Share

5. Serangan

"Apa maksudmu dengan menikah?" Myan yang begitu terkejut, menatap Kouza dengan penuh tanya.

"Tentu saja kau akan menikah denganku." ucap Kouza.

"Mengapa? Apakah harus? Maksudku, mengapa aku harus menikah denganmu?"

Kouza mengerutkan keningnya. "Kau tidak ingin menikah dengan seorang pangeran?" tanyanya tak mengerti.

"Maksudku, mengapa kita tiba-tiba harus menikah? Bukankah jika kita menikah, kita harus saling menyukai? Kita harus saling mengenal dahulu?"

"Karena kau adalah Kisha. Dan aku memang menyukaimu," ucap Kouza jujur.

"Kau tidak menyukaiku?" tanya Kouza lagi.

Myan menggigit bibir bawahnya. Ia tak mengerti mengapa Kouza bisa dengan mudah mengatakan hal itu. "Bukan begitu, bukan berarti aku membencimu. Hanya saja, kita harus saling cocok bukan?"

"Aku akan menunggumu menyukaiku jika kau belum merasakan hal yang sama Myan. Aku akan berusaha membuatmu menyukaiku. Seperti aku yang menganggapmu adalah takdirku."

"Kau datang ke sini untuk hidup bersama denganku dan menyelamatkanku. Aku sudah menunggumu selama ini, dan aku tidak keberatan untuk menunggu lagi."

Myan terpana dengan cara Kouza mengungkapkan isi hatinya. Sekali lagi Myan mengingatkan dirinya sendiri, bahwa ini bukan dunianya. Jadi jika seorang pria mengajaknya menikah artinya tidak akan ada pendekatan dahulu, tidak ada kencan dahulu, atau saling mengenal. Dan Kouza ini adalah pangeran. Artinya semua kemauan dan tindakannya adalah mutlak.

Begitu juga dengan wanita yang ia pilih. Ia sudah pasti bisa mendapatkan wanita mana pun hanya dengan sekali tunjuk. Tidak ada yang bisa menolak atau berkata tidak pada pangeran. Tapi menikah? Hal itu tidak pernah terpikirkan olehnya dalam situasi seperti ini.

"Bagaimana jika kau salah orang? Maksudku, mungkin saja aku bukan Kisha seperti dugaanmu."

Myan menelan ludahnya, sedikit tercekat. Kemudian ia membayangkan jika seandainya ia menolak seorang pangeran, apa yang akan terjadi pada hidupnya nanti? Apa ia akan dikurung dalam sel gelap seperti di dalam film? Atau bagian terburuknya, ia akan dipenggal? Myan bergidik membayangkan semua itu.

"Tampaknya aku tak bisa menolak bukan? Oke, baiklah, ji__jika kita menikah, aku istrimu yang ke berapa Kouza?" tanya Myan ragu-ragu. Ia berharap Kouza mungkin tak akan menganggap serius pernikahan mereka jika ia telah memiliki banyak istri.

"Seratus, ah tidak, seribu mungkin?"

Myan membelalakkan matanya, mulutnya tanpa sadar menganga karena begitu shock.

Kouza tertawa melihat reaksi Myan.

"Ak__aku wanitamu yang ke s__seribu? Apa kau bercanda?!" tanya Myan tidak percaya. 

Bukankah itu artinya ia sudah cukup memiliki banyak wanita? Apa artinya satu wanita lagi baginya? Mengapa ia masih ingin menikahinya?

Kouza tersenyum, ia membelai wajah Myan, dan mengelus rambutnya, sebelum akhornya membaringkan Myan di atas bantal bulu yang sangat lembut.

"Tenang permaisuriku, aku hanya menggodamu. Kaulah satu-satunya. Karena seratus bahkan seribu wanita pun tidak akan ada yang bisa menempati posisimu saat ini. Kau adalah satu-satunya untukku, Myan. Dan aku tidak ingin wanita yang lain" ucap Kouza lembut.

