Share

Calon Istri Rendra

Mereka pun berjalan menuju ke kantin kantor yang letaknya di lantai dasar. Aleesha begitu menikmati momen ini. Ia pun tak henti mengulas senyum. Tidak salah jika tadi pagi ia sampai memaksa untuk ikut ke kantor suaminya. Suaminya pun akhirnya mengabulkan keinginannya. Aleesha berdalih jika dirinya merasa bosan di rumah terus. 

Dan satu lagi, ia berhasil bertemu dengan Amira, gadis sederhana dan manis yang sangat ia kagumi sejak dulu. Amira adalah gadis yang tulus, ia sangat bersyukur mengenal Amira dalam hidupnya. 

Aleesha bukanlah orang yang sulit bergaul. Dia begitu supel, ramah, dan kaya raya. Siapa yang tidak mau untuk menjadi temannya. Namun, sebanyak apapun teman Aleesha, tidak ada yang dapat menggantikan seorang sahabat seperti Amira.

Maka dari itu, Aleesha sempat merasa kehilangan Amira saat mereka putus kontak dulu. Amira menghilang dari pusaran hidupnya. Dan kini, mereka bertemu lagi. Ada kebahagiaan tersendiri yang meluap-luap dalam diri Aleesha.

"Sha, kamu nggak makan yang kamu pesan itu? Nggak enak ya rasanya?" tanya Amira, saat mendapati Aleesha hanya memandangi piringnya.

"Kamu nggak suka ya sama menunya?" tanya Amira lagi.

"Eh, ng–nggak kok. Cuma aku lagi diet aja, dan lagi tadi aku baru saja selesai makan," kelit Aleesha.

"Oh, diet apaan sih, udah langsing gitu," celetuk Sita menatap penuh harap tubuhnya dapat selangsing Aleesha ataupun Amira. Tubuh Sita memang sedikit berisi.

"Kamu bisa, aja." Aleesha tersenyum tipis.

Lantas Aleesha pun menghabiskan menu makan siangnya yang sudah dingin. 

"Amira, aku minta nomor teleponmu, ya?" pinta Aleesha. 

"Boleh," sahut Amira. 

Mereka bertukar nomor telepon dan kembali bergurau. Mengingat-ingat tingkah konyol mereka dulu, hingga mereka tak henti-hentinya tertawa. 

"Kamu belum pulang?" tanya sebuah suara bariton pada keempat orang yang sedang berjalan itu. 

"Siang, Pak Rendra!" Amira dan ketiga temannya serempak menyapa Rendra. Rendra hanya membalas dengan anggukan, tanpa senyum ramah. 

"E–eh, Mas! Ah, maksudku … Pak Rendra." Seketika Aleesha gugup.

"Ini, aku mau pulang, Pak," imbuh Aleesha lagi. Suasana seketika menjadi canggung.

"Aleesha, dia ada hubungan apa sama kamu?" tanya Amira berbisik.

"Dia, suamiku." Aleesha balas berbisik. 

Aya membelalakkan matanya. "Daebak!" 

Aleesha memang belum menceritakan jika dirinya sudah menikah dua tahun yang lalu. 

"Ya sudah, pulang gih!" ucap Amira, menatap tak enak pada pria yang merupakan suami Aleesha juga atasannya itu. Rendra hanya menatap kaku ketiga karyawan  itu. 

Aleesha langsung berlari kecil tanpa berkata-kata lagi. Aleesha menatap segan pada Rendra. Di rumah, Rendra memang suaminya yang romantis, tapi di kantor ini, Rendra adalah direktur perusahaan yang angkuh dan dingin, namun berwibawa. Itulah citra seorang Rendra Abidzar Kusuma. 

Aleesha memang berniat untuk pulang tadi. Namun, ia berubah pikiran karena ingin menemui Aya sekali lagi. Setidaknya untuk mendapatkan kontaknya.

"Apa Amira, bisa bantu aku, ya?" gumam Aleesha mengiringi langkah kecilnya menuju tempat mobilnya diparkir.

Aleesha menyalakan mesin mobilnya, ia berniat membuka ponselnya untuk sekedar mengirimkan chat yang mungkin tak penting bagi suaminya.

[ Mas, aku sudah di mobil. Aku pulang duluan, ya. ] Send.

[ OK! ] balas Rendra singkat.

"Cih, awas saja! Aku cuekin balik nanti!" decih Aleesha.

Saat akan menekan pedal gas, teleponnya berbunyi. Tampak nama mama mertuanya berkedip-kedip di layar handphonenya. 

Aleesha menimbang-nimbang apakah harus ia mengangkat telepon itu atau tidak. Hingga sampai pada panggilan ketiga, Aleesha pun memilih untuk tak mengabaikan panggilan itu. Bisa-bisa ia diceramahi tujuh hari tujuh malam oleh mertuanya.

"Ya, Ma. Ada apa?" sahut Aleesha begitu ia tersambung.

"Temui Mama di Kafe Purnama, sekarang!" perintah Bu Ayumi. 

"Tapi, Ma …." Belum sempat Aleesha melanjutkan ucapannya, telepon sudah diputus secara sepihak.

Akhirnya, Aleesha mengubah arahnya yang semula akan menuju rumahnya. Kini berganti haluan ke kafe yang disebutkan Mama mertuanya tadi.

Dua puluh lima menit kemudian, ia sampai ke tempat yang dituju. Ia memarkirkan mobilnya di tempat yang sudah disediakan kafe itu. Lantas bergegas masuk ke kafe, untuk mencari keberadaan mertuanya.

"Aleesha!" teriak sebuah suara. Aleesha seketika menoleh, itu suara mama mertuanya. Lalu ia mencari sumber suara, terlihat wanita paruh baya itu tengah melambai-lambaikan tangannya. 

Namun, langkah Aleesha terhenti seketika saat mendapati mertuanya tidak sendirian. Ia bersama seorang wanita cantik dan berkelas dengan rambut yang diwarnai dengan warna grey kekinian. 

"Siapa dia?" Aleesha bertanya-tanya. Dirinya tenggelam dengan lautan pertanyaan.

"Duduklah!" ucap Bu Ayumi dingin.

Aleesha menarik kursi di depannya, lalu mengambil posisi duduk. 

"Mama, sudah pesan makanan?" tanya Aleesha berbasa-basi.

"Udah pesan tadi," jawab Bu Ayumi. Ia lalu tetap melanjutkan obrolannya dengan wanita cantik tadi.

"Oh, ya, Aleesha, dia Visca. Teman masa kecil Rendra." Bu Ayumi  memperkenalkan gadis itu.

"Aku, Aleesha, istri Mas Rendra." Aleesha sengaja menekankan suaranya saat menyebut dirinya istri Rendra.

"Sebentar lagi, Visca juga akan jadi istri Rendra." Ucapan Bu Ayumi sanggup menghempasnya ke jurang yang amat dalam. Sakit rasanya. Akankah Rendra sudah menyerah dan akhirnya menerima perjodohan itu. Batin Aleesha berkecamuk dengan bermacam pertanyaan. 

***

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status