Dua tahun kemudian.
"Akhirnya sampai juga," ucap Arshima sesaat setelah keluar dari pesawat.
Dua tahun sudah berlalu, kini Arshima menginjakkan kakinya kembali di tanah kelahiran. Ia melihat sekeliling yang tidak besar perubahannya. Ada rasa bahagia saat ia tiba tadi. Ia ingin segera menemui kedua sahabat yang lama ia tinggalkan.
Arshima juga sengaja mengganti nomor telepon. Agar dirinya bisa fokus menenangkan hati, juga pada kuliah. Ia seringkali menanyakan kabar kedua sahabatnya itu melalui Ibunya. Ia sudah tidak sabar ingin bertemu dengan baby Narshita, anak dari Hana. Dan juga ingin melihat, seperti apa tubuh Fida saat hamil besar seperti sekarang ini.
"Hanaaa! Fidaaa! Wait Meee!" teriak Arshima. Membuat orang disekitar menoleh kearahnya.
"Mba, sehat 'kan?" tanya orang yang melewati dirinya.
"Wal afiat, Bu," cengir Arshima pada Ibu-ibu tadi.
Ibu itu menggeleng kapalanya, kemudian berlalu meninggalkan Arshima yang masih tersenyum padanya. Cantik-cantik, geser otaknya. Gumam ibu itu.
Arshima melangkah menuju mobil jemputan. Ia sengaja pulang sendiri tanpa memberitahu pada kedua orang tuanya. Ia ingin memberi kejutan kepada mereka. Karena, rencana awalnya ia akan berada di Amerika tiga tahun. Namun, dengan otak yang jenius, Arshima berhasil menyelesaikan pendidikannya setahun lebih cepat. Dan memutuskan untuk bekerja di dalam negri, juga bisa berkumpul dengan sahabat-sahabatnya lagi. Meskipun tidak bisa seperti dulu, karena mereka kini memiliki keluarga kecil mereka sendiri, berbeda dengan Arshima yang masih nyaman dengan kesendirian.
Sampai di rumah, Arshima langsung melangkah masuk dan mencari keberadaan orang tuanya.
"Kejutaann!" Pekik Arshima, saat masuk kedalam rumah dan menuju ruang tengah.
Kedua orang tua Arshima yang sedang bersantai di ruang tengah, begitu kaget saat mendapati putri kesayangannya itu berada di hadapan mereka. Mereka tidak menyangka, bahwa Arshima kembali dengan cepat.
"Sayaangg...kenapa ngga bilang sama Mama?" Mama Indah memeluk putrinya itu. Yang selama ini ia rindukan.
"Biar kejutan gitu, Ma," jawab Arshima, kemudian berganti memeluk sang Ayah.
"Yaahh...rinduu....!" manja Arshima kepada Ayah Eko. Ayah Eko membalas pelukan sang putri dengan bibir yang tertarik keatas. Ia juga begitu merindukan putri bandelnya itu.
Kemudian mereka duduk di sofa, dengan Arshima yang berada di tengah. Arshima menceritakan, kenapa dirinya bisa pulang lebih awal dari yang ia rencanakan.
Ayah Eko bangga dengan Arshima, yang bisa menyelesaikan pendidikannya lebih awal. Memang dari kecil, otak Arshima sangatlah cerdas. Ia begitu cepat tanggap dengan apa yang di ajarkan oleh orang tuanya kepada dia.
"Kamu pulang seterusnya 'kan, Sayang? Tidak main pergi lagi seperti dulu 'kan?" tanya Mama Indah.
Mama Indah takut bila tiba-tiba saja Arshima memutuskan untuk pergi dari rumah lagi. Karena saat berada di Amerika, Arshima melarang orang tuanya untuk pergi ke sana. Ia tidak ingin orang tuanya itu mengetahui kesedihan yang ia rasakan.
"Tenang, Ma. Shima nggak bakalan pergi-pergi lagi kok. Shima ingin menemani Mama dan Ayah disini sampai Shima tua nanti," ucap Arshima, ia bergelanjut manja di lengan sang Ayah.
"Nggak boleh ngomong gitu Shima, emang kamu nggak pingin menikah? Seperti Hana dan Fida?" tanya Ayah Eko.
"Shima sudah nyaman hidup seperti ini, Yah. Shima nggak butuh pendamping. Lagian kan ada Ayah sama Mama, yang selalu bersama Shima, bagaimanapun keadaan Shima," Arshima membenarkan duduknya.