Jantung Myan sontak berdebar, Kouza dengan mata teduhnya menatapnya begitu lembut. Ia membelai dan memperhatikan setiap detail yang ada pada dirinya. Setiap belaian lembutnya mengirimkan sinyal-sinyal yang menggelitik hingga Myan serasa tak dapat bernapas.

"Kapan kita menikah? Apakah harus? Ma__maksudku, bukankah kita harus mencari cara untuk membebaskanmu dari kutukanmu dulu?"

Kouza menatap Myan serius

"Memang begitulah caranya untuk membebaskanku dari kutukan, dengan kita menikah Myan. Mera berkata untuk mengusir roh jahat itu, aku harus menikah denganmu yang datang dari dunia lain yang memiliki kekuatan hebat. Harus dirimu."

"Tidakkah ada gadis lain yang memiliki kemampuan hebat selain diriku di sini?"

Kouza menggeleng, "Belasan tahun yang lalu, sudah banyak yang mencoba, tapi tidak ada yang bisa mengalahkannya. Mereka semua menyerah saat bertemu dengan roh itu"

Maksudmu pasti bertemu dengan kepribadian yang satunya kan? Terang saja tidak ada yang akan tahan dengannya. Ia begitu vulgar, kasar dan semaunya sendiri. Mungkin para wanita itu sudah lari ketakutan saat Kouza yang kasar muncul dan mulai menyerang mereka. Batin Myan.

Myan tak tahu lagi harus berkata apa. Apa pernikahan memang diperlukan? Tapi bagaimana dengan kehidupannya di dunianya sendiri? Apa ia harus kembali kesana dengan status sebagai seorang istri? Oh!... tidak dapat dipercaya.

Itu kalau dirinya memang bisa kembali. Jika ia tidak bisa kembali, apakah artinya ia akan terjebak di dunia Kouza untuk selamanya? Kalau memang begitu bukankah pilihan yang terbaik adalah menikah dengan Kouza?

Dia pangeran, dan dirinya sudah pasti akan aman di sini. Setidaknya dirinya tidak akan tertindas dan menderita bukan? Mungkin jika memang ia harus terjebak selamanya di sini, setidaknya statusnya akan terjamin jika ia adalah seorang permaisuri. Oh Tuhan, apa yang harus aku lakukan. 

Myan bergelut dengan pikirannya sendiri. Semakin ia memikirkan berbagai kemungkinan, semakin kalut yang dirasakannya.

"Bisakah kita istirahat sekarang?" tanya Kouza membuyarkan pikiran Myan dan meraih dagunya agar menatapnya. Kouza mengenali raut wajah Myan saat sedang memikirkan sesuatu dengan serius.

"Jangan pikirkan hal lain lagi, beristirahatlah permaisuriku" Kouza mengecup kening Myan dengan lembut, berbaring disebelahnya dan meraih Myan ke dalam dadanya.

Pipi Myan menempel pada dada milik Kouza yang terbuka. Dada Kouza sangat hangat, kokoh, dan bidang. Perasaan yang nyaman dan melindungi Myan rasakan saat Kouza mengetatkan pelukannya.

Matanya semakin berat seiring perasaan nyaman yang dirasakannya. Pelukan Kouza yang begitu hangat mengantarkannya ke dalam tidur yang dalam. Myan merasa ringan hingga akhirnya terlelap.

********

Dalam tidurnya, Myan bermimpi. Ia berada di dalam sebuah kegelapan, kebingungan mencari arah dan menatap ke sekelilingnya yang semua gelap.

"Halo.. adakah orang!?" teriaknya

Tapi beberapa kali ia memanggil-manggil tak ada seorang pun yang menyahut.

Myan memutuskan berlari dan terus berlari. Berusaha mencari seseorang, siapa pun. Myan merasa ketakutan dalam kesendirian.

Sesosok bayangan dalam kabut tebal tiba-tiba muncul di hadapannya. Seorang pria berjubah panjang, membawa sebuah tongkat mendekat kepadanya.

"Kisha... kemarilah.." ucapnya setengah berbisik. Pria itu berambut panjang berwarna kebiruan. Matanya kecil dan tajam, badannya tinggi dan berkulit pucat.

