Bintang akhirnya tak dapat membantah lagi, lalu dengan lembut dilepaskannya pelukan Nyai Kembangsari padanya dan kini keduanya saling menatap satu sama lain.
Walau sangat sulit bagi Bintang untuk menerima kenyataan ini, tapi bagaimana mungkin Bintang mampu menolak cinta seorang wanita yang begitu Bintang kagumi seperti Nyai Kembangsari. Wanita yang menurut Bintang begitu sempurna sebagai sosok seorang wanita.
“Baiklah Nyai, aku akan menerima cinta Nyai padaku”. ucap Bintang akhirnya dan terlihat wajah Nyai Kembangsari langsung berubah ceria mendengar hal itu.
“Bb...bee...benarkah Raden ?”. ucap Nyai Kembangsari seakan tak percaya dengan apa yang didengarnya barusan.
“Benar Nyai, hanya saja ada dua syarat yang harus Nyai penuhi”.
“Jangankan dua syarat, 1000 syaratpun akan kupenuhi...”.
“Tidak perlu sebanyak itu Nyai”. ucap Bintang tersenyum, Nyai Kembangsaripun ikut tersenyum.
“Aku hanya ingin Nyai berjanji, jika suatu saat nant
Warning...!!! Konten untuk 21+++ Bijaklah dalam membaca ! Ada makna yang tersirat dari yang tersurat
Nyai Kembangsari terlihat begitu menikmati lumatan bibir Bintang pada bibirnya, bahkan dibalasnya lumatan itu dengan tak kalah hangatnya, dan terlihat kedua tangan Nyai Kembangsari tampak meraih kedua tangan Bintang dan dilingkarkannya dengan erat ditubuhnya, sementara itu kini kedua tangan Nyai Kembangsari sendiri terlihat sudah kembali memeluk erat leher Bintang dan menekannya, balasan hangat dan sangat menggairahkan yang diberikan oleh Nyai Kembangsari membuat Bintang semakin lupa diri, merasakan kedua tangan Nyai Kembangsari yang semakin menekan erat lehernya, kedua tangan Bintang yang sejak tadi berada dipinggang Nyai Kembangsaripun bergerak memeluk erat tubuh indah itu kedalam pelukannya. Kini kedua anak manusia yang berbeda usia cukup jauh itu terlihat begitu menikmati lumatan masing-masing, hal ini dapat terlihat seakan-akan mereka tidak begitu perduli dengan derasnya hujan yang saat itu mengguyur tempat itu. Cukup lama keduanya saling tenggelam dalam lautan birahi lumatan bib
Malam terus berjalan dengan larutnya, sementara hujanpun semakin lebat mengguyur bumi, suasana dingin terasa begitu kentara malam itu, tapi tidak halnya dengan apa yang kini dirasakan oleh Bintang dan Nyai Kembangsari yang saat ini terus bergelut memacu birahi didalam kamar tempat keduanya berada. Dinginnya angin malam dan hembusan hujan ternyata masih kalah dengan panasnya gelora birahi didiri keduanya, desahan dan erangan penuh kenikmatan terus kian terdengar dari mulut Nyai Kembangsari, sementara itu keringat tampak telah membanjiri tubuh keduanya, malam itu untuk pertama kalinya Bintang menggunakan pilar pusakanya yang selama ini selalu dijaga dan tersimpan dengan rapi ditempatnya, tapi malam itu, Bintang akhirnya menggunakan pilar pusakanya itu untuk menjebol pertahanan kokoh Nyai Kembangsari. dan saat semua mencapai puncaknya, untuk pertama kalinya dalam hidupnya Bintang merasakan sesuatu yang amat memuaskan dirinya yang tak bisa diungkapkannya dengan kata-katanya, apa yang diala
“Nyai”. ucap Bintang sedikit terkejut saat menyadari keadaan dirinya, Bintang mencoba untuk bangkit, tapi Nyai Kembangsari langsung menahannya. “Beristirahatlah dulu kang, kakang pasti masih lelah”. ucap Nyai Kembangsari lagi tersenyum. Anehnya Bintang tidak mampu menolak tolakan tangan Nyai Kembangsari yang menyuruhnya kembali untuk bersandar, memang saat itu Bintang benar-benar merasakan keletihan disekujur tubuhnya, apa yang telah dilakukannya malam tadi bersama Nyai Kembangsari benar-benar merupakan pengalaman pertama yang takkan pernah bisa terlupakan bagi Bintang. Saat keduanya terlihat saling menatap satu sama lain dan tiba-tiba saja Nyai Kembangsari langsung memeluk dan merebahkan dirinya dipelukan Bintang. “Hari ini aku sangat bahagia sekali kakang”. ucap Nyai Kembangsari. Cukup lama Nyai Kembangsari menjatuhkan dirinya dipelukan Bintang. Hingga akhirnya dia kembali mengangkat wajahnya. “Nyai.”. terdengar akhirnya Bintang mengeluarkan ucapan, Nyai Ke
