Srett! Jubah Bintang yang melekat ditubuh Ratu Ayu Pitaloka terlepas. Bintang menatap sepasang bukit kembar yang kini terbuka lepas, lalu dengan pelan Bintang menggeserkan hidungnya bergantian pada sepasang buah dada yang tertata dengan sempurna. Menghembuskan nafasnya yang hangat. “Ahhhhhh....... ” Ratu Ayu Pitaloka semakin tak tahan. Di dekapnya erat kepala Bintang, lalu menekannya kuat-kuat dalam pelukannya. Sesaat kemudian, ia menggelinjang berkepanjangan disertai desahan tertahan. “Aaa ... uughhh ... hmmph ... ” Bintang paham artinya. Tangan Ratu Ayu Pitaloka yang bebas, bergerak melucuti pakaian yang Bintang kenakan, setelah pakaian Bintang terlepas, tangan Ratu Ayu Pitaloka kembali menarik celana yang dikenakan Bintang ke bawah. Namun, baru saja celana turun sedikit, tiba-tiba saja ... “Aaaaa ... ” kali ini bukan jeritan nikmat, tapi lebih ke arah kaget mendekati aroma ketakutan. “Apa ada?” tanya Bintang tak kalah kagetnya. Wajah Ratu Ayu Pitaloka pucat-pasi seperti t
Ratu Ayu Pitaloka mengerang manja, mendesah-desah gelisah. Sekujur tubuhnya terasa penuh dengan keinginan yang mendesak-desak. Tidak hanya dadanya ... Ratu Ayu Pitaloka ingin lebih dari sekedar itu. Ia memang ingin bercinta, sekarang juga, di tempat ini juga! Meski cuma di dalam sebuah goa di tengah laut! Apa pun risikonya, ia ingin sekali. Maka ... memohonlah ia lewat erangan dan desahan! “Ahhh ... shhh ... !” Dalam desah kenikmatan dari bibir Ratu Ayu Pitaloka yang berkepanjangan. Sejenak yang terdengar dari dalam goa dilereng curam tepi laut itu hanya erangan dan rintihan yang tersumbat. Akan halnya Ratu Ayu Pitaloka, ia merasakan sebuah sensasi luar biasa antara sakit dan nikmat. “Aahh ... ahh ... ahhkkhh ... ” Bintang semakin menambah daya dobrak di bawah sana Benar-benar perjuangan yang luar biasa! Perjuangan dari Bintang dan juga pertahanan dari Ratu Ayu Pitaloka. Begitu masuk ke dalam secara menyeluruh, “Aaagghhhh !!” Erangan Ratu Ayu Pitaloka pun berubah jadi je
Sejenak kedua-duanya tetap terdiam, hingga ; “Apakah ini pertama kalinya Ratu bercumbu ?!!,” sahut Bintang untuk memenuhi rasa penasarannya. Ratu Ayu Pitaloka hanya tampak mengangguk malu. “Kenapa ?” “Karena sejak muda, hamba telah terkurung di Goa Watu Telo” ucap Ratu Ayu Pitaloka lagi hingga membuat Bintang teringat dan menyadarinya. “Maafkan aku ratu, aku sungguh tak menyangka akan jadi begini.... awalnya aku hanya ingin menolong ratu, tapi hawa dingin didalam tubuh ratu sangat kuat sekali....aku jadi khawatir dan tidak ada cara lain yang terpikirkan untuk menolong ratu” ucap Bintang lagi “Iya tidak apa-apa paduka, hamba tidak menyalahkan paduka, Inti sakti angin salju Ratu Alena memang sangat kuat, kekuatan hamba belum pulih untuk menghilangkan pengaruh Inti sakti angin salju itu” ucap Ratu Ayu Pitaloka lagi. “Kalau begitu sama....” “Sama apa paduka ?” tanya Ratu Ayu Pitaloka bingung. “Kekuatanku juga hilang untuk beberapa hari ini ratu” ucap Bintang hingga membuat wajah Ra
Dari goa tempat Bintang dan Ratu Ayu Pitaloka berada, kita melompat kembali ke istana Negeri Atas Angin. Dimana sosok Ratu Alena terlihat kembali bersama Hakim Emas dengan sangat terburu-buru, Hakim Emas terlihat sedang memapah sosok lemah Ratu Alena. Tanpa menghiraukan para prajurit yang berjaga di istana Negeri Atas Angin yang menjura hormat kepada mereka, Ratu Alena meminta Hakim Emas untuk membawanya ke kamar.Didepan pintu kamar, kembali prajurit penjaga pintu kamar menjura hormat, tapi lagi-lagi tak diperdulikan oleh Ratu Alena yang langsung meminta Hakim Emas membawanya ke kamar.“Tutup pintunya!” perintah lemah Ratu Alena kepada Hakim Emas yang memapahnya. Hakim Emas segera menutup pintu tersebut.“Putar kepala naga itu kekiri !!” perintah Ratu Alena kepada Hakim Emas yang ada didekatnya. Hakim Emas tampak mengajak Ratu Alena mendekati salah satu patung kepala naga yang ada disudut ruangan, dan ;Cleekk !!!Hakim Ema
