"Telponan sama pacarnya ya?" Yoyon menerka dengan raut cengengesan. Pasalnya siapa yang tidak tahu mengenai pacar Tristan? Cewek beruntung tetapi masih kelas tiga SMP, seumuran dengan Sabila adiknya Arta. Semua orang tahu isu tersebut walau mereka tidak pernah melihat bagaimana paripurnanya rupa dari pacar seorang Tristan Wales.
Tak berselang lama Tristan memasukkan ponselnya ke dalam saku celana. Ia menolehkan tubuh sepenuhnya pada seorang cowok yang menyapanya. Sedikit merunduk untuk dapat saling bertatapan karena perbedaan tinggi.
Melihat hal itu Yoyon gelabakan. Buru-buru ia menangkupkan tangan di depan dada. "Maaf, maaf. Gue nggak bermaksud ganggu acara telponan lo. Silakan dilanjutin, gue pergi aja."
Mata tajam Tristan membulat kala melihat cowok yang menyapanya tadi dengan tergesa-gesa hendak beranjak pergi. Segera ia me
Di salah satu sudut persimpangan kelas 12, gerombolan cewek-cewek trouble maker di kelas 11 dan 12 Taruna Bangsa tengah berkumpul. Selin sebagai orang paling terpandang dan dihormati di antara teman-temannya bersandar di tembok dengan satu kaki yang ditekuk. Jemarinya gemulai memainkan ujung rambut miliknya sendiri yang tergerai indah."Nyadar nggak sih kalau posisi kita di sini tuh sama," berondong cewek berambut toska.Atensi yang lain langsung menyorot padanya. Si empunya rambut yang tidak lain adalah Melly, ketua Qotsa sendiri. Cewek cantik itu segera menyuarakan pendapat. "Gue pengen pergi ke anniv Liondrak sebagai cewek Arta, tapi Arta malah maksa Eva buat ikut. Kek najis banget."Kini tubuh Melly sepenuhnya menghadap ke arah Selin. Sementara Selin sendiri pun juga menegapkan tubuhnya saat ditatap serius
Usai meriahnya pembukaan party anniversary ke satu tahun Liondrak dengan battle balap liar antara dua geng motor terkemuka di wilayah Jakarta Selatan dan Bandung, kali ini mereka merayakan kembali dengan kegiatan yang cukup memalukan bagi sebagian anak geng motor yang terkenal beringas ini.Entah siapa pengusulnya pertama kali. Namun merayakan party dengan melakukan dansa bersama pasangan merupakan hal yang cukup memalukan bagi anak geng motor sekelas cowok berandalan. Salah satu ruangan markas Liondrak telah didesain se-aesthetic mungkin sebagai ajang kegiatan ini. Parahnya anggota inti masing-masing geng motor yang hadir harus ikut berdansa meramaikannya, teserah berpasangan dengan siapa.Siulan menggoda saling bersahut dilontarkan pada ketua geng Liondrak. Tak peduli siapa pun pengusulnya, tetap saja yang bertanggung jawab
Empat kali empat enam belas,Sempat tidak sempat pokoknya harus disempatkan.Hal itulah yang sedang diterapkan oleh sepasang remaja bergelar couple goals SMA ternama Jakarta Selatan, Taruna Bangsa. Tidak lain adalah Edo dan Aurel. Sebelum pulang ke Jaksel mereka berdua berburu cincin couple terlebih dahulu. Ide tersebut tentunya dimulai oleh Aurel. Awalnya ia tak sengaja melihat postingan salah satu selegram ternama tanah air sedang memamerkan cincin pernikahannya. Kabar bahagia tersebut disambut dengan suka cita oleh sebujur fans-nya.Karena hal itulah mendadak Aurel kepikiran ide lucu ini. Ia mengajak Edo pergi ke salah satu mall di Bandung untuk mencari apa yang ia inginkan.Edo mendengus melihat kekasih hatinya itu sibuk sendiri dengan aksesoris jari. Ia memeluk p
