"Apa itu menyenangkan bisa ganti-ganti pasangan semudah itu?"
"Hmm.. awalnya ini terasa menyenangkan, seolah-olah aku diinginkan semua orang. Tapi, entah kenapa hubunganku terasa hambar"
"Aku berkencan, dan melakukan hal-hal romantis selayaknya pasangan muda lainnya, tapi ada sesuatu yang membuatku merasa kalau hubunganku dengan mantan-mantanku itu bukan sesuatu yang aku cari selama ini"
Lan dan Josua terdiam, sejenak suasana di antara mereka menjadi hening.
"Aku baru mengetahui kalau sudah tersesat jauh dari tujuanku ketika berbincang denganmu di pestanya Lim"
Tangan Josua meraih tangan Lani yang terletak di atas pangkuan Lani.
"Lan.. aku pikir kamu bisa menyelamatkan aku dari rasa tersesatku ini. Apa kamu mau menjadi pacarku?"
"Apa?"
"Kamu mau menjadi pacarku Lan? Aku janji akan memutuskan hubungan dengan mantan-mantanku, dan hanya melihatmu seorang"
Lani merasa tidak nyaman, dan melepaskan tangannya dari genggaman Jos
"Kenapa kakak disini sendiri?""Ah! Kakak tidak bisa tidur. Apa kamu juga?"Aneh rasanya Lani bertanya seperti itu. Jika dia menjadi anak itu pasti tidak akan bisa tidur nyenyak setiap malam. Anak itu bernama Imanuel, dia tidak memiliki ayah, dan ibunya berdagang dengan kios kecil yang pembelinya pun juga tidak banyak. Bajunya sangat kotor, dan ada beberapa jahitan di sana. Jantung Lani seperti ditusuk jarum melihat keadaan anak itu."Aku sudah tidur tadi, tapi tiba-tiba terbangun"Tidak beberapa lama, suara perut yang lapar terdengar dari tubuh Imanuel.Ah, lapar rupanya. Kata Lani dalam hati."Mau mie? Kakak punya mie dan cemilan""MAU!"Hanya karena makanan mata anak itu bisa bersinar. Mudah sekali membuatnya senang."Hehe, baiklah, tunggu disini ya"Lani pergi ke dalam tenda dan mengambil beberapa stok makanan dari tasnya.Dia menuju ke dispenser untuk memasak mie kemasan cup.Ketika mengha
"Hmm.. karena kamu ada dendam dengan Alex?" Lani mencoba menebak Josua tersenyum "Salah, aku beri satu kali lagi kesempatan" "Supaya aku tidak ada yang membantu?" Lani menoleh ke arah Josua dengan raut sedikit sebal "Bukannya kita teman? Kenapa kamu mengusir orang yang akan membantu temanmu?" Mendengar itu Josua tersenyum dan menghela napas "Hampir tepat. Alasannya karena aku hanya tidak suka kalau Alex membantumu. Kalau aku bisa membantumu kenapa harus Alex?! Harusnya kamu minta tolong langsung ke aku Lan!" Penjelasan Josua membuat Lani tidak mengerti jalan pikir laki-laki disampingnya itu "Haah??" "Aku tidak mengerti jalan pikiranmu, kamu mengambil jalan yang sulit. Harusnya biarkan saja Alex membantu, kamu jadi tidak perlu bawa bawaan berat itu, dan bisa bawa kresek snack ini yang lebih ringan" Lani menunjukkan kresek yang dia bawa "Kalau ada dua orang yang membantuku kan aku jadi lebih senang" Josua menyerah.
"Apa ada yang ingin kamu sampaikan lagi?""Kita sudah 3 tahun tidak saling berbicara, apa kamu tidak merindukanku?"Lani mendengus kesal mendengar pertanyaan basa-basi tersebut"Tidak perlu basa-basi denganku. Mempercayaimu sebagai teman dekat adalah kesalahanku di masa lalu. Apa bos tersayangmu itu masih memberimu tugas menjadi teman palsu?" tanya Lani dengan nada ketus."Hahahaha! secara tidak langsung kamu pernah menganggapku sebagai teman dekat, aku merasa tersanjung. Tapi sayang sekali, kali ini orang lain telah menggantikan tugasku. Apa kamu sedih?"Mendengar penjelasan dari Amanda membuat lani geram. Padahal Ia ingin punya kehidupan yang bebas sewaktu kuliah. Namun ayahnya selalu saja memata-matainya."Katakan, siapa orangnya?""Huh?? Apa aku tidak salah dengar? Tentu saja aku tidak akan memberitahumu, hahahaha! Oh iyaa, aku kasih tau sedikit, dia adalah orang yang memberi tahu kontakmu, alamat
Hari itu adalah hari terakhir mereka mengajar. Maka diadakan ujian pada anak-anak yang diajar untuk mengukur perkembangan kemampuan mereka setelah dilakukan program mengajar oleh tim sukarelawan. Lani melihat Imanuel yang duduk di pojokan. Anak itu merasa semangat, namun terkadang terlihat sedih. Ia jadi teringat perkataan anak itu semalam. Imanuel berkata kalau dia akan meminta pertimbangan pada ibunya. Sikap hati-hati dalam memutuskan sesuatu pada anak itu Lani akui cukup hebat. Tidak banyak anak yang akan berpikir panjang di usia kanak-kanak. Lani semakin yakin, kalau dia memilih anak yang tepat. "Baiklah... sekarang karena kalian sudah selesai ujian, maka hari terakhir ini kita akan bersenang-senang, dan makan-makan! Apa kalian setuju?!!" ucap salah satu rekan Lani dengan antusias. Hal tersebut tentunya disetujui oleh anak-anak dengan riuh. Para anggota sukarelawan membawa banyak makanan di atas nampan, dan beberapa box snack dan beberapa bone
Kedua tangan Lani mengepal erat. Kali ini Bella hampir saja membuat kewaspadaannya menurun. Ia tidak akan semudah itu percaya kepada orang lain. Diluar tubuhnya sendiri, semua adalah orang asing yang tidak bisa dipercaya. Senyum mengembang di wajah Lani "Terima kasih, Bell. Aku tahu bisa mempercayakan semuanya padamu" tentu saja semua itu hanya kata-kata manis Lani. Namun diluar dugaan, Bella tiba-tiba memeluk Lani dengan erat. Tubuh Lani membeku, dia tidak pernah dipeluk seerat ini setelah mamanya meninggal. Lani Ingin memeluk Bella kembali, namun tangannya terhenti diudara. Dia tidak boleh terlena, pikirnya. "Sekarang kita benar-benar berteman ya, Lan" kata Bella sambil tetap memeluk Lani "Ya, tentu.." tentu saja ini semua hanya rekayasakata Lani dalam hati "Uhh.. Bell sebaiknya kita ke kelas sekarang" Lani sebenarnya hanya beralasan supaya Bella tidak memeluknya terlalu lama. Mendengar perkataan Lani, Bella me
Lani dan Lim memutuskan untuk berbelanja bahan makanan di mall terdekat. Karena Lim berencana untuk tinggal di apartemen Lani untuk sementara, jadi mereka belanja banyak bahan makanan.Sesampai di apartemen, Lani menyiapkan alat-alat yang akan digunakan untuk memasak. Karena alat-alat tersebut hampir semuanya baru, jadi harus dicuci terlebih dahulu. sedangkan Lim memasukkan bahan-bahan makanan ke dalam kulkas.TING TONG TING TONGLim menghentikan aktifitasnya, sedangkan Lani acuh tak acuh dan tetap mencuci alat-alat makan."Lan.. sepertinya ada tamu"Lani menghentikan aktivitasnya, dan mematikan kran air. Ia tidak pernah ingat ada janji dengan seseorang. Mungkin itu nenek pemilik apartemen. Sebenarnya Lani merasa malas untuk berbincang dengan nenek tersebut, tapi ketika Ia teringat pertolongan nenek tersebut, Ia memutuskan untuk menemuinya."Mungkin nenek pemilik apartemen. Sebentar ya Lim"Lani menaruh spon cuci piring, dan membuka pintu.
Lani sedang dalam perjalanan menuju Rumah Sakit tempat ayahnya di rawat. Ayahnya di rawat di bangsal VVIP. Di depan kamarnya terdapat dua orang penjaga bertubuh kekar, dan berjas hitam. Ayahnya memang tipikal orang yang sangat waspada, mengingat dia terjun di dunia bisnis yang memiliki banyak musuh, Ia harus menjaga dirinya sebaik mungkin. Sesampai di depan kamar, Lani dibukakan pintu oleh salah satu penjaga. Lani memasuki ruangan tersebut. Di sana terdapat seorang laki-laki paruh baya sedang membaca sebuah buku sambil duduk bersandar. Laki-laki tersebut berusia sekitar 57 tahun. Namun wajahnya nampak lebih muda dari usianya yang sebenarnya. Dagu yang tegas dan garis rahang yang kuat memberikan kesan yang berwibawa. Alisnya tebal berwarna hitam, senada dengan warna rambutnya. Bola matanya melirik ke arah perempuan yang datang ke kamarnya dari sudut matanya. Sosok perempuan itu mengingatkannya pada kenangan buruk. Walau kejadian meninggalnya sang Istri sudah bertahun-tahun, I
Lani menaiki taksi dan pulang kerumahnya.Sedari tadi Ia merasakan ponselnya bergetar. Ia tahu pasti Amanda menghubunginya karena Ia tiba-tiba menghilang begitu saja.Tak lama setelah Lani sampai didepan gerdang rumahnya yang tinggi menjulang, seorang satpam tergopoh-gopoh membukakan gerbang.Lani masuk begitu saja."Nona Lani telah sampai di rumah," kata satpam itu kepada seseorang melalui telepon.Mendengar itu Lani terus saja berjalan tidak menghiraukan. Itu sudah bukan hal baru lagi baginya. Semua orang dirumah ini adalah orang suruhan ayahnya Lani, mereka bagaikan CCTV hidup yang dipasang ayahnya Lani untuk mengawasinya setiap hari.Lani tahu sebenarnya dirinya tidak memiliki eksistensi apa-apa dirumahnya. Ia hanya seorang pelajar. Tidak bisa menghasilkan uang sendiri dan masih bergantung dengan ayahnya. Kalaupun Ia memiliki banyak uang, Ia tidak bisa menggunakannya untuk membuka usaha tanpa seizin ayahnya. Dan kalaupu