Share

Bab 48

Saat menjelang siang hari, akhirnya ia bisa keluar dari hutan itu. Tak lama berjalan, ia melihat sebuah rumah. Ternyata rumah seorang petani. Si petani itu baru saja selesai menggarap sawahnya dan kini sedang beristirahat. Petani itu sudah tua, namun tubuhnya masih terlihat segar dan kokoh. Hanya wajahnya saja yang sudah terlihat keriput-keriputnya.

“Selamat siang, Lopek... Bolehkah saya menumpang istirahat sebentar? Saya tersesat beberapa hari di hutan,” kata Cio San dengan hormat.

“Oh.., tersesat? Memangnya anak ini mau kemana dan dari mana?” tanya si petani itu ramah namun sedikit kaget juga.

“Mmmm...., saya sedang berkelana, Lopek. Tapi karena tidak tahu jalan, saya tersesat..,” ujar Cio San sambil malu-malu.

“Wah, ternyata anak ini dari kaum Bu Lim (persilatan) ya? Mari.. mari.. Silahkan istirahat disini...,” jawab si petani ramah.

Jaman itu kaum persilatan memang dihormati dan dikagumi rakyat jelata, karena terbukti mampu membebaskan tanah air dari penjajah Mongol. Sehingga raky
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status