"Kemarilah, datanglah padaku Kisha..." ucapannya terngiang-ngiang dengan jelas dan berulang. Pria itu kemudian mengulurkan tangannya pada Myan. Seolah terhipnotis, Myan ikut mengulurkan tangannya hendak menyambut pria itu.

"Datanglah padaku... datanglah Kisha ...aku menunggumu..." 

Semakin Myan mendekatkan tangannya, semakin Myan merasa tercekik. Seolah ada kekuatan yang menarik tubuhnya. Napasnya semakin sesak, semakin tercekat dan badannya merasa lemah saat pria itu mendekatinya dan menarik tangannya.

"Ti__tidak...! Jangan mendekat... hh... j__jangan mendekatiku..." ucap Myan tercekat.

"Ja.. jangaann...." teriakannya semakin melemah.

Myan akhirnya ambruk menahan rasa sesak yang kian menghimpit napasnya. Semakin sesak, dan sesak. Ia menggapai-gapai bayangan kosong di sekitarnya. Berusaha mencari dan meraih sesuatu agar bisa bangkit dan menjauh dari pria misterius itu.

Disaat napasnya mulai melemah, seberkas sinar biru tua tiba-tiba muncul dan menyelubunginya. Udara hangat yang dialirkan sinar tersebut perlahan-lahan membuat Myan merasa ringan. Kubah dari sinar biru itu kemudian menyelimutinya. Dan tampak terlihat jelas pria misterius yang membuatnya sesak itu perlahan-lahan  menghilang di dalam kabut gelap.

Perasaan hangat, lega dan nyaman bercampur menjadi satu saat sinar biru itu akhirnya menutupi seluruh tubuhnya. Kehangatan yang dirasakan Myan menjalar perlahan bagaikan arus listrik yang menenangkan. Dimulai dari tangannya,  naik menelusuri bahu, leher, dan mulai turun ke dadanya secara perlahan.

Perasaan nyaman seperti bulu halus yang membelainya membuatnya begitu terlena. Itu sangat lembut, menekan-nekan bagai pijatan halus, menggelitik, terasa lembab, sedikit basah seperti jilatan anak anjing. 

Semakin Myan rasakan, entah mengapa semakin terasa nikmat. Sensasi yang bertubi-tubi itu membuatnya merasa bergairah. Tubuhnya terasa menghangat kembali, rasa hangat itu berjalan dan menjalar ke seluruh bagian tubuhnya, disertai sengatan-sengatan kecil yang terasa menggelitik perutnya. Semakin lama, semakin intens. Hingga pada satu titik Myan merasakan sengatan kecil yang membuatnya tersentak.

"Sudah bangun?" sebuah suara serak yang berat menyambutnya saat Myan membuka matanya.

Myan mengerjap, memandang ke sekelilingnya. Tubuhnya serasa terhimpit, dadanya terasa berat. Diantara sisa-sisa kesadarannya yang belum terkumpul sepenuhnya, Myan mencari-cari.

Ia membelalak begitu melihat Kouza. Ia semakin terkejut saat mendapati Kouza menyembul di antara belahandadanya, tengah menangkup salah satu payudara miliknya dan menikmatinya!

"Kou__Kouzaa! Apa yang kau lakukan!" seru Myan kaget.

Kouza mendongakkan kepalanya, tersenyum menatapnya. "Ya Kisha, aku sedang menikmatimu," jawabnya santai.

Myan mengerjap-ngerjapkan matanya, memastikan penglihatannya lagi.

What the!!!?.... dalam cahaya yang sangat terang terlihat begitu jelas pemandangan di depannya. Kedua benda bulatnya menyembul menantang dan begitu terbuka serta terekspos vulgar di depan kedua matanya sendiri. Dan Kouza sedang meremas salah satu miliknya!

Myan terpekik! Refleks menendangkan kakinya dan berguling untuk menutupi area terbuka itu. Sedang Kouza, merintih sambil memegang bagian yang terkena tendangannya tadi.

"Argh! Kisha kau....!!" geram Kouza tertahan. Ia menahan kesakitan yang teramat sangat!

*****

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status