Suara iblis lebih kuat ternyata ....
Elena sebenarnya juga menikmati ciuman Jason. Bibirnya telah merindukannya. Akan tetapi, dia memang belum sikat gigi. Karena itu, dia menolak pada awalnya. ‘Ah, aku sudah berkumur dengan cairan pembersih mulut. Tidak apa-apa.’ Elena pun menyerah dan mulai membalas ciuman panas sang suami. Dia tersentak tatkala Jason menyentuh kewanitaannya. Mulanya, Elena tak ingin Jason menyentuh area intimnya. Namun, gerakan liar di bawah sana, membuat dirinya terlena. Di saat Elena hampir mencapai puncak kenikmatan, Jason tiba-tiba berhenti bergerak. Bibir itu tak lagi melumatnya, lidahnya ditarik mundur. ‘Tidak ... jangan berhenti sekarang ...,’ pinta Elena dalam hati. Elena dapat melihat bola mata Jason bergerak liar, seakan baru tersadar dari perbuatannya. Dia menduga bahwa pria itu akan berhenti menyenangkan dirinya. Elena lantas menarik tengkuk Jason. Mengikatnya dengan kedua lengan agar pria itu tak menjauh. Malu, Elena menutup mata dan bersikap seolah Jason masih menciumnya. Giliran E
‘Bukankah dia Jason?’ Elena setengah tak percaya melihat Jason memakai kumis palsu dan pakaian tebal di tengah cuaca panas. Jason menghindari tatapan Elena. Dia gegas memutar kepala dan menatap wanita di sebelahnya, seakan mereka telah lama mengenal. “Kau baik-baik saja? Pakailah sendok ini, aku mengambil dua sendok karena selalu menjatuhkannya sepertimu,” ujar wanita di sebelah Jason. Bagus. Wanita itu secara tak langsung membantunya. Jason mengangguk-angguk tanpa suara. “Ada apa Elena?” Dean ikut melihat Jason. “Ah, tidak apa-apa. Kupikir, aku melihat seseorang yang aku kenal.” Elena memutus pandang dari pria itu. ‘Apakah aku salah? Bukan hanya Jason yang memiliki warna mata hijau.’ Dia memiringkan sedikit kepala sambil mengamati bentuk badan Jason dari belakang. Karena tertutup mantel tebal, Elena tak bisa memastikannya. Namun, tinggi pria itu sama dengan Jason. “Apa kau mengatakan bahwa kau punya suami hanya karena tidak menyukaiku?” Dean tampak kecewa. Elena kembali foku
“Sial!” umpat Jason. Hanya dalam sekali kedipan, orang itu menghilang. Jason berjalan tanpa arah sambil mengamati orang-orang. Dia beberapa kali salah menghentikan orang bertudung yang memiliki warna yang sama dengan jaket orang itu. ‘Di mana orang itu!? Kenapa bisa menghilang sangat cepat!?’ Jason menyerah tatkala melihat jam di pergelangan tangannya. Dia segera kembali ke mobil, melaju dengan cepat kembali ke rumah. Beruntung, Jason lebih dulu sampai rumah sebelum Elena. Saat dia membuka pintu, taksi yang membawa Elena pun telah berhenti di depan gerbang. Selagi Elena berjalan menuju rumah, Jason lari terbirit-birit ke dalam kamar. Dia membuka baju dan celana dengan gerakan cepat, lalu menyembunyikan ke kolong ranjang. Langkah Elena terdengar karena pintu kamar tak tertutup. Jason panik melihat sekeliling kamar untuk mencari-cari sesuatu yang dapat memperlihatkan kesibukan. Namun, Elena telah membuka pintu. Jason langsung melemparkan badan ke atas ranjang. Menyentak selimut de
“Apa Papa sedang mengigau?” Jenna terkekeh pelan. Tak ada yang lebih lucu dari gurauan William. Jenna jelas-jelas pernah menyelidiki latar belakang Jason Wright. Sebelum merayu Johan, dia lebih dulu tertarik kepada Jason. Selain lebih tampan dan berkarisma, Elena telah memilih Johan lebih dulu. Karena itu, Jenna menginginkan Johan supaya kakaknya tahu bahwa dirinya lebih spesial di mata semua orang. Jenna pun tak menyesali keputusan mengundang Johan ke dalam pelukannya. Sebab, Johan memiliki segalanya dan mudah untuk dimanfaatkan hanya dengan menyuguhkan tubuhnya. Dan setelah cukup lama mengenal Johan, Jenna mulai menumbuhkan kasih sayang kepadanya. Biarpun akhir-akhir ini, Jenna kesal karena Johan kehilangan banyak hal. Johan kalah telak dari Jason, yang kini justru menjadi presiden direktur di perusahaan William. Juga kehilangan perusahaan dan sebagian besar hartanya.Entah Johan punya uang atau tidak, Jenna pun tak tahu.“Papa William tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi. Dia
Elena pikir, Jason menyesal bertukar peluh dengannya. Mungkin, Jason menyesal karena melanggar kesepakatan mereka. Dia tak tahu Jason tengah menangis sebentar. Dia kira, tubuh Jason bergetar oleh kenikmatan, bukan tangisan. Dia pun tak mengerti perasaan Jason yang kini diliputi rasa bersalah yang begitu besar. “L-lagi pula, kesepakatan itu … tidak tertulis dalam kontrak kita.” Elena berusaha mendorong Jason yang masih berada di atasnya ke samping. Jason menghapus air mata dengan sarung bantal. Namun, dia tetap belum mau menunjukkan wajahnya. “Menyingkir dariku, Jason, … kau berat!” Elena merasa lega tatkala Jason berguling memunggungi dirinya. Kaki Jason mencoba menarik selimut, tetapi Elena menjauhkan kain tebal di bawah kakinya itu. Dia perlu mendengar sekali lagi dan memastikan bahwa pendengarannya tidak salah. Jason mengatakan bahwa mencintai dirinya. Namun, mengapa Jason malah menghindar bicara dengannya? “Dingin, Elena, jangan ambil selimutnya.” Jason membenamkan wajah ke
“Tidak ... tidak mungkin.” Johan menggelengkan kepala. “Dia hanya pecundang yang tidak bisa apa-apa.” Tak ada yang mendengar ucapan Johan. Semua orang pun sibuk membicarakan Jason hingga aula pesta menjadi gaduh. Jason menggosok tengkuk dengan canggung. “Kau tidak seharusnya mengumumkan di sini. Aku tidak suka menarik perhatian semua orang,” ujarnya. “Kenapa tidak? Tidak banyak juga yang terkejut,” balas Austin. Rupanya, banyak pebisnis besar yang tahu fakta itu. Mereka menepis bantahan orang-orang yang meragu karena mengenal Jason Wright sebelumnya. “Akhirnya terbongkar juga. Tuan Austin sepertinya ingin mendominasi acaraku,” celetuk George sambil tertawa. ‘Tuan George juga tahu? Jadi, benar-benar hanya aku yang tidak diberi tahu?’ batin Elena kecewa. Sebagai istri Jason, Elena merasa tak dianggap. Dia memang sudah tahu sejak mereka menguasai kediaman Wright. Namun, tetap saja, semua orang tahu lebih dulu. Hampir setengah tamu undangan pun tak terkejut oleh berita itu. Tentuny
Dengan posisi Jenna memeluk Jason dari belakang, Jason menggenggam tangannya dan mencoba menepisnya, serta kemunculan Elena, waktu seakan berhenti berdetak. ‘Benar dugaanku! Jenna pasti akan menggoda Jason! Seharusnya, aku dengarkan dulu mereka,’ sesal Elena dalam hati. Dia bisa mengetahui bagaimana kesetiaan Jason ... pada kontrak mereka. Jason langsung menjauh dari Jenna dan mendekati Elena. Sementara itu, terlihat senyum tipis dari sang adik tiri, yang merasa bahwa dia telah memenangkan pertarungan sunyi antara dirinya dan Elena. Sayangnya, Elena tak menunjukkan tanda-tanda kemarahan. Dia justru tersenyum menyambut Jason. “Oh, kau bersama Jenna rupanya.” Elena melingkarkan tangan di lengan Jason. Mengajaknya pergi dengan langkah lambat agar Jenna dapat mendengar ucapannya, “Belajarlah sesuatu dari Johan. Adik tiriku selalu menginginkan lelakiku.” “Kakak!” Jenna berusaha menyusul Elena. Dia marah oleh kata-kata Elena, tetapi mencoba tak menunjukkannya. Elena berhenti, lalu ber
Jason pikir, Elena tak akan mau menanggapi. Elena menyibak selimut dari wajahnya dengan kasar. Dia memandangi Jason dengan sorot mata tajam. “Semua itu memang hanya alasanmu saja! Sekarang, di mana penyakit itu? Sudah berhari-hari kita tidak melihatnya dan mungkin sudah hilang dari tubuhmu! Juga, kau memiliki kekayaan dan kekuasaan untuk memanggil semua dokter terbaik di seluruh dunia. Kau bisa berusaha daripada hanya mengeluh dan berpikir buruk bahwa kau tidak punya banyak sisa waktu!” Penyakit Jason memang mirip dengan penyakitnya dulu. Kemungkinan kematian Jason memang ada. Namun, kondisi Jason baru permulaan dan besar kemungkinan masih dapat disembuhkan. “Jujurlah padaku … kau hanya ingin mencicipi tubuh istri Johan, bukan? Kau ingin balas dendam dengan membuat Johan marah?” tuduh Elena. Dia pun tak mengerti, kenapa dirinya sangat marah setiap kali mengingat gambaran Jenna memegang tubuh Jason, biarpun dia tahu kejadian yang sebenarnya. Rasa trauma akan pengkhianatan Johan pun