Kutukan kembali ke masa lalu? Atau dikutuk mencintai Elena seumur hidup?
“Kutukan?” Brian hampir meledakkan tawa jika tak segera menutup mulutnya. Memang benar jika Lucy yang terbaik dari kampung halamannya, selain para tetua yang tak mungkin bisa diganggu. Tetapi, Brian tak menyangka jika Lucy akan bicara mengada-ada. Di zaman secanggih ini, orang modern seperti Brian tak akan percaya oleh kata seperti kutukan. Lucy menambahkan, “Tapi, seharusnya tidak berbentuk seperti ini ....” Akan tetapi, berbeda dengan Jason dan Elena yang benar-benar menyimak kata-kata Lucy. Sebab, mengulang waktu saja merupakan sebuah misteri besar bagi mereka. Bukan tak mungkin jika kutukan yang dikatakan Lucy sungguh nyata. “Apa maksudmu tidak berbentuk seperti ini?” tanya Jason. “Jangan bilang ... kau percaya dengan kutukan? Oh, ayolah, kita sedang membicarakan penyakit yang sangat nyata.” Brian berdecak-decak tak percaya. Jason yang dikenal rasional itu langsung percaya ucapan Lucy begitu saja? “Lalu, kau bisa menjelaskan ini?” Jason menepuk dadanya. Tanda itu telah hilan
“Ini baru teori saja, Elena. Oleh karena itu, kau perlu mencobanya.” Lucy tampak tak begitu yakin jika dugaan itu benar. Sebab, Lucy tak pernah mengetahui kejadian yang serupa ratusan tahun silam. Banyak pasangan yang mendapatkan kutukan yang sama, tetapi tanda itu tidak berubah. “Aku tidak bisa melakukannya, Lucy. Ada banyak hal yang harus kami persiapkan bersama untuk ulang tahun papa. Kami pun bekerja di tempat yang sama. Bukan itu saja, bukankah aneh aku menjauhi suamiku di saat kami biasa tidur satu ranjang?” Ada satu hal yang tidak Elena katakan kepada Lucy, yaitu perpindahan waktu yang dialaminya. Elena yakin, menjauhi Jason tak akan memberi dampak apa pun. Elena lebih memilih berpikir bahwa tanda itu muncul sebagai kutukan karena dirinya mencurangi waktu. Atau mungkin, Elena hanya tak mau berada jauh dari Jason .... “Kau berhak memilih apa pun yang terbaik untukmu. Tidak ada paksaan supaya kau menjauhi Jason. Aku hanya memberikan saran sesuai kata tetuaku.” Elena mengangg
Ruby menoleh ke kanan kiri, sebelum menutup pintu ruangan di dekat kamar Elena. Dia menarik napas panjang dan menghela pelan, seakan-akan sedang menguatkan hati jika Elena mungkin tak akan memercayai apa yang akan dikatakannya. “Ada apa? Kenapa kau terlihat serius sekali?” Elena terkekeh pelan. Tak biasanya Ruby bersikap seperti orang ketahuan mencuri sesuatu. “Saya mohon, dengarkan saya sampai selesai bicara dulu, Nona. Ini tentang Tuan William dan Nyonya Anna.” Ekspresi Elena yang sebelumnya santai, sontak berubah menegang. Pikirannya langsung tertuju pada William yang sudah tahu tentang keburukan Anna. “Ada apa dengan mereka?” Jantung Elena berpacu kencang menanti Ruby bicara. Dia pikir, Ruby tahu sesuatu karena setiap hari mengamati Anna. Elena pun menyesal karena tak terpikirkan Ruby sebelumnya. Dia seharusnya menyuruh Ruby untuk memata-matai Anna sejak dulu. “Maaf jika saya lancang ikut campur dengan urusan Keluarga Forbes. Tetapi, saya mendengar sesuatu yang tidak seharus
“Tidak ... ini tidak mungkin terjadi ....” Elena ambruk dengan berurai air mata. Sama seperti yang dia alami sebelumnya. Bagaimana mungkin itu bisa terjadi lagi? Marah. Itulah yang Elena rasakan sekarang. Dia menatap nanar sang ibu tiri penuh amarah dan dendam. Ingin sekali rasanya memukul wanita itu hingga tak sadarkan diri. Namun, kaki Elena terasa lemas sehingga kesulitan berdiri. Johan membantu Elena berdiri dan duduk di kursi. Sementara, suara kedua polisi semakin menjauh, seolah raga Elena tak lagi di tempat sehingga tak dapat mendengar mereka bicara. ‘Apa yang Jason lakukan sekarang? Dia yakin sekali bisa melindungi Papa? Kenapa jadi begini?’ ratap Elena dalam hati. Elena sontak teringat pada sang suami. Jason pergi bersama William, yang artinya Jason juga ada di mobil yang sama. “Bagaimana dengan suamiku? Apakah Jason juga mengalami kecelakaan bersama Papa?” Elena berusaha berdiri, tetapi Johan menghalangi. “Tenang, Elena. Kita masih belum tahu apakah mereka baik-baik sa
“Sudah cukup satu kali saja Papa salah menikahi wanita,” tolak Elena. Dia tak akan membiarkan ada wanita lain merusak ketenangan keluarganya. “Kakak ... Papa ....” Jenna menatap nanar Elena dan William bergantian. Tak menyangka jika selama ini mereka telah mengetahui rencananya dan Anna. “Sudah. Sekarang, mari kita rayakan pesta untuk Papa yang sesungguhnya,” ajak Jason. Mereka bertiga masuk, seolah-olah tak ada lagi Jenna di sana. Para pengawal Jason segera mengusir Jenna sesaat kemudian. “Sial! Di mana Johan? Kenapa dia meninggalkanku!?” umpat Jenna di luar gerbang yang telah tertutup rapat. Jenna berulang kali menghubungi Johan, tetapi nomor ponsel suaminya mati. Ketika dia sampai di rumah kontrakan, Johan juga tak ada di sana. Yang lebih membuat Jenna tercengang, semua pakaian Johan pun tak ada di dalam lemari. Johan sepertinya takut jika dirinya akan dilibatkan oleh tindakan kriminal Anna dan Jenna. Jenna berteriak histeris penuh kemarahan. Dia bersumpah akan membalas semua
Jason seperti boneka kapas yang tak memiliki nyawa. Elena memanggil Logan untuk membantu Jason duduk, sementara dirinya menyeka punggung Jason yang tampak kemerahan. Sesaat lalu, Elena melihat sesuatu yang seperti tak nyata. Tanda kutukan di tubuh Jason seakan bergerak keluar dari jarum, kemudian menjadi uap putih panas, seiring dengan teriakan kesakitan Jason yang menggelegar. Tetua Michael menghentikan ritual tatkala uap putih panas itu menghilang. Setiap kali dia mengambil jarum, tubuh Jason tersentak, tetapi tak bersuara. Pria berusia tujuh puluh tahunan dan masih tampak bugar itu mengatakan akan melakukan ritual suci pada jarum yang telah dipakai, sebelum melakukan proses selanjutnya. “Bagaimana, Nyonya, apa Tuan Jason sudah sembuh?” Logan adalah salah satu dari beberapa bawahan Jason yang diberi tahu tentang kutukan itu. Elena menggeleng lemah. “Aku tidak tahu.” “Elena ...,” panggil Jason lirih dan lemas. “Aku ingin bertemu ibuku saja ....” Meski rasa melepuh di punggungny
“Maaf, aku pasti mengejutkanmu, Elena ....” Andrew mengulas senyum, tetapi tak seperti sedang ingin tersenyum. Elena melirik ke arah kamar mandi yang ada di ujung parkiran. Berharap Logan akan segera muncul. Tetapi, yang dinanti tak kunjung keluar. “Paman Andrew, apa kabarmu? Aku sangat terkejut melihat Paman tiba-tiba muncul di sini ....” Elena berusaha mengulur waktu hingga Logan kembali. “Aku baik-baik saja. Bisa minta waktumu sebentar? Paman ingin membicarakan masalah Anna.” Pikiran Elena langsung tertuju pada kata-kata Jason tentang kecurigaannya terhadap Andrew. Mau tak mau, Elena jadi waspada kepada pamannya sendiri. “Ada apa dengan Anna, Paman?” Andrew menaikkan alis ketika mendengar Elena memanggil sang ibu tiri hanya dengan nama. “Anna menghubungiku kemarin. Biasakah kita bicara di tempat lain? Aku tidak mau ada orang yang mendengar masalah keluarga kita.” “Tunggu sebentar, Paman. Sopirku bisa mencari jika aku pergi dari sini.” Tepat ketika Andrew membuka mulut akan bi
“Aku ... hamil?” Elena menggeleng tak percaya. Bagaimana itu bisa terjadi di saat dirinya masih harus menyembuhkan diri dari kutukan tersebut?William mendekati Elena dengan mata berkaca-kaca. Kemudian dia memeluk sang putri dengan kebahagiaan yang meluap-luap. “Akhirnya ... selamat, Sayang!”Elena tak bisa mengatakan apa pun untuk menanggapi William. Dia senang sekaligus takut di saat yang sama.“Elena, apa kau tidak bahagia dengan kehamilanmu? Kenapa wajahmu seperti ini?”“Aku ... bahagia, Papa. Aku hanya terkejut ....”“Setelah memeriksakan kandunganmu, mari kita pulang dan merayakan kehamilanmu bersama Jason.” William sangat bersemangat. Dia tak sabar ingin merayakan akan hadirnya seorang cucu yang sangat dinantikannya bersama orang-orang dekatnya.Elena cepat-cepat mencegah rencana William. “Tidak, Papa .... Tolong rahasiakan dulu kehamilanku dari Jason. Aku yang akan memberi tahu Jason sendiri untuk kejutan. Pokoknya, Papa tidak boleh bilang sebelum Jason yang lebih du