencana Fajar untuk menyerang dirinya, dengan cara memfitnah Tasya? Lalu Fajar menyuruh Rena berkata dusta? Astaga Rena, kenapa kau mau mengikuti ide g
Bab 52. Deva Kalah Dalam Ancaman FajarSuasana terasa begitu tegang di rumah kediaman Deva. Seluruh penghuni rumah larut dalam kegelisahan. Para ART tak luput dari kekalutan. Semua turut sedih akan kejadian yang menimpa Rena. Mereka sangat membenci perbuatan Tasya. Namun, tak ada yang berani menghujat.Tasya merasa kalau dia dibenci oleh seluruh penghuni rumah. Itu membuatnya merasa tidak nyaman. Gadis itu segera mengadu kepada Sonya dan Alina. Tentu saja kedua wanita itu membujuk dan membesarkan hatinya. Sonya berjanji akan segera datang setelah pulang kantor. Alina bahkan segera memanggil supir untuk mengantarnya ke rumah cucu kesayangan.Alisya berjalan hilir mudik di teras rumah. Tak sabar menunggu kepulangan Deva. Wanita itu sangat berharap Deva bisa menyelesaikan masalah ini dengan utusan Fajar. Bukankah selama ini Deva bisa menyelesaikan masalah apapun. Dengan uang dan nama besarnya, Deva dengan gampang mengatasi segalanya. Konon lagi hanya seorang Fajar.Alisya yakin, D
Bab 53. Rena Tak Mau Dijemput Alisya“Talak aku sekarang! Aku akan keluar dari rumah ini dengan membawa Adante! Akan kurebut putriku Rena dengan caraku!” sergah Alisya balas menatap Deva dengan tak kalah tajam tajam.“Sampai matipun aku tak akan pernah menalak kamu! Camkan itu!” tegas Deva.“Kenapa, Mas? Pernikahan ini sudah tak sehat! Rumah tangga kita sudah tak layak dipertahankan! Aku sudah muak dengan semua kejadian ini!”“Aku sudah berusaha memaafkan kesalahanmu, Alisya! Aku akan lupakan kejadian waktu itu! Masih kurangkah menurutmu pengorbananku, ha?”“Aku tidak butuh maaf darimu, Mas! Itu sebab aku tak pernah minta maaf padamu. Sebab aku tidak bersalah! Buat apa aku meminta maaf! Tapi, itu tak penting! Aku hanya ingin keluar dari rumah ini! Aku ingin sudahi pernikahan ini!”“Tidak akan pernah! Jika kau tak ingin memperbaiki keadaan ini, terserah! Tapi jangan harap kau bisa melewati pintu pagar rumah ini! ingat itu!” pungkas Deva lalu masuk ke dalam rumah.“Baik, kalau kau tida