Sore-sore Feyza terlihat sangat bersemangat untuk berjalan-jalan keluar. Nisa sudah berusaha mencegahnya. Akan tetapi Feyza tetap saja memaksa untuk keluar.
“Nisa, cukup. Tinggalkan aku sendiri!”
“Feyza, bisakah kamu tenang? Kemana kamu pergi?” tanya Nisa.
“Aku hanya ingin keluar untuk jalan-jalan. Aku bosan berada di rumah!”
Tn Farouk yang mendengar keributan langsung menghampiri mereka dan coba menasihati Nisa.
“Banyak hal-hal yang rumit sekarang,” ujar Tn Farouk.
“Aku tidak peduli jika itu rumit! Aku tidak akan terjebak di dalam rumah karena Aldi. Aku harus pergi ke salon rambut. Tidak bisakah kamu melihat keadaanku?”
“Feyza, jangan berani-berani mengulang omong kosong semalam.” Suara Tn Farouk masih tenang. “Kita sudah memiliki cukup banyak masalah untuk ditangani!”
“Jangan khawatir, Ayah. Tidak peduli apa yang aku lakukan, itu tidak akan sebanding dengan apa yang dilakukan Aldi.”
“Feyza!” sel
Di dalam salon, tingkah Feyza sedikit tidak terkontrol. Nisa sudah berusaha menenangkannya agar Feyza bisa lebih sedikit tenang.“Aku merasa sangat baik hari ini.” Cetus Feyza dengan suara keras“Feyza, tolong sedikit lebih tenang,” gumam Nisa.“Apa yang salah dengan itu? Tuhan, aku hanya mengatakan aku merasa baik,” jawab Feyza sambil tertawa-tawa.“Bagaimana kalau kita pergi?” Ajak Nisa.“Pergi ke tempat lain? Kita bisa pergi berbelanja. Ayo pergi ke bar malam ini, kita akan pergi berdansa! Mungkin kita bisa menemukan beberapa orang baik.”“Feyza, tolong. Sedikit lebih tenang,” pinta Nisa.“Tuhanku! Ayolah! Aku tidak setua itu, kan?” Feyza tertawa terbahak-bahak. “Pasti ada harapan yang tersisa.”“Feyza…” Nisa menjadi kikuk dengan tingkah Nisa.“Kau selalu berbicara tentang kebutuhan aku untuk hidup
Kegalauan Aldi Perlahan-lahan Irma mendekati Marini dengan segelas susu di tangannya. “Bu….” “Apa?” “Bisakah kau mengantar susunya Feyza malam ini, tolong!” “Mengapa demikian?” “Kamu sudah lama di sini. Mungkin dia tidak akan melemparkannya ke kepalamu,” sahut Irma. “Jangan bodoh. Ambil ini!” Marini menyuruh Irma yang mengantarkan susunya. Irma pun segera naik ke atas untuk mengantarkan susu Feyza. Saat menaiki tangga secara tidak sengaja mendengarkan percakapan Nisa dengan seseorang di telepon. “Ya pak? Maafkan aku. aku tidak punya kesempatan untuk menelepon. Seperti yang bisa kau tebak, situasinya di mansion agak rumit. Feyza tidak baik-baik saja. Aku menjaganya. Keadaan untuk Tuan Farouk tidak mudah. Apakah tidak apa-apa jika aku datang nanti? dan menjelaskan semuanya padamu? Aku di mansion. Aku tidak bisa bicara sekarang.” Nisa langsung menutup teleponnya. Dia baru sadar bahwa Irma tidak sengaja mendengar pembicaraannya.
Kevin tertidur dalam pelukan Sasha. Sasha memindahkannya ke kasur mobil favorit Kevin. Selepas menidurkan Kevin di kamarnya. Sasha berjalan melihat semua barang di kamar Kevin. Yang paling menarik dari semua hal di kamar Kevin. Sasha menemukan sebuah flashdisk dengan tulisan “tolong tonton” Sasha langsung menancapkannya di laptop yang tergeletak begitu saja di atas meja makan. Hasan keluar dari kamar Dea menghampiri Sasha.“Dokter, bagaimana kita akan menjelaskan kepadanya bahwa ibunya sudah meninggal?”“Aku tidak tahu, pak. Kita akan menemukan jalan!”Aldi ke apartemen di tengah-tengah percakapan Dea dan Hasan. Serta merta Hasan berteriak mengusir Aldi. “Beraninya kamu datang ke rumah ini?!” bentak Hasan.“Hasan, tolong jangan! Kevin sedang tidur.” Sasha menenangkan Hasan. “Kau melihat betapa hancurnya dia. Apakah kau ingin dia bangun karena ini? Tenang. Silahkan duduk.” Sasha mulai