Semakin sore terpaan sinar matahari bukannya redup tapi justru semakin meningkat panasnya. Eva memijit pelipisnya yang terasa sakit. Banyak orang berlalu lalang dan saling berteriak memanggil satu sama lain membuat Eva makin pusing saja.Saat ini Eva tengah berdiri dalam salah satu ruangan pedapuran Taruna Bangsa. Di hadapannya sudah terhampar tumpukan kardus berisi air mineral yang sangat banyak sekali. Namun karena ruangan ini terletak cukup jauh dan dirasa tempatnya tidak strategis, maka OSIS sepakat untuk memindahkannya ke ruangan OSIS sementara agar dapat bekerja cepat esok hari."Berdiri doang kayak orang bego! Lo mau ngapain?" Pertanyaan dengan kalimat ejekan sebagai pembuka tersebut keluar dari mulut Bima.Sudah cukup, goro ini telah melebihi batas mampu yang Eva punya. Ia sudah sangat kelelahan sekarang. Bahkan telapak
Alhamdulillah Eva sudah merasa lebih baik sekarang. Untunglah ia tidak lupa memberi tahu mamanya lebih dulu bahwa ia akan pulang terlambat hari ini karena harus menyiapkan acara dalam rangka datangnya Prof. Ir Arief Wijaya, ME—selaku pemilik Taruna Bangsa.Malam hampir menjelang. Matahari sudah ingin membenam di ufuk barat. Saat ini OSIS dikumpulkan di ruang OSIS. Dilihat hanya tinggal segelintir orang yang tersisa. Sebagian lagi izin ada kegiatan lain yang entah benar atau tidaknya. Ada pula yang langsung pulang begitu saja.Eva menyandarkan pinggulnya pada meja untuk rapat OSIS di bagian divisi utama. Di sebelahnya terdapat Adam yang ikut berdiri juga. Sementara di tangan Eva saat ini terdapat sebuah agenda dengan ukuran kecil. Ia menepuknya beberapa kali. Tindakan tersebut sukses menyorot atensi anggota OSIS yang sudah diatur untuk duduk melantai di hadapannya
Terlalu muak pada semestaKenapa meletakkan orang yang tak bisa menghargai di sekelilingku?Aku ingin keluar dari lingkup toxic ini tapi seolah tak diberi celahSemesta tak beri aku pilihan lain.Sebegini susahnya kah pertahankan beasiswa? Jika boleh menyerah aku ingin semuanya cukup sampai di siniMenjauh dari kota ke tempat terpencil sekalipun, demi ketenangan diriBeberapa jalanan sepi banyak yang di kelilingi orang yang saling memahamiAku tak mau banyak.
Ketimbang berdiam diri di rumah. Sangat membosankan hanya dengan memikirkan tugas sekolah, pekerjaan OSIS, anak Kompeni yang brengsek, teman-teman jahannam yang sangat stres tak pernah ada saat dibutuhkan. Akan lebih baik Eva gunakan sorenya yang indah ini dengan menemani mamanya belanja ke pasar memberi bahan keperluan membuat kue. Hitung-hitung sebagai healing melepas kepenatan masalah di sekolah yang tak ada habisnya.Senyuman ramah membalas sapaan orang-orang yang ia lewati menemani perjalanannya ke pasar bersama sang mama. Namun sebelum itu Vina harus mampir ke beberapa toko lebih dulu untuk mengambil uang kue yang ia titipkan tadi pagi. Rutenya memang seperti itu setiap hari. Malam membuat kue, pagi menitipkannya, kemudian sore mengambil uangnya."Bu, saya ambil uang kue tadi pagi!" panggil Vina pada salah satu toko yang ia
Rambut tergerai dengan beberapa helai yang lengket di pipi gembulnya tampak kemerahan. Terlihat jelas bekas tangan seseorang menjiplak di sana. Saat ini Shouma melekat erat pada tubuh kekasihnya, menginginkan perlindungan dari sana. Duduk saling berhadapan dan merapat di dalam mobil.Tangisannya sudah mereda. Namun isakan lirihnya benar-benar tak bisa dihentikan. Semua yang terjadi padanya hari ini benar-benar membekas sampai ke relung hati. Mentalnya tak dapat berbohong soal ini. Uma merasakan trauma yang mendalam.Pelan dan terbata Uma menceritakan semuanya sedetail mungkin pada Rehan. Sementara cowok itu mendengarkan dengan tangan yang aktif mengelus rambut panjang Uma yang tergerai indah, menenangkan kekasihnya itu yang masih bergetar takut di sela-sela isakannya bercerita.Karena