Share

Kisah Pertama

Rena menunduk dan duduk dengan tegang. Jari-jarinya yang saling bertautan tampak bergerak gelisah. Sedangkan Luke ada di sebelah kirinya. Ia tengah menyetir dengan pandangan terpaku pada jalanan yang tidak begitu ramai.

“Aku akan pergi setelah mengantarmu. Jika kamu merasa perlu untuk segera beristirahat, aku bisa mengantarmu ke hotel terdekat atau kamu ingin langsung ke rumah?” Luke bertanya dengan mata melirik Rena dan menemukan orang itu terdiam dengan fokus yang terbelah. Matanya tampak menatap pangkuannya dengan dengan gamang. Apapun yang sedang dia pikirkan, Luke tidak suka diabaikan.

Alis Luke tiba-tiba menukik tanda tidak suka. Tangannya mencengkram kemudi dan rahangnya mengeras. Luke tiba-tiba menukikkan mobilnya ke tepi jalan dengan brutal hingga Rena tersentak dan membelalakkan matanya.

“Sialan, Rena Martin!” Luke berteriak marah sambil menarik dagu Rena agar menatapnya. Wajahnya yang mengeras tampak mengerut marah.

“Sepertinya ada satu hal yang harus kamu tahu.” Luke mendesis tajam. Dilihatnya Rena meringis secara menyebalkan.

“Kalau aku tidak suka berbicara dengan diriku sendiri.” Luke melepaskan dagu Rena dengan sentakan keras. Sekali lagi merasa muak melihat Rena yang meringis.

“Sekarang jawab pertanyaanku!” Suaranya kini terdengar sangat menggelegar. Suara itu mengisi mobil mereka dengan sangat pekak hingga terdengar seperti bunyi guntur yang besar.

“A-aku baik-baik s-saja dengan ap-apapun p-pilihanmu.” Suara Rena yang serak dan bergetar membuat Luke segera menurunkan kaca jendelanya. Perempuan itu takut, takut sekali.

“Jeff, aku akan ke rumah pribadiku. Aku minta siapkan beberapa pengawal.” Luke berbicara sesaat setelah pemuda tampan mendekati mobil mereka. Lalu Luke bersiap untuk kembali mengendarai mobilnya setelah orang tadi membungkuk hormat dan memasuki salah satu mobil SUV yang berada di belakang mobil mereka.

“Rena, kuharap kamu bisa menjadi lebih baik.” Rena hanya bisa kembali menunduk karena suara Luke terdengar penuh ancaman yang mengerikan. Tubuhnya yang gemetar tidak dapat dia sembunyikan. Rasanya seperti ingin menghilang saja.

.

.

.

Rena membuka matanya sesaat setelah mendengar sedikit bebunyian. Kepalanya terasa pening dan tubuhnya lemas, tapi masih terasa lebih baik dari terakhir kali ia membuka matanya. Rena terbangun di sofa sebuah ruang keluarga yang mewah dan bagus. Tadi ia tertidur di ruangan itu sesaat setelah Jeffrey mengantarkan kopernya. Jeffrey yang membiarkannya tertidur dengan izin Luke karena dirinya yang tampak menyedihkan.

“Aku membangunkanmu?” Luke berdiri di dekatnya. Ia tampak melepaskan jasnya, terlihat cukup kelelahan oleh pekerjaan yang mungkin sangat merepotkan.

“Tidak.” Rena menjawab lirih. Ia kemudian bangun untuk mendekati Luke dan membantu pria itu melepaskan dasinya setelah mengambil jas Luke dan menyampirkan di lengannya.

“Kamu sebaiknya kembali beristirahat.” Luke memegang pinggang Rena saat melihat tubuh kurus itu sedikit limbung. Tanpa dia sadari wajahnya mengerut dan matanya menyampaikan kekagetan serta kekhawatiran.

“Aku baik-baik saja.” Wajah Rena tampak berkerut saat harus mendongak. Tapi ia tetap melepaskan simpul dasi Luke dengan tangan kanannya yang terasa nyeri.

“Tapi kamu hampir jatuh tadi.” Luke meremas sedikit pinggang Rena karena rasa khawatir. Rena benar-benar hampir jatuh dan dia terlihat cukup lemas sekarang.

“Aku baik-baik saja, sungguh.” Rena mencoba meyakinkan Luke dengan memegang tangan Luke lembut. Dilepasnya remasan Luke pada pinggangnya dengan hati-hati. Itu tidak menyakitkan, tapi Rena hanya tidak suka melihat orang lain khawatir padanya.

“Aku akan memasak makan malam. Apa kamu perlu air hangat untuk mandi?” Rena juga menyampirkan dasi Luke di lengannya, ia akan mencucinya nanti.

“Ya, tolong.” Luke lalu mendudukkan tubuhnya di sofa yang tadi Rena gunakan. Ia menggerakkan lehernya yang terasa kaku sambil memperhatikan Rena yang berjalan menuju kamarnya dengan tubuh yang masih membungkuk menyedihkan.

.

.

.

Rena berjalan dengan sedikit meringis karena rasa nyeri pada perutnya dan rasa pening di kepalanya. Sakit, sangat menyakitkan. Hingga membuat Rena kembali ingat dengan apa yang kakak dan ibunya lakukan padanya. Mereka menyakitinya, fisik dan mentalnya.

Rena menggigil, kejadian malam itu tiba-tiba muncul di kepalanya. Kejadian malam perjodohannya dengan Luke. Rena belum siap, benar-benar belum siap. Mereka sudah merebut kehidupannya dan sekali lagi mereka membuat Rena hanya diam di bawah kendali. Rena sangat ingat apa yang Bella katakan. Kalau ia harus tinggal bersama Luke, kata Bella ibunya yang mengatakannya. Tapi dia tidak bisa menolak karena meskipun dia menolak, jawaban tidak ditentukan oleh tangannya.

Rena tiba-tiba menggeram dengan tangan kiri yang bertengger pada dinding dan tangan kanan yang terluka memegang kepalanya. Rasa frustasi, gugup, sedih dan ketakutan seakan berkumpul di ubun-ubunnya. Sekarang kepalanya tidak lagi terasa pening, tapi terasa penuh dan sesak.

“Rena?” Seseorang datang dan memapahnya, sangat membantu untuk menopang tubuhnya.

“J-Jeffrey? Ugh...” Ternyata Jeffrey sudah kembali. Rena baru mengenal pria ini, tapi Jeffrey benar-benar orang yang ramah dan banyak tersenyum padanya.

“Astaga! Kamu sakit? Bagian mana yang sakit? Apa kamu baik-baik saja?” Rena terlihat pucat dan menggigil. Ia terlihat rapuh dan mudah terluka hingga membuat Jeffrey takut kalau tangannya yang besar dan kuat dapat menghancurkannya dengan sangat mudah.

Tapi Rena tersenyum sebuah senyum penuh keterpaksaan. Rena hanya berusaha meyakinkan Jeffrey kalau dirinya bak-baik saja. Namun, Jeffrey tahu semuanya, Rena tidak baik-baik saja. Jeffrey tahu dari bagaimana manik kecokelatan Rena bergetar, menyampaikan rasa frustasi dan kesakitannya.

“Rena, kamu...” Jeffrey tidak sanggup untuk melanjutkan kalimatnya. Ia hanya menarik tubuh Rena dan memerangkap tubuh kurus itu dalam pelukannya.

Rena sangat lemah karena dengan terlalu mudah menumbuk dadanya. Jeffrey memeluk erat Rena yang terasa sangat kecil di dalam pelukannya. Jeffrey sudah tidak lagi ingin melihat orang lain yang menderita di bawah kuasa mereka, Jeffrey sudah tidak bisa.

“Jeffrey, aku baik-baik saja.” Rena menepuk-nepuk punggung Jeffrey lembut, seakan menenangkan pria itu dari seluruh rasa bersalahnya.

“Tapi, Rena-“

“Tidak, Jeffrey. Dengar! Dengarkan aku, ya? Aku baik-baik saja. Tapi kamu tahu aku sedang terluka, kan? Aku hanya sedang terluka. Itu yang membuatku jadi tampak tidak baik-baik saja.” Rena menarik paksa tubuhnya dari pelukan pria itu, mencengkram kedua bahu tegap dan tinggi Jeffrey untuk sekedar meyakinkan kalau dirinya baik-baik saja.

“Tunggulah di meja makan. Aku akan mengajak Luke turun, kita makan malam bersama.” Rena mengusap-usap lengan atas Jeffrey yang berotot. Wajah manisnya tampak tersenyum lembut, membuat sesuatu yang hangat terasa mengalir di dada Jeffrey.

Itu bukan rasa yang spesial, dia tahu kalau rasa itu terbentuk dari rasa kagum. Jeffrey baru mengenal Rena, tapi Rena benar-benar baik dan lembut. Entah kenapa Jeffrey jadi sedikit sedih karena Rena harus terjebak dalam dunia mereka yang mengerikan.

Elle Ryu

Warning! Terdapat kata-kata kasar. Hanya untuk keperluan cerita, tidak untuk ditiru!

| Like

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status