“Wika... nenek lihat kau sudah berhasil menguasai jurus-jurus ular emas dengan sempurna, hanya tinggal kekuatan tenaga dalammu saja lagi yang harus diperkuat untuk lebih menyempurnakan jurus-jurus ular emasmu itu” ucap nenek ular lagi. Wika tetap diam mendengarkan dengan seksama.
“Karena itulah, mulai besok, nenek akan mengajarkan ilmu kesaktian tingkat tinggi kepadamu, mudah-mudahan kau bisa menguasainya dengan sempurna, ilmu kesaktian ini juga akan semakin menyempurnakan jurus-jurus ular emasmu” ucap nenek ular lagi.
“Ilmu kesaktian nek, ilmu kesaktian apa ?” ucap Wika cepat karena tak tahan dengan rasa penasarannya.
Nenek ular tak menjawab, tapi kemudian meraih sesuatu dari balik jubah pakaian kusamnya. Kini ditangan nenek ular terlihat sebuah kitab tua yang sudah sangat kusam bentuknya. Lalu menyerahkannya kepada Wika.
“Ajian ‘Serat Jiwa’....” ulang Wika dengan wajah berubah saat mem
“Hamba ingin mempelajari ilmu laduni yang dimiliki oleh nyonya Sabina paman, hamba sangat mengagumi nyonya Sabina” ucap Thya Sethya lagi. Hingga membuat Putri Ahtisa, Bayuasta dan yang lain terlihat terdiam terdengar hal itu.“Apa kau sudah memikirkan matang-matang mengenai hal ini Thya ?” tanya Putri Ahtisa lagi.“Sudah putri, hamba sudah memikirkannya selama beberapa hari ini dan tekad hamba sudah mantap” ucap Thya Sethya lagi.“Kenapa kau ingin berguru padanya Thya ?” tanya Bayuasta lagi.“Seperti yang hamba katakan tadi paman, selain mengagumi ilmu laduni yang dimiliki nyonya Sabina, hamba juga sangat tertarik dengan perilaku dan adab nyonya Sabina paman, baru sekarang hamba menemui wanita seperti itu” ucap Thya Sethya lagi.“Jika memang bulat sudah keputusanmu, aku akan mengizinkannya Thya, tapi sebaiknya mintalah izin dulu pada tuan Bintang” ucap Putri Ahtisa lagi.
“Aku dan kamu Diantara dua hati yang bertaut pada satu cinta tentang aku yang sangat memujamu tentang aku yang sangat mengagumimu dalam simfoni imajinasi Tentang kamu tentang kamu yang melengkapi ketidak sempurnaankutentang kamu yang telah menerimaku sepenuh hatitentang kamu yang telah menjadi ratu yang bertahta dihatiku Tentang kita tentang jalan cerita yang telah kita lalui diantara suka dan duka yang telah kita lewati bersamaKeyakinantentang hati yang sepenuhnya aku yakini dengan seuntai doa aku bersimpuh dihadapanmu mengutarakan niat tulus dari hati sudikah engkau menerima pinanganku Ijinkanijinkan aku menyematkan cincin di jari manismu, sebagai sebuah tanda keseriusan ijinkan aku menjadi imam dalam hidupmu ijinkan aku membimbingmu menuju surganya ijinkan aku menemanimu sampai hanya maut yang sanggup memisahkan kita sampai nyawa ini tinggalkan raganya“ Putri Ahtisa semakin terlena mendengar kata-kata indah yang keluar dari bibir Bintang. Ditatapnya kesungg
Bintang tidak ingin buru-buru, Bintang ingin menikmati detik demi detik yang indah ini secara perlahan. Berpindah dari satu sisi ke sisi satunya, diselingi dengan ciuman ke bibirnya lagi, membuatnya mulai berkeringat. Tangannya semakin liar mengacak-acak rambut Bintang, bahkan kadang-kadang menarik dan menjambaknya, yang membuat nafsu Bintang semakin bergelora. Dengan berbaring menyamping berhadapan, Bintang melepaskan celana dalamnya. Satu-satunya kain yang masih tersisa. Perlakuan yang sama Bintang terima darinya, membuat pilar pusaka Bintang yang sudah sedemikian kerasnya mengacung gagah. Bintang belai kakinya sejauh tangan Bintang bisa menjangkau, perlahan naik ke paha. Berputar-putar, berpindah dari kiri ke kanan, sambil sekali-sekali seakan tidak sengaja menyentuh gundukan berbulu yang tidak terlalu lebat tapi terawat teratur. Keringatnya semakin deras keluar dari tubuhnya yang harum. Ciumannya semakin ganas, dan mulai menggigit lidah Bintang yang masih berada dalam mulutnya. T
Malam itu, Bintang dan Putri Ahtisa sudah berada lagi diatas peraduan. Putri Ahtisapun berusaha supaya tidak mengecewakan Bintang, dilayaninya Bintang dengan sepenuh hati. Karena hampir tidak tertahankan lagi, Bintang segera mengubah posisi. Kini wajah keduanya, kembali Bintang menatap mata Putri Ahtisa yang sangat indah itu. Dibisikkan bahwa Bintang sangat menyayanginya, dan Bintang juga bertanya apakah kira-kira dia akan tahan kali ini. Setelah mencium bibir Bintang dengan lembut, Putri Ahtisa meminta Bintang untuk melakukannya pelan-pelan. Bintang menuntunnya dengan lembut. Di ciumnya lembut bibir indah Putri Ahtisa, sambil Bintang menurunkan pinggulnya pelan-pelan. Putri Ahtisa merintih tertahan, tapi kali ini tangannya tidak lagi mendorong bahu Bintang. Bintang angkat lagi pinggulnya sedikit, sambil bertanya apakah terasa sangat sakit. Dengan isyarat gelengan kepala, Bintang tahu bahwa Putri Ahtisa juga sangat menginginkannya. Dengan perlahan tapi pasti Bintang tekan pingguln