"Mama sama Ayah nggak akan selamanya bersama kamu, Shima. Bila nanti Mama sama Ayah sudah tiada, siapa yang akan menjagamu? Tidak mungkin 'kan, sanak saudara kita yang ngurusin kamu? Setiap mahluk itu diciptakan untuk saling berpasangan Shima. Kamu jangan lagi berpikiran seperti itu, dan bukalah kembali hatimu itu pada orang lain. Jangan terlalu lama terhanyut dengan masalahmu, yang sudah bertahun-tahun lamanya," Mama Indah memberi wejangan pada Arshima, "Apa di dalam hatimu yang paling dalam, masih tersirat nama lelaki itu?" tanya Mama Indah lagi.
Arshima terdiam, ia meresapi semua ucapan yang Mama Indah katakan. Memang, nama lelaki itu tetap tidak mau pergi dari hatinya yang paling dalam. Namun, ia enggan untuk membuka hatinya. Ia masih nyaman dengan dirinya yang sekarang.
"Baiklah. Akan aku usahakan Ma. Kalau begitu, Shima ke kamar dulu mau istirahat," Arshima berdiri dari duduknya.
"Besok jangan lupa, temui sahabat-sahabatmu. Kasihan mereka, pasti sangat merindukanmu," ucap Mama Indah pada Arshima.
"Iya Ma, Shima juga kangen sama mereka," ucap Arshima berlalu meninggalkan orang tuanya di ruang tengah.
Lalu ia masuk ke kamar. Menaruh barang-barang yang ia bawa. Arshima menata semua barangnya, lalu membersihkan tubuhnya dan beristirahat.
Hari ini, Arshima ada janji bertemu dengan kedua sahabat lamanya. Mereka memutuskan untuk bertemu di sebuah cafe, yang dulu sering ia datangi sewaktu masih kuliah.
Sampai di sana, ternyata Arshima datang yang paling awal. Dia belum melihat keberadaan dua sahabatnya itu. Arshima duduk di salah satu tempat yang di sediakan cafe tersebut. Dia memesan minuman sembari menunggu kedatangan Hana dan Fida.
Selang beberapa menit ia menunggu, muncullah sosok yang ia tunggu-tunggu. Terlihat Hana yang semakin cantik, meski sudah melahirkan seorang putri cantiknya. Dan juga Fida, yang terlihat berjalan kearahnya dengan perut yang membesar. Nampak kebahagian yang terpancar dari wajah mereka.
"Berpeyuuukaann!" seru Arshima.
Mereka langsung saling berhamburan. Layaknya film kartun yang selalu berpelukan saat mereka bertemu.
"Fid, Lo bisa taruh ini dulu nggak? Nggak sampai ini tangan gue," celetuk Arshima seraya menunjuk kearah perut Fida yang besar.
"Ngawur aja Lo! Udah lama nggak ketemu, masih saja geser otaknya," kesal Fida pada Arshima.
"Haha kagak boleh benci sama gue, ntar anak Lo mirip ama gue. Mau Lo?" Arshima semakin gencar untuk menggoda ibu muda yang sedang hamil tua tersebut.
"Iiihhh amit-amit dah gue!" seru Fida. Tangan-nya seraya mengusap-usap perutnya saat berkata.
"Eh, dimana anak Lo, Na? Nggak di ajak?" Arshima menatap kebelakang Hana. Tidak menemukan adanya anak kecil bersama mereka.
"Dia sama Kak Ray, di ajak jalan-jalan. Katanya biar kita nyantai saat mengobrol. Kan kita udah dua tahun ngga ketemu, kangen tau!" jelas Hana, kemudian ia memeluk Arshima lagi.
"Hehe iya-ya. Eh ngomong-ngomong, Kak Ray suami idaman banget ya. Mau dong jadi istri mudanya," goda Arshima kepada Hana. Ia menaik turunkan alisnya.
"Nih mulut udah lama ngga di kasih Jemblem kayaknya," kesal Hana. Ia menghadiahi Arshima sebuah tonyoran di pertemuan pertama mereka kembali.
Fida hanya tersenyum senang, Karena Arshima tidak begitu banyak berubah. Dia tetaplah Arshima yang dulu. Hanya penampilannya saja yang lebih anggun nan elegan.
Kemudian mereka melepas rindu yang sudah lama tersimpan di hati mereka masing-masing. Mereka saling bertukar cerita kehidupan mereka, setelah kepergian Arshima.
Hingga tidak terasa, waktu sudah sore. Hana yang kepikiran soal anaknya, ia pamit terlebih dulu. Dan saat Arshima mau mengajak Fida berjalan-jalan sebentar, Fida sudah di jemput oleh Aghata. Kemudian Fida berpamitan juga pada Arshima.
*Yah nasib orang jomblo. Nggak ada yang jemput maupun nyariin gitu setidaknya.*
Setelah acara bernostalgia selesai, Arshima mampir ke Mall yang biasa dia kunjungi dulu. Ingatan akan kebersamaan mereka bertiga semasa kuliah pun terlintas."Waktu, cepat sekali berlalu. Dalam sekejap, kehidupan kita pun berubah drastis," ucap Arshima tersenyum miris.Arshima berjalan menuju outlet yang menjual khusus pakaian kerja. Karena ia berniat akan melamar kerja besok lusa. Jadi ia harus mempersiapkan semua terlebih dahulu. Apalagi sekarang dia tidak punya teman untuk diajak shopping kapan saja.Di tempat lain, Rendra begitu disibukkan dengan laporan akhir bulan usaha sampingan miliknya. Ia memiliki sebuah Cafe yang berkembang begitu pesat dalam setahun terakhir ini. Hingga Rendra sudah memiliki tujuh cabang yang tersebar di kota-kota besar.Sebenarnya, Rendra sudah mengajukan surat pengunduran diri kepada Rayzell. Namun, ditolak oleh Rayzell dengan alasan dia masih membutuhkan Rendra. Rayzell memberi Rendra kelonggaran untuk mengelola Cafe miliknya,
Rendra begitu senang, melihat baby Narshita yang berjalan kearahnya dengan senyum yang begitu menggemaskan di wajah batita tersebut. Meski langkah Narshita sedikit tertatih, malah membuat dia terlihat begitu lucu.Banyak Ibu-ibu yang mendekat kearah Rendra. Kebetulan taman yang Rendra kunjungi, ramai akan orang tua yang membawa buah hati mereka. Rendra membalas senyuman kepada para Ibu-ibu yang memuji kecantikan baby Narshita tertular dari ketampanan Rendra. Mereka berfikir, bahwa Rendra lah ayang dari batita lucu tersebut.Hati Rendra selalu senang, disaat ada orang yang mengira dirinya sebagai Ayah dari baby Narshita. Rendra tidak terlihat risih atau bagaimana secara kan dia masih single dan masih ting ting. Dia malah terlihat santai dan senyum selalu mengembang di bibirnya."Anaknya cantik, pasti keturunan dari Papanya. Lagian sang Papa gantengnya kelewatan banget," ucap salah satu Ibu yang mendekati R
Hari ini, Arshima kedatangan temannya yang dari Amerika. Monica adalah sahabat Arshima semasa dia berada di negri paman sham tersebut. Monica selalu membantu Arshima, di setiap Arshima memiliki masalah. Monica datang ke Indonesia, karena disuruh Kakaknya untuk membantu di perusahaan orang tua mereka yang berada di Indonesia."Kenapa kamu nggak bilang dulu kalau mau kesini? Kan Aku bisa menjemputmu di bandara," ucap Arshima senang, lalu memeluk sahabat barunya."Aku sangat merindukanmu, Beibeh. Aku hanya ingin memberimu kejutan," ucap Monica seraya memeluk Arshima."Oh ya, kamu tinggal di rumahku kan?" tanya Arshima pada Monica."Ya enggak lah, Beib. Aku tinggal sama Kak Alex. Mana beri ijin dia kalau aku tinggal di sembarang tempat," jawab Monica. Alex adalah Kakak dari Monica."Yaahhh...sayang banget. Padahal aku masih kangen berat sama kamu," Arshima memanyunkan bibirnya."Kita kan bakal se
Arshima terus ditarik oleh Monica menuju Mobil mereka yang berada di parkiran cafe. Monica melepas tangan Arshima, lalu menatapnya dengan penuh selidik."Siapa cowok tadi?" tanya Monica selepas ia melepaskan genggaman tangannya pada Arshima."Cowok yang mana?" Arshima berpura-pura tidak paham akan maksud dari pertanyaan Monica."Nggak usah ngeles. Cowok yang sedari tadi lo pelototin," ucap Monica seraya mendorong kepala Arshima dengan pelan."Em-mh i-itu...gue nggak kenal," Arshima berusaha mengelak, lalu mengalihkan pandangannya."Nggak usah bohong begitu. Gue tau, kalau lo pasti menyembunyikan sesuatu dari gue," desak Monica kepada Arshima.Arshima semakin salah tingkah, bila ditatap seperti itu oleh Monica. Ia memang tidak menceritakan tentang Rendra. Sewaktu dulu baru datang di Amerika, dan baru mengenal Monica. Arshima hanya bilang, dirinya ingin menena