“Apakah kakang ingin tahu kejutan apa yang akan kuberikan malam ini pada kakang.”. kembali terdengar suara Nyai Kembangsari dari balik tirai sutra itu. “Tapi sebelum aku memberitahukannya, aku ingin kakang meminum ramuan yang khusus kubuatkan untuk kakang diatas meja itu”. mendengar ucapan Nyai Kembangsari Bintang segera berpaling kearah meja tersebut dan Bintang dapat melihat hidangan minuman seperti yang dikatakan oleh Nyai Kembangsari tadi. Dan begitu Bintang mendekat dan mengangkat minuman itu, Bintang langsung tahu kalau minuman itu adalah sebuah jamu. Tapi karena Bintang ingin segera mengetahui kejutan yang telah dipersiapkan oleh Nyai Kembangsari padanya, Bintangpun dengan cepat segera meminumnya. “Sekarang mendekatlah kemari kang”. kembali terdengar suara Nyai Kembangsari dari balik tirai sutra itu dan dengan perasaan berdebar Bintang mulai melangkah mendekat. Beberapa langkah didepan tempat peraduan itu, Bintang menghentikan langkah kakinya saat sesosok tubuh keluar dari ba
Hari demi haripun berganti tanpa terasa satu minggu sudah Bintang dan Nyai Kembangsari berada di desa Rantangpuri. Dan selama itu pula hubungan antara Nyai Kembangsari dan Bintang semakin mesra, kedua-duanya telah benar-benar seperti sepasang suami istri yang tengah menikmati bulan madu mereka didesa tempat kelahiran Nyai Kembangsari sendiri. Bahkan kini tidak ada rasa sungkan diantara keduanya untuk saling menunjukkan rasa cinta diantara mereka, dimana diantara keduanya telah tercipta satu hubungan yang saling membutuhkan dan saling mengerti satu sama lain. Bagi Bintang sendiri, pelayanan dan kehangatan cinta yang diberikan oleh Nyai Kembangsari kepadanya benar-benar telah membuat Bintang tergila-gila kepada Nyai Kembangsari, dan secara perlahan tapi pasti Bintang mulai melupakan tujuan utamanya yaitu mengembara dalam menumpas keangkara murkaan. Sementara bagi Nyai Kembangsari, keperkasaan dan kejantanan yang diberikan oleh Bintang benar-benar membuatnya tak bisa lepas dan jauh dar
“Byuuuurrrrr..”. tiba-tiba saja dua sosok tubuh keluar begitu saja dari dalam air dan kini terlihat kedua sosok tubuh yang baru saja keluar dari dalam air tersebut, ternyata kedalaman air itu hanya setinggi dada keduanya hingga kini kedua sosok itu terlihat berdiri diantara kedua kaki mereka, tapi bukan itu pemandangan yang paling mengejutkan dari keduanya, melainkan kedua sosok tersebut ternyata adalah sosok Bintang dan Nyai Kembangsari sendiri dan yang lebih mengejutkan lagi, tubuh keduanya terlihat polos tanpa selembar benangpun yang menempel ditubuh keduanya dan tubuh keduanya terlihat sudah saling merapat satu sama lain bahkan bibir keduanya terlihat saling melumat satu sama lain, rupanya kedua muda-mudi ini tengah memadu birahi ditempat itu. Untunglah tidak ada seorangpun manusia lagi yang berkeliaran ditempat itu, jika tidak tentu pemandangan panas itu dapat disaksikan dengan jelas. Entah sudah seberapa lama keduanya saling bergelut birahi ditempat itu, dinginnya air terjun itu
“Paman.....bibi.”. sebuah suara mengejutkan keduanya yang langsung berpaling, dari kejauhan terlihat sosok seorang bocah kecil yang tengah berlari kearah mereka. “Layung”. ucap Bintang dan Nyai Kembangsari hampir bersamaan saat mengenali sosok yang telah mendekat itu. Dan bocah kecil itu terlihat langsung menghela nafasnya karena tadi telah berlari. “Paman, bibi, bopo menyuruh cepat pulang” ucap Layung lagi. “Yah, kami memang baru saja mau pulang Layung”. ucap Nyai Kembangsari tersenyum. “Anu, itu...kata bopo, ada orang dari desa Tawung Sari yang datang mencari bibi”. ucap Layung lagi hingga mengejutkan Bintang dan Nyai Kembangsari yang kini saling pandang satu sama lain. “Siapa Layung. ?” “Layung juga tidak tahu bi, tapi jumlah mereka banyak sekali”. ucap Layung lagi sehingga semakin membuat Nyai Kembangsari dan Bintang heran dan bertanya-tanya, tapi tak mungkin anak sekecil Layung bisa menjelaskan semuanya, maka ; “Kalau begi
Malam menyelimuti kegelapan alam, alam terlihat begitu sepi dan sunyi, sementara sang rembulan malam itu tampak bersinar dengan terangnnya, bahkan Bintang-Bintangpun tampak bertaburan dengan indah diangkasa raya malam itu seakan ikut menemani sang rembulan. Malam itu memanglah malam Bulan Purnama hingga sinar sang rembulan bersinar cukup terang dari malam-malam biasanya. Suasana yang hening mencekam itu tampak menghiasi dataran sebuah lembah yang cukup curam yang ada disebuah kaki bukit, tak ada sesosok mahlukpun yang terlihat berkeliaran dilembah itu, hanya sesekali suara binatang malam terdengar membahana. Dua ekor kuda terlihat dipacu dengan cepat menembus kegelapan malam mengitari lembah tersebut, penunggangnya adalah dua sosok lelaki, dan salah seorang diantara mereka terlihat langsung menghentikan langkah lari kudanya saat dihadapan mereka terbentang satu jalanan yang begitu terjal dan curam yang tidak mungkin untuk dilewati oleh kuda mereka. Sosok pemuda yang berada t