Bintang memeluk dan menciumi wajah jelita Putri Ahtisa yang basah oleh keringat, sambil berucap terima kasih. Mata Putri Ahtisa yang bening indah menatap Bintang bahagia, dan sambil tersenyum dia berkata, “Sama-sama sayank....” Seprai putih sekarang bernoda darah. Mungkin karena selaput dara Putri Ahtisa cukup tebal, noda darahnya cukup banyak, hingga menembus ke kasur. Akan menjadi kenang-kenangan mereka berdua selamanya. Malam itu keduanya berdua hampir tidak tidur. Setelah beristirahat beberapa saat, keduanya melakukannya lagi, lagi dan lagi. Entah berapa kali, tapi yang pasti, pada hubungan yang kedua setelah tertembusnya selaput dara itu, Bintang berhasil membawa Putri Ahtisa orgasme, bahkan lebih dari satu kali. Bintang yang sudah kehilangan banyak birahi, menjadi sangat kuat dan tahan lama, sehingga akhirnya Putri Ahtisa menyerah kalah dan tergeletak dalam kenikmatan dan kelelahan yang amat sangat. -o0o- PULAU ULAR, demikian Orang menyebutnya, karena mungkin pulau ini hanya
“Ayo masuk” ucap nenek ular tanpa berkata apa-apa lagi. Wika sendiri heran melihat sikap nenek ular yang sangat berbeda dari biasanya, tapi Wika tidak banyak bertanya, tetap berjalan diam mengikuti langkah nenek ular memasuki gubuk tersebut. Ana si ular anaconda raksasa tampak ikut masuk juga kedalam gubuk tua tersebut.Di dalam gubuk, nenek ular tampak sudah duduk lesehan didepan sebuah meja persegi 4 panjang yang biasa menjadi tempat makannya. Wika kemudian duduk dihadapan nenek ular.“Bagaimana dengan latihanmu Wika ? apakah ajian ‘Serat Jiwa’mu sudah ada kemajuan” tanya nenek ular lagi.“Sudah ada kemajuan nek, tapi tingkat 10 belum sempurna, susah sekali untuk menyempurnakannya” ucap Wika lagi.“Ajian ‘Serat Jiwa’ di tingkat X, "Ajian Serat Netra Dahana" memang paling sulit untuk dicapai dengan sempurna, karena penyempurnaan tingkat sepuluh ini harus kau dapatkan dari
DESA BAYAN, Sebuah desa yang masih berada diwilayah kadipaten kemangi, penduduknya tidak begitu ramai, hanya ada 30 KK saja. Dipimpin oleh seorang lurah yang bernama Sunyali.Rumah Lurah Sunyali terlihat paling megah diantara rumah-rumah lainnya, beberapa centeng / pendekar bayaran tampak berjaga-jaga didepan pintu rumah dan halaman rumah yang cukup luas tersebut. Sebagai seorang lurah, kehidupan Sunyali bisa terbilang mewah, ini karena perkebunan luas yang dimilikinya, Sunyali adalah seorang lurah yang juga menjadi seorang tengkulak, usahanya membeli hasil perkebunan dan pertanian warga dengan harga yang sangat murah lalu kemudian menjualnya keluar desa dengan harga yang tinggi. Selain menjadi tengkulak, Sunyali juga menjadi seorang rentenir yang memberikan pinjaman kepada warga desanya dengan bunga yang sangat tinggi, bila tidak bisa membayar, maka rumah atau kebun yang menjadi jaminan akan diambil oleh Sunyali secara paksa.Itulah kenapa warga Desa Bayan tidak banya
Ingatan Lurah Sunyali kembali belasan tahun yang lalu, hingga akhirnya wajah Lurah Sunyali kembali berubah saat mengingatnya.“Sinden Wika, hemm... pantas saja aku merasa kenal dengan wajahmu, ada hubungan apa kau dengannya ?!!!” ucap Lurah Sunyali lagi.“Dia adalah ibuku, dan hari ini aku akan menuntut balas atas apa yang kau lakukan dulu” ucap Wika lagi terlihat mengepalkan kedua tangannya. Melihat gelagat itu, kedua centeng yang menjadi pengawal Lurah Sunyali tampak maju kedepan, menjadi perisai dan pelindung bagi Lurah Sunyali.“Tangkap dia, jangan dibunuh, aku ingin menikmati tubuh dan kecantikannya” ucap Lurah Sunyali lagi dengan senyum angkuhnya.Para centeng yang berjumlah 10 orang itu alngsung bergerak mengepung dengan menghunus senjata masing-masing. Ada yang mengganakan golok, pedang, clurit, rantai berduri, tombak dan gada berduri.Wika sendiri tampak tak gentar melihat pengepungan dirinya.&ld