AKIRA
Jantung Akira bergemuruh melihat betapa kalutnya Giselle saat keluar dari ruangan HRD.
Ini pasti sesuatu yang cukup besar hingga bisa membuat kekasihnya bersikap seperti ini. Tanpa berpikir panjang akan konsekuensi sikapnya, Akira menyusul Giselle yang berlari dari kantor dan memilih kabur menuju lift.
“Ada apa, sayang? Ayo, cerita dong sama aku,” pinta Akira setengah memohon. Dia begitu khawatir dengan keadaan Giselle saat ini.
Satu bulir air mata jatuh di pipi Giselle, dan Akira begitu patah hati melihatnya.
Akira akhirnya memutuskan untuk mengambil alih kendali. Dia meraih tangan Giselle dan meremasnya, Mencoba menenangkan gadis ini. Mereka tiba di basement, dan dia mengajak Giselle langsu
Kemarahan adalah satu kata yang terlalu biasa untuk menjelaskan perasaannya hari ini. Setelah Akira mengantar pulang Giselle dan memastikan jika kekasihnya beristirahat dengan baik, dia kembali memacu mobilnya menuju kantor.“Nggak usah buka-buka ponsel dulu ya, nanti malam aku langsung ke sini,” Begitu permintaan Akira sebelum dia mengecup kening Giselle dan meninggalkan gadisnya beristirahat di apartemennya.Akira tiba di kantor dengan hati panas membara. Ingin sekali dia mengkonfrontasi Bu Citra yang tidak bisa bersikap profesional dan terang-terangan menuduh serta menyudutkan Giselle tanpa bukti. Memilih untuk mempercayai selentingan yang beredar di media sosial dan menolak sanggahan dari Giselle yang jelas-jelas menjadi korban fitnah di sini.Akira tahu suasana kantor menjadi tidak
“Waktu kita nggak banyak, Akira! Saya hanya bisa memberimu waktu satu minggu untuk mencari siapa dalang di balik keributan ini, dan saya ingin besok kalian berdua menghadap menemui saya.” Pak Hasan memberinya ultimatum. “Setelah itu siapkan press release jika keadaan semakin memburuk dan semakin menyudutkan perusahaan kita!” tambal pimpinan tertinggi perusahaan ini. “Bu Citra, tolong jangan semakin memperkeruh suasana, investigasi kita belum selesai. Jadi jangan berspekulasi macam-macam dulu,” tegur Pak Hasan yang membuat Akira sedikit lega. Setidaknya Pak Hasan tidak ikut terhasut akan gosip jahat itu dan saat ini masih memilih bersikap netral. Usai mendengarkan ucapan Pak Hasan, barulah Bu Citra diam dan tak menyudutkan Akira serta Giselle lagi di hadapan Pak Hasan. Meski sangat disayangkan sejujurnya bagi Akira, karena dia mengharapkan Pak Hasan membela Giselle, karyawannya yang sudah berjasa besar dalam firma konsultasi ini, dibandingkan mendengar gosip yang tak jelas dari
GISELLESuasana di ruang privat Pak Hasan tidak kondusif, bahkan di mata Giselle sendiri. Dia sudah sebisa mungkin bersikap tenang dan kooperatif kepada Pak Hasan ketika menjelaskan kembali apa yang sebenarnya terjadi kemarin ketika dia dikonfrontasi secara tidak proporsional oleh Bu Citra. “Tapi kenapa postingan tersebut bisa spesifik menyerang kita dan juga kamu, meskipun tidak ada nama yang tertuang di dalamnya?” Pak Hasan bertanya seraya menarik hisapan cerutunya. “Ini akan saya cari tahu Pak Hasan, saya sedang mencari bantuan dari teman saya, dan kami percaya diri bisa menemukan siapa dalang di balik kerusuhan ini,” Akira yang duduk di samping Giselle sejak tadi membantu menjelaskan hal-hal yang tak Giselle pahami karena kemarin kondisinya sedang tidak stabil. Banyak informasi yang terlupakan karena dia tak bisa berpikir dengan jernih saat gosip tersebut menyerang dirinya. “Sekarang pertanyaan selanjutnya, kalian memang pacaran?” tanya Pak Hasan tanpa berbasa-basi. “Saya meng
Ternyata Akira benar-benar menganggap serius masalah ini. Dia menjelaskan dengan mendetail kepada Nero dan Raka tentang apa saja gosip yang beredar mengenai dirinya baik di social media maupun yang terdengar di telinganya saat mereka dikonfrontasi oleh Bu Citra tempo hari lalu.“Wah, kurang ajar sekali orang yang buat gosip murahan seperti ini!” pungkas Raka dengan nada menyeramkan.“Apa kalian bisa bantu untuk melacak siapa yang mengunggah ini? Dan apa motif di baliknya?” tanya Giselle kepada kedua pria tersebut.Mereka berdua mengangguk cepat.“Tentu saja, ini pekerjaan mudah. A child’s play for me,” ucap Nero dengan s
AKIRAAkira melihat raut wajah Giselle kembali gusar ketika menerima telepon dari ibunya.“Itu semua hanya gosip murahan, Ma.” tukas Giselle dengan keras dan lugas. Nada bicaranya membuat Nero dan Raka berfokus kepada Giselle, mengecek apakah kekasihnya itu membutuhkan pertolongan dari mereka atau tidak.“Nanti malam? Memang Mama mau bertemu sama Papa juga?” tanya Giselle di samping Akira. Dia hanya bisa memberikan support dengan cara meremas jemari lentik sang kekasih dan menenangkannya dengan mengusap punggung Giselle dengan penuh kasih.“Hah? Mas Damar juga datang? Buat apa? Terakhir dia bilang nggak mau menginjakkan kaki di rumah Papa lagi?” Giselle berdecak mendengar respon dari mamanya di ujung telepon.