Seharian Fatima memasak untuk tamunya Aisya. Tak ada seorangpun yang membantunya. Dia melakukan sendiri. Sebenarnya Fatima masih punya waktu dua jam lagi ke jadwalnya, tapi Aisya terus saja menelepon Fatima menanyakan sudah sampai mana dia memasak. Padahal mati-matian Fatima menyelesaikan pekerjaannya tepat waktu.“Aku ingin tahu bagaimana kelanjutannya dengan makanan yang akan dihidangkan sore nanti?"Semua baik, tidak ada masalah," jawab Fatima."Apakah akan siap untuk kunjunganya? aku tidak ingin membuat kesan buruk.""Jangan khawatir, Aisya akan siap." Fatima mencoba meyakinkan Aisya."Oke, beri tahu aku jika sudah siap.""Tentu, sampai jumpa," Fatima menerima telepon sambil sibuk menyiapkan makanannya, telepon ditutup lantas dia bergumam. "Aku bahkan akan melakukannya lebih cepat jika aku tidak ditelepon untuk terburu-buru."###Siang itu Feyza mengajak Nisa untuk pergi ke toko berlian, tentu saja Nisa merasa senang
Akhirnya Aldi, Shasa.dan Levin memutuskan duduk makan di kursi yang tidak terlalu banyak orang. Ada yang lucu dari tingkah mereka yang membuat Sasha tertawa geli. Tanpa aba-aba secara bersamaan mereka berdua menarik tomat dari sela-sela burger. Selera yang sama ini hampir saja membuat Sasha ingin mencetus bahwa jelaslah kalian itu Ayah dan anak."Ini enak, kan?" goda Sasha pada Kevin dan Aldi.Kevin melirik kelakuan Aldi yang sama persis dengannya, dengan polosnya dia bertanya. "Kau juga tidak suka bagian itu?""Tidak," jawab Aldi sambil tersenyum."Tapi rasanya enak, kan?" lanjut Kevin. "Apakah kau pernah datang ke sini?"Aldi yang seumur hidupnya tidak pernah makan fast food langsung menggeleng. "Tidak, ini pertama kalinya.""Kamu suka?" Kevin menggigit tepian burgernya besar-besar."Sangat," Aldi pun ikut-ikutan makan burgernya dengan
Feyza segera naik ke atas kamar sesaat Aldi mengantarkan dia ke Mansion. Sebelum pergi Aldi hampiri ayahnya lantas bicara. "Ayah ... ayah ... ayah, ketika aku masih kecil, aku memohon padamu untuk memiliki kuda. Apakah kamu ingat?" tanya Aldi."Ya. Mengapa kau memikirkannya sekarang?""Kuda yang malang. Ketika dia hampir memenangkan perlombaan aku melihatmu dan melihat kau memiliki ekspresi bangga. Kemudian kau bangun. Saat pengendara pria bertanya padamu, kau menyuruhnya untuk menurunkannya.""Cukup benar. Aku orang jahat, kan? aku kira kau tahu yang merupakan hal terbaik untuk dilakukan untuk hewan yang menderita."Aku masih tidak bisa mencernanya," ujar Aldi."Maksud kamu apa?""Aku baru memahaminya, kau berharap kami adalah binatangkau bisa melatih, kan? Jadi kamu bisa membebaskan diri dengan mudah dari kita," dengan tatapan kesal Aldi menatap ayahnya.Dengan entengnya Tn. Farouk menjawab. "Percayalah, hewan-hewan itu mere
Seperti biasa Sasha mengisi kesibukan pagi di Ruang anak. Kebetulan Leyla juga bertugas di jam yang sama dengan Sasha. “Selamat pagi, Sha.” Sapa Leyla. Apa yang terjadi?”“Kami membawa Kevin ke kuburan.”“Bagaimana reaksimu?” tanya Leyla.“Tidak baik. Tapi dia akan baik-baik saja. Apa kau telah melihat berita terbaru tentang Aldi Erlangga?” tanya Leyla“Tidak,” cetus Sasha.“Dea yang malang. Dia pergi untuk menjelaskan masalahnya kepadanya, tapi sepertinya dia tidak peduli. Lagi pula, apakah kau ingin makan siang bersama? Kita bisa mengobrol sebentar,” ajak Leyla.“Dengan senang hati. Aku kangen ngobrol dengan kamu. Sampai jumpa.” Sasha langsung pergi menemui pasien kecilnya.“OK, sampai ketemu l
Aldi berjalan menuju parkiran kantor nya dimana Ferarri tua kebanggaannya diparkir disana. Aldi benar-benar ingin pergi dan menghilang dari semua ini. Dia nyalakan mesin mobil lantas memacunya dengan kecepatan maksimal di jalanan bebas hambatan.Tn Farouk tahu jika Aldi sedang melakukan kebiasaannya. Dia lebih fokus untuk berbicara pada Toni, pengacara keluarga. Dia mempersilakan Toni masuk dan bicara."Aku ingin membicarakan sesuatu yang penting," kata Tn Farouk."Saya mendengarkan Anda.""Tak seorang pun harus mencari tahu. Dia harus memenuhi permintaanku dalam kerahasiaan mutlak," ujar Tn. Farouk."Anda dapat mengandalkan saya, Tn. Farouk."Aku sangat khawatir tentang Feyza. Kau tahu, setelah apa yang dia alami dengan memiliki beberapa masalah mental. Dan itu masih saja bermasalah dengan itu."Saya berharap dia membaik, masalahnya melampaui kesehatannya.""Dia akan terluka, juga masa depan perusahaan. Dia bilang dia ingin be