Menghadapai dua siluman Kalajengking membuat Abinawa sedikit bernafas lega. Dia merasa memiliki peluang untuk menang, sekalipun lawannya menggunakan formasi bertarung."Jika cuma dua orang, ini bukan masalah besar." Abinawa menyuntikan tenaga dalam untuk melakukan perubahan energi pada pedangnya.Dua siluman yang menjadi lawan Abinawa tersenyum mengejek, mereka merasa tugasnya cukup mudah hanya untuk meringkus Abinawa. Di tambah lagi, mereka jelas masih memiliki senjata pamungkas yang belum di keluarkan sejak awal pertarungan."Simpan senyum jelekmu itu manusia, karena sekuat apapun dirimu, kau tidak akan pernah menang berhadapan dengan kami kaum siluman." Salah seorang dari siluman itu berteriak dengan keras dan lantang."Silahkan berteriak dengan sekuat yang kau bisa, karena kali ini aku akan melumpuhkan kalian berdua." "Dewa Bermain Pedang" Tebasan pedang yang di ikuti dengan tenaga dalam langsung membuka pertarungan. Kecepatan ayunan pedang yang di kombinasikan dengan pukulan, s
Lexso tampak tidak mengalaminya kendala yang berarti saat menghadapi gempuran serangan dari tiga siluman kalajengking itu."Menggunakan formasi? Kaliam tetap tidak akan menang menghadapiku, seharusnya kalian menyadari keterbatasan kekuatan kalian, bukan malah memaksa diri dengan resiko kematian yang besar seperti ini.""Cengkraman Sukma Elang"Lexso bergerak dengan sangat cepat yang memang menjadi ciri khas utama dari ras elang. Dia bukan hanya bergerak dengan cepat, tetapi setiap berpindah tempat, satu cakaran dan cengkraman mengenai tubuh ketiga lawannya.Tiga siluman kalajengking itu bukan tidak berusaha untuk membuat serangan balik dan memberikan perlawanan, akan tetapi perbedaan kekuatan jelas menjadi kendala utama."Aku sudah memberikan kesempatan, tapi kalian menyia-nyiakannya." Lexso benar-benar menjelma menjadi momok yang menakutkan untuk tiga lawannya itu. Dia bahkan tidak memberikan kesempatan bagi lawannya untuk membuat serangan balik.Tidak membutuhkan waktu terlalu lama
Gebrakkk!!!"Bodoh, tidak becus menangkap satu anak manusia saja kalian tidak sanggup. Ras Kalajengking sepertinya sudah kehilangan kedudukannya di Kota Siluman ini." Bentak Asgar kepada tiga siluman kalajengking di hadapannya.Tiga siluman kalajengking itu hanya diam, apalagi setelah melihat kening Asgar sudah mengeluarkan urat yang menandakan dia benar-benar tersulut emosi."Panglima, jika melihat dari jasad anggotaku itu, maka dapat dipastikan jika pemuda itu memiliki kemampuan yang cukup tinggi. Dan, satu hal yang terpenting, dia tidak sendirian." Amon, salah satu tetua kehormatan dari Ras Kalajengking memberanikan diri untuk berbicara."Bagaimana kau bisa yakin jika dia tidak sendirian?"Amon menarik nafas panjang, lantas menjelaskan jika dia menebak hal itu dari bekas pertarungan tempat di mana dia menemukan lima anggotanya tewas. "Tempat bekas pertarungan yang berjarak cukup jauh, masuk akal." Asgar memegang dagunya, keningnya terlihat kembali berkerut.Kegagalan dari lima sil
"Akhirnya kau tiba juga nak." Seorang pria berambut putih menyambut dirinya.Abinawa memperhatikan sosok itu cukup lama, hingga membuat dia tertegun. Selain aura penuh wibawa, Abinawa juga merasa heran bagaimana manusia biasa hidup di tengah Kota Siluman. Di mana setahu dirinya, kaum siluman menganggap manusia sebagai kaum rendahan."Tuan, kau manusia? Sama denganku. Tapi, bagaimana bisa kau hidup di tengah siluman yang membenci manusia?" Abinawa memberanikan diri untuk bertanya.Pria itu tersenyum tipis, dia menyadari jika dirinya yang berada di posisi Abinawa, maka dia juga akan mengajukannya pertanyaan yang sama.Pria itu adalah Wanda, seorang penasehat di kaum siluman. Wanda sendiri adalah sosok yang di takuti dan begitu di segani di Kota Siluman ataupun kaum siluman. Bahkan, rumor yang beredar jika Wanda memiliki kemampuan di atas Asta yang merupakan ketua kaum siluman.Bangunan yang di masuki oleh Abinawa sendiri adalah milik Wanda yang sudah menjadi kediamannya sejak lama."Kau
Abinawa menjelaskan jika dirinya sedang mengikuti Sayembara Pendekar Muda. Dia tidak pernah menduga jika akan terlempar ke Gunung Tanpa Batas yang menjadi wilayah kekuasaan kaum Siluman.Mendengar penjelasan dari Abinawa, akhirnya membuat Wanda dapat menarik kesimpulannya jika Abinawa dan teman-temannya sudah di jebak dengan tujuan mereka mengalami luka yang serius, hingga menghambat perkembangan ilmu kanuragan di masa depan."Jadi maksud Tuan, ini semua sudah di rencanakan oleh seseorang untuk menjebak kami semua yang berasal dari generasi muda?" Tanya Abinawa untuk memastikan."Kurang lebih seperti itu." Jawab Wanda singkat."Singkatnya seperti ini, sayembara itu di adakan untuk melihat siapa saja jenius terbaik yang di miliki oleh dunia persilatan. