Bab 29 Karma
Hari ini, Aku ingin menyempatkan diri ke rumah sakit, sekalian ingin berkunjung ke rumah ibuku. Kemarin, Ferdi mengabariku bahwa Alwa sekarang sedang di rawat intensif di rumah sakit. Karena dia di nyatakan terjangkit penyakit kelamin yang sangat serius. Awalnya dia mengidap HPV (Human pappilioma virus). Tapi sekarang dia mengidap kanker serviks yang parah. Sehingga mengharuskannya di rawat intensif di rumah sakit. Kebetulan berada satu arah ke rumah orang tuaku.
Sesampainya di sana, Aku mencari-cari ruangan tempat dimana Alwa dirawat. Setelah bertanya pada suster, tidak di sangka, Aku langsung di izinkan masuk oleh petugas.
Ketika Aku mulai mendekatinya, ada sejenis bau yang kurang mengenakkan, anyir, dan membuat perutku mual. Astaga apa ruangan ini belum di bersihkan. Ref
Part 30 Belum Berakhir Hari ini, ku sempatkan diri untuk menemui mantan suamiku di penjara, ku dengar kabar dari Ferdi, mantan suamiku itu akan mendekam lama di jeruji besi. Karena dia juga banyak melakukan kesalahan di perusahaan tempat dia bekerja. Aneh si Ferdi, dari mana dia tahu informasi berita yang melibatkan mantan suamiku itu. Mendengar Aku mau menemui Gavin, eh Ferdi juga ikut-ikutan denganku. Dasar. "Nanti saya yang jemput kerumahmu, ya." "Ah nanti malah merepotkan kamu. Aku tidak suka lhoo merepotkan orang lain. Aku bisa kok pergi sendiri." "Kamu tidak usah ngelak deh, pokoknya nanti saya jemput ke rumah." Aku hanya membawa si kecil Praska. Sedangkan si kembar harus se
Part 31 Surprise Beberapa bulan berlalu setelah perceraian kami. Tidak ada ku dengar lagi berita Alwa maupun Mas Gavin. Dan memang Akupun tidak mencari tahu kabar mereka. Aku sudah tenang dengan duniaku dan anak-anak. Tapi terkadang ada rasa rindu kepada Ferdi. Bukan karena apa-apa. Kadang ada rasa bersalah akan penolakanku padanya dulu. Aku tidak bisa munafik. Hati ini terkadang mengingatnya kembali. Masa-masa kecil yang penuh canda dan tawa. Dan dimana kami di pertemukan kembali lewat pengkhianatan pasangan kami masing-masing. Tapi, ah sudahlah semua itu telah berlalu. Tidak perlu di ingat-ingat lagi. Mungkin saja sekarang dia sudah bahagia dengan istri barunya. Oh iya, dia sudah menikah atau belum ya? Ih mengapa Aku harus mengingatnya kembali. ***&nb
Part 32 Sosok Mencurigakan Aku penasaran bagaimana bisa orang tuaku mengetahui keberadaanku, sebelum Aku memberitahu mereka. Tapi ternyata Ferdi yang memberi tahu mereka terlebih dahulu. Aku memang sengaja tidak memberitahu mereka dulu. Karena sikap Ibu yang kurang menyukaiku. Aku tidak begitu dekat dengan Ibu. Dulu setiap kali Aku berkeluh kesah padanya, Aku bukannya mendapatkan solusi, malah omelan dari mulutnya yang kudapatkan. Belakangan Aku tahu, Aku bukanlah anak-kandungnya, melainkan anak dari pernikahan pertama Papa. Ibu kandungku meninggal sewaktu melahirkan Aku ke dunia ini. Papaku menikah lagi ketika usiaku baru 5 bulan. Aku besar dalam asuhan Ibu sambungku. Selama menikah dengan Papa, mereka tidak di karuniai seorang putra pun sampai saat ini. Maka otomatis Akulah anak satu-satunya.
Part 33 Ancaman Misterius Karena kehadiran wanita misterius di waktu pernikahan kami, Ferdi mengingatkanku agar lebih berhati-hati. Diapun melarangku untuk mengantar orderan pelanggan secara langsung seorang diri. Ferdi benar, dulu saja Aku sudah terkena dengan Gavin. Di saat dia pura-pura menjadi pembeli. Jadi saat ini Aku tidak pernah lagi mengirim orderan langsung ke pelanggan. Di semua pengiriman kami menggunakan jasa kurir. Tidak kusangka, Ferdi sangat jauh berbeda bila di bandingkan dengan Gavin. Sosok Ferdi sangat perhatian dan memperhatikan kebutuhan anak-anakku. Namun dia tetap nenjaga jarak dengan anak-anak gadisku. Ferdi tidak sungkan-sungkan membantuku memasak, menyapu ataupun mengepel. Apalagi kalau di hari libur, kami akan merencanakan banyak hal. Paling sederhana, kami mengadakan masak bersama. Biasanya kami mengi
Bab 34 Apakah Aku Sudah Mati? Samar samar Aku membuka mataku. Aku di bawa ke dalam mobil entah oleh siapa. Pertama, mataku terbuka, mataku menangkap sosok wanita berkaca mata hitam tadi. "Beres. Sekarang Bakar mobil itu." Perintahnya sambil membuka kacamata hitam beserta maskernya sejanak. Aku terkhenyak. Alwa... Perempuan itu? Bukankah beberapa bulan lalu dia terbaring di rumah sakit? "Tidak mudah rupanya menghadapi perempuan ini!" Seru seorang dari mereka. "Bukannya susah, tapi kaliannya saja yang kurang becus. Ayo cepat...!" "Eh tuh wanita itu sadar." Seru laki-laki tadi. Alwa berbalik melihatku sambil menyeringai.  
Bab 35 Karangan Bunga Untukku Yang Masih Hidup Ku buka mata ini dengan pelan. Belum jelas apa yang ada dalam pandangan mata ini. Hanya abu-abu dan biru yang samar-samar. Tubuhku yang lemah belum mampu untuk ku ajak bangkit. Leherku sakit. Aku baru ingat terakhir Aku berada di hutan dengan pepohonan yang lebat. Lalu dimana lagi Aku sekarang? Kulihat tangan ini, terbalut dengan lilitan kain lembut. Leher ini rasanya sudah tertutup perban. Begitu juga dengan kakiku. Darah-darah di tubuh ini sudah tidak ada lagi. Siapa yang telah membersihkannya? Aku berusaha bangun dari tempat tidurku. Tapi nyeri di sekujur tubuhku tidak memungkinkan lagi. Tulang-belulangku semuanya terasa begitu ngilu. "Kamu sudah sadar? Syukurlah." Suara seseorang di sampingku. Dengan penglihatanku yang masih kab
Bab 36 Pernyataan Kebohongan Alwa Sesampainya di depan rumah, alangkah terkejutnya Aku melihat banyak karangan Bunga bertebaran di depan rumah. "Turut Berduka Cita Dengan Meninggalnya Vina Alfani Binti Aziz Azam." Astagafirullahhalazhiim.... Apakah semua orang sudah menganggapku mati??? Aku termangu dengan apa yang kulihat. Karangan-karangan bunga itu berasal dari mana-mana. Dari perusahaan-perusahaan yang menjalin kerja sama dengan perusahaan tempat Ferdi bekerja, maupun Dari staf kerja perusahaan tempatnya sendiri bekerja. "Ayo, Mbak kenapa harus bengong. Ayo turun. Ini benar-benar rumah Mbak kan? pasti ada sesuatu di sini. Lihatlah karangan-karangan bunga ini begitu banyak."
Bab 37 Mengelak Dari KenyataanKalau begitu, sekarang Bukalah maskermu Mbak. Tunjukkan bahwa kau masih hidup." Suara Alin menggema di ruangan rumahku. Mengejutkan semua orang. Kini semua mata tertuju ke arahku. Aku membuka maskerku dan....... Tahulah semua orang di sana siapa diriku sebenarnya. Akulah orang yang disangka telah mati itu. Semua mata memandang tidak percaya padaku. Mereka berbisik-bisik dengan kata-kata yang tidak bisa ku dengar. Ferdi menatapku sejenak, mungkin dia mau memastikan seseorang yang berdiri ini apakah sungguh Vina atau bukan.