Ucapan Putri Ahtisa membuat semua yang ada ditempat itu terdiam. Jauh didasar hati mereka memang membenarkan apa yang diucapkan oleh Putri Ahtisa tapi dilain pihak jika terlambat untuk menyerbu ke istana, dikhawatirkan Ratu Alena akan kembali menyusun kekuatan.“Maafkan hamba bila lancang, bolehkah hamba memberi saran putri” ucap Puti Ayu Ningrum tiba-tiba sehingga membuat semua pandangan langsung terarah kepadanya.“Silahkan puti”“Menurut hemat hamba, mungkin ada baiknya putri bersama paman Bayuasta dan para hakim lebih dulu ke istana, karena ini menyangkut kepentingan banyak orang, mengenai ratu kami dan tuan Bintang, biarkan kami yang menunggu disini” ucap Puti Ayu Ningrum lagi berusaha memberikan jalan keluar.Putri Ahtisa terdiam mendengar hal itu, Putri Ahtisa bukannya tidak tau kalau menguasai istana Negeri Atas Angin adalah sesuatu yang sangat mendesak untuk memberikan rasa aman dan nyaman kepada rakyat Negeri
“Lebih tua maksud paduka ?” ucap Ratu Ayu Pitaloka lagi hingga membuat Bintang tersenyum.“Ya lebih tua, tapi aku suka...” ucap Bintang mengalah.“Kenapa ?” tanya Ratu Ayu Pitaloka ingin tau“Karena yang lebih tua biasanya lebih berpengalaman untuk membahagiakan pasangannya, ketimbang yang lebih muda yang belum berpengalaman” ucap Bintang lagi.“Tapi hamba belum memiliki banyak pengalaman untuk membahagiakan paduka” ucap Ratu Ayu Pitaloka dengan lugunya.“Belajar dan teruslah belajar untuk membahagiakan pasanganmu ratu” ucap Bintang tersenyum.“Dan aku akan mengajarkan pengalaman itu padamu ratu” sambung Bintang lagi.“Sampai kapan ?!!”“Seumur hidup” jawab Bintang lagi hingga membuat wajah Ratu Ayu Pitaloka berubah, dan seakan baru mengerti apa maksud ucapan Bintang, wajah Ratu Ayu Pitaloka berubah tersenyum.&ldq
“Tapi Air Terjun Pelangikan berada disana” ucap Ratu Ayu Pitaloka lagi menunjuk kearah berlawanan. Bintang yang ada didepan hanya tersenyum saja. Tak lama kemudian Bintang justru memerintahkan Sembrani untuk turun tak jauh dari reruntuhan menara langit. Rupanya Bintang membawa Ratu Ayu Pitaloka ke sebuah gubuk kecil yang berada tidak jauh dari Menara Langit, Sembrani menurunkan kakinya tepat didepan gubuk tua yang letaknya agak tersembunyi tersebut. “Pergilah Sembrani, nanti akan kupanggil jika kubutuhkan lagi” ucap Bintang kepada Sembrani. “Hieeekkk !!!” Sembrani meringkik lalu kemudian melesat kembali keudara dan menghilang dikegelapan malam. Setelah Sembrani menghilang, Bintang menatap kearah gubuk kecil yang ada dihadapannya, Ratu Ayu Pitaloka suidah sejak tadi bingung menatap kearah gubuk kecil itu. Gubuk ini dulunya adalah milik Thya Sethya, si Hakim Keadilan. Bintang dulu pernah diajak oleh Thya Sethya ke gubuk ini untuk meredakan nafsu birahi Bintang akibat segel kutukan se
“Putri mahkota juga meminta agar kita langsung menyusul keistana begitu paduka rajo dan ratu kembali” sambung Puti Ayu Ningrum lagi.“Bagaimana menurut paduka ?” tanya Ratu Ayu Pitaloka lagi kepada Bintang. Dihadapan para prajurit dan panglimanya, Ratu Ayu Pitaloka memang bersikap penuh wibawa dan anggun, bahkan kepada Bintang.“Sebaiknya kita memang harus segera ke istana untuk mengetahui apa yang telah terjadi ratu” ucap Bintang lagi hingga membuat Ratu Ayu Pitaloka mengangguk.“Baiklah kalau begitu, kalian semua segera persiapkan semuanya, besok pagi kita berangkat ke istana” ucap Ratu Ayu Pitaloka lagi.“Baik ratu” ucap ke-7 panglima harimau berbarengan.“Guru!!” tiba-tiba saja sebuah suara keras terdengar membahana ditempat itu, semua mata langsung tertuju kearah asal suara.Terlihat seekor kera yang tengah terbang melayang kearah Bintang.“Dewa Kera !!