Kini Akira baru menyadari betapa disfungsionalnya keluarga kekasihnya itu.Setelah drama yang tak digubris oleh mereka berdua di kantor sepanjang hari, Akira dan Giselle akhirnya pergi bersama menuju sebuah restoran bistro bernama Moon Gypsies yang terletak di bilangan Dharmawangsa.Perjalanan yang cukup memakan waktu karena macet Akira manfaatkan untuk bertanya beberapa hal mengenai keluarga Giselle di sepanjang perjalanan tadi.Tentang ibunya, ayahnya, serta kakak laki-lakinya yang sedingin kulkas yang bernama Damar.Satu kesimpulan ketika Akira belum bertemu mereka adalah: orang tua narsistik penuh drama, dan kakak yang tidak memiliki kecerdasan emosional untuk mel
GISELLE Giselle mencoba mencuri pandang ke arah Akira ketika mereka bergegas dalam perjalanan pulang selepas bertemu dengan orangtuanya. Akira begitu mengayomi dan melindunginya sepanjang debat alot dengan mama dan papanya tadi. Pria itu bahkan dengan berani mengambil posisi dan tak segan mematahkan ucapan merendahkan papa terhadap dirinya, serta permintaan halu mama dan papanya agar dia tetap berhubungan dengan Kelana Sastrowilogo. Bagaimana mau berhubungan jika koneksi romantis dengan pria itu saja tak ada sejak awal pertemuan mereka! Yang Giselle pilih adalah Akira Hangga Aryanto. Pria setengah Jepang, atasannya langsung, si musuh yang berubah menjadi kekasih Giselle. Tak ada yang bisa menggantikan posisi Akira sampai saat ini. Akira adalah pria sempurna di mata Giselle. Pria penyabar yang bisa melihat dan bersikukuh memilih Giselle dengan apa adanya. Bisa meredam kegelisahan dan kekalutan karena rasa insecure-nya Giselle jika berbicara tentang keluarganya. Lalu ketika Aki
Berbagai macam emosi dan pikiran tumpah ruah di dalam otak Giselle saat ini. Dia merasa seperti mesin yang sudah tua dan usang, namun dipaksa untuk tetap beroperasi. Alhasil, setelah Akira mengungkapkan secara gamblang apa maksud ucapannya itu terhadap Papa, Giselle menjadi diam seribu bahasa. Dia tak tahu harus menjawab apa karena perasaannya yang campur aduk. Rasa bahagia tak terkira tentu saja mendominasi relung hatinya saat ini. “Kamu ngelamar aku sekarang?” Refleks Giselle bertanya seperti itu. Dirinya seperti sedang berada di alam mimpi. Akira tertawa kecil, “bagaimana menurutmu?” tanyanya kembali yang membuat Giselle semakin bingung. “Ih, gimana sih! Kamu malah nanya balik!” cerca Giselle, berusaha menyembunyikan perasaannya yang membuncah malam ini. Tak lama, Akira merogoh sakunya dan mengeluarkan sekotak beludru hitam dan membukanya di hadapan Giselle. "Giselle, aku tahu ada sesuatu yang nggak bisa aku hiraukan sejak pertama kali aku melihatmu." Akira membuka ucapannya