Selepas kepergian Monica, Arshima masuk kedalam rumah. Ia harus segera menyiapkan berkas-berkas yang di butuhkan untuk melamar kerja di perusahaan orang tua Monica besok. Ia juga harus menyiapkan dirinya dan mencoba perlahan untuk melupakan perasaannya terhadap Rendra.Keesokan harinya, Arshima sudah siap dengan pakaian formalnya. Dengan rambut yang ia gerai menjulang kebawah, dan juga setelan yang berwarna soft pink. Ia terlihat seperti idol yang menjelma menjadi wanita karir."Waahh anak Mama cantik, pakek banget!" seru Mama Indah yang melihat Arshima turun dari anak tangga."Anak siapa dulu dong? Anak Mama yang paling Indah sedunia!" seru Arshima seraya tersenyum dengan menekankan nama sang Mama."Kurang ajur. Minta di masukin lagi nih Yah, anakmu," ucap Mama Indah kesal, lalu menatap kearah Ayah Eko yang tengah menikmati sarapan paginya.Ayah Eko hanya
"Kakak tuh kalo di ajak bicara, tatap lawan bicaranya. Jangan menatap kearah Arshima terus, kasihan dia Kak menunduk terus karena di tatap seperti itu oleh Kakak," cerocos Monica yang mendapat cubitan dari Arshima."Oh, ya sudah. Kamu tunjukkin ruangannya. Aku mau kembali ke ruangan ku dulu," ucap Alex sedikit kikuk. Kemudian ia melangkah keluar menuju ruangan CEO. Dan di ikuti oleh kedua orang yang juga ikut mewawancara Arshima."Yeeyyy...gue diterima, Moon!" pekik Arshima setelah tidak ada orang lagi selain dia dan Monica di ruangan itu."Eehhhh, jangan senang dulu. Ini semua berkat gue, dan lo kudu wajib nraktir gue di cafe yang kemarin itu," Monica mendorong kepala Arshima."Inikan karena jawaban gue aja yang bagus, dan diterima oleh Kakak lo!" Arshima tetap tidak mau kalah."Iya-iya. Pokoknya nanti setelah pulang kerja, lo harus traktir gue. Titik!" titah Monica.
Bab. 9Arshima tidak menghiraukan pandangan orang lain terhadap dirinya. Ia menikmati apa yang di lakukan si batita kepada wajahnya. Dengan batita yang ada di pangkuan, juga sedang sibuk melukis di wajah mulusnya. Arshima kembali mengambil tablet, dan melanjutkan menuangkan ide pada tablet tersebut. Ia merasa seperti seorang ibu yang sedang bekerja, sambil mengasuh anak."Apa kalau aku punya anak, akan seperti ini ya? Bekerja sambil mengasuh anak," ucap Arshima lalu tersenyum sendiri.Rendra berada di ruangan, tidak menyadari Narshita yang pergi keluar. Di saat sadar, Rendra begitu panik mencari Narshita dan menyuruh karyawan untuk ikut mencari keberadaan Narshita.Mereka di buat panik oleh hilangnya seorang batita yang lagi aktif-aktif. Kemudian, Rendra di beritahu salah satu karyawan yang melihat Narshita bersama seorang perempuan. Rendra yang mendengar itu, langsung bergegas ke tempat yang di tunjukkan
"Apa-apaan sih kamu, Mas!" ucap Arshima kesal sekaligus malu. Karena sekarang mereka menjadi pusat perhatian para pengunjung lain di cafe tersebut. "Dengerin dulu penjelasan ku, Shima!" Rendra tetap berusaha mencegah Arshima, agar tidak pergi terlebih dahulu. Ia memegang tangan Arshima dengan begitu erat. "Lepasin Mas! Kita bukan muhrim. Harap Mas ingat itu, dan jangan ulangi hal yang tadi," ucap Arshima penuh penekanan pada setiap kata yang dia ucapkan. Lalu mengibaskan tangan Rendra dengan kasar, hingga tangan mereka terlepas. "Tapi Shima...!" Rendra tetap berusaha mencegah Arshima. Namun, tidak di hiraukan oleh Arshima. Arshima segera pergi menjauh dari Rendra. Ia tidak ingin berdebat