Share

Bab 7

Tan Hoat hanya menggeleng-geleng. Memang kesaktian Thay Suhunya itu sudah tidak bisa diukur lagi. Padahal Lau Tian Liong sudah memiliki ilmu kelas tinggi yang menempatkannya di puncak nama-nama dunia Kang Ouw, bahkan setara dengan pemimpin Siau Lim-pay (Partai Silat Shao-Lin) sekarang. Nama Lau Tian Liong mungkin sekarang termasuk 3 besar orang yang paling tinggi ilmunya di dunia Kang Ouw. Bisa dibayangkan, betapa tingginya ilmu Thio Sam Hong yang mampu mengalahkan Lau-ciangbunjin dalam satu pukulan saja!

“Pikir-pikirkanlah ucapan Thay Suhu yang tadi kuceritakan padamu. Otakmu cerdas, dan pikiranmu tajam.”

“Teecu sudah hafal dan akan teecu pikirkan terus, Suhu...,” kata Tan Hoat.

“Baiklah, jangan kau ceritakan ini kepada murid lain. Aku menceritakan ini hanya kepadamu saja,” kata Lau-ciangbunjin.

“Eh. Kenapa, Suhu?”

“Ah, sungguh berat mengatakannya. Aku tak tahu harus memulainya darimana...”

Lalu Lau Tian Liong melanjutkan, “Sebelum Thay Suhu meninggal, beliau bercerita bahwa di dunia Kang Ouw ini ada sebuah kitab rahasia ilmu silat yang sampai sekarang belum ditemukan orang. Kitab itu adalah kitab tulisan Tat Mo. Kita tahu bahwa Tat Mo sendiri adalah pencipta ilmu silat. Seluruh jurus dan aliran ilmu silat yang ada sekarang, bersumber dari kitab itu. Kitab itu tersembunyi di suatu tempat rahasia. Thay Suhu Thio Sam Hong memerintahkan aku menugaskan salah satu murid Bu Tong-pay untuk menyelidiki keberadaan kitab itu. Bukan karena Thay Suhu ingin kita menguasai isi kitab itu, tetapi untuk menjaganya dari tangan-tangan sesat. Bisa kau bayangkan, betapa hebohnya jika kitab itu nanti jadi rebutan semua aliran.”

Lau Tian Liong melanjutkan,

“Semua pelajaran ilmu pernafasan, ilmu silat, dan ilmu-ilmu lainnya bersumber dari kitab itu. Dulu, seratus tahun lebih, sempat ada kitab serupa yang jadi rebutan pendekar-pendekar Kang Ouw. Tapi kitab rebutan itu hanya berupa ringkasan dari kitab tulisan Tat Mo itu. Bisa kau bayangkan, kitab ringkasan saja, sudah bisa menghasilkan ilmu-ilmu dahsyat yang tiada tanding, apalagi kitab aslinya.”

“Thay Suhu berkata, bahwa ilmu Thay Suhu sendiri sebenarnya belumlah menyamai isi kitab Tat Mo itu. Tapi pemahaman beliau sebenarnya sudah bisa menjangkau isi kitab itu. Sayang, sebelum sempat memberi aku petunjuk-petunjuk, beliau sudah keburu meninggal. Hanya ujaran-ujaran yang tadi aku sampaikan padamu itu, yang sempat disampaikan Guru kepadaku.”

“Jadi sekarang, aku harus merepotkanmu untuk menyelidiki keberadaan kitab ini. Lakukan secara rahasia, jangan sampai menimbulkan kehebohan di dunia Kang Ouw. Menurut Thay Suhu, keberadaan kitab itu mungkin hanya diketahui tidak lebih dari 3 orang.”

“Teecu siap berangkat saat ini juga, jika itu perintah Suhu,” tegas Tan Hoat.

“Jangan, beberapa hari lagi saja. Nanti bisa menimbulkan kecurigaan jika kau langsung berangkat, padahal baru saja sampai di Bu Tong-san. Istirahatlah dulu. Pergunakan waktumu untuk memberi petunjuk-petunjuk dasar ilmu Bu Tong-pay pada muridmu. Walaupun ia belum resmi diangkat menjadi murid Bu Tong-pay, secara tidak langsung ia berhak belajar dasar ilmu Bu Tong-pay karena ia sudah menjadi anak angkatmu.”

“Teecu siap laksanakan perintah.”

“Nah, pergilah.”

Setelah mengucap salam dan menghaturkan hormat, Tan Hoat meninggalkan kamar Lau Tian Liong. Hatinya tidak enak mendengar adanya kabar kitab Tat Mo itu. Dunia Kang Ouw pasti akan heboh tidak lama lagi.

Sekitar 10 hari kemudian, seluruh murid angkatan ke-3 sudah kembali dan membawa muridnya masing-masing. Dua hari setelah itu, diadakan upacara penerimaan murid. Upacara ini merupakan salah satu acara besar di Bu Tong-pay. Oleh karena itu, harus diikuti oleh seluruh murid Bu Tong-pay. Perkecualian bagi yang mendapat tugas lain seperti berjaga, ronda, atau mengurus pekerjaan ‘rumah tangga’ seperti memasak, mengurusi air, bersih-bersih, atau mengurus ternak.

Balai yang digunakan untuk upacara ini adalah balai utama. Ukurannya besar dan sanggup menampung seluruh murid Bu Tong-pay. Bahkan masih sanggup menampung beberapa ratus orang lagi. Banyak sekali kejadian di ruangan ini sejak dahulu. Seperti kekacauan acara peringatan ulang tahun Thio Sam Hong ke-100. Saat itu Bu Tong-pay kedatangan banyak ‘tamu’ yang ingin memberi ucapan selamat, namun maksud sebenarnya adalah untuk memperebutkan benda-benda incaran dunia Kang Ouw.

Ada juga penyerbuan yang dilakukan seorang Putri Goan beserta anak buahnya. Penyerbuan ini berhasil digagalkan murid kesayangan Thio Sam Hong dulu itu. Malah akhirnya, murid kesayangan itu jatuh hati dan menikah dengan sang Putri Goan, lalu menghilang dan menyepi entah kemana.

Banyak lagi cerita-cerita mengharukan yang terjadi di balai utama ini. Maka memang ada suasana haru yang timbul di hati para murid jika memasuki ruangan ini. Apalagi bayangan Thay Suhu masih membekas di ingatan mereka kala memimpin upacara-upacara. Ada suasana syahdu dan sendu yang mengiringi suasana sakral jika memasuki ruangan ini.

Murid-murid sudah berbaris rapi. Para Tianglo (Penasehat) dari sang Ciangbunjin sudah hadir dan berada di posisi samping dari mimbar ketua. Tapi sang Ketua sendiri belum datang.

Beberapa murid membaca ujar-ujaran dari kitab kuno, dan juga ujar-ujaran Thio Sam Hong.

“Ciangbunjin memasuki balai utama…!”, terdengar teriakan dari sudut ruangan.

Semua orang lalu berlutut. Ini adalah Ciangbunjin pertama sejak kepergian Thio Sam Hong. Wibawanya tidak seperti Thio Sam Hong. Wibawa siapapun TIDAK AKAN MUNGKIN seperti Thio Sam Hong. Tapi Lau-ciangbunjin memiliki wibawa sebagai seorang Ciangbunjin. Itu saja sudah cukup.

“Murid-murid Bu Tong-pay, kini kita berkumpul untuk melakukan upacara penerimaan murid baru. Murid baru ini adalah murid-murid pilihan, yang cara pencariannya agak sedikit berbeda dari cara-cara dahulu.”

“Seperti kita semua tahu, Bu Tong harus menambah banyak murid berbakat. Kepergian Thay Suhu membuat kita harus rajin berbenah. Tidak ada satupun murid yang bisa lulus ujian naik ke tingkat 4. Sehingga kami, memutuskan untuk mencari banyak murid berbakat, melalui cara yang sedikit berbeda, agar Bu Tong tidak kekurangan murid-murid hebat nantinya.”

“Bagi kalian yang sudah menjadi murid Bu Tong, berlatihlah lebih giat untuk bisa mengharumkan nama perguruan Bu Tong. Yang terpenting, kalian harus bisa mengharumkan nama bangsa ini ke semua penjuru bumi.”

“Saat ini, Bu Tong kedatangan 15 murid baru. Mereka telah melewati syarat-syarat yang ditetapkan. Mereka berasal dari keluarga dan keturunan yang jelas. Memiliki bakat, tubuh, dan tulang yang cocok untuk belajar ilmu silat. Kecuali Cio San, yang memiliki masalah kesehatan. Walaupun sering sakit dan mempunyai tubuh yang lemah, ia tetap diterima, karena memiliki susunan tulang yang bagus untuk belajar silat. Ia juga memiliki ketertarikan untuk belajar kitab-kitab kuno dan kitab nabi-nabi. Kita sedang kekurangan murid yang mempelajari ilmu surat, karena selama ini kita terlalu memusatkan perhatian untuk mempelajari ilmu silat. Ini mungkin disebabkan pergolakan perang pengusiran penjajah dulu.”

“Sekarang kita harus menata lagi perguruan ini, karena sudah ditinggal oleh Thay Suhu. Aku harap seluruh murid Bu Tong-pay mendukung rencana-rencana ini, dan melakukan yang terbaik dalam pelaksaannya.”

“Murid siap menaati perintah.” Jawaban ratusan murid Bu Tong-pay menggema di dalam balai utama.

“Aku memanggil kelima belas calon murid Bu Tong-pay...” Lau Tian Long lalu menyebutkan nama-nama itu.

Kelimabelas nama murid itu, termasuk Cio San lalu maju kedepan. Mereka semua memang sudah diajarkan tata cara upacara penerimaan murid ini sebelumnya.

“Ucapkanlah sumpah setia Bu Tong ini, tirukan kata-kataku....,” perintah sang Ciangbunjin.

Terdengar Lau Tian Liong mengucapkan sumpah yang ditirukan oleh kelimabelas murid baru itu. Isi ucapan sumpah itu tidak begitu panjang. Intinya, semua murid Bu Tong menyatakan tunduk dan patuh kepada semua aturan yang ada di Bu Tong-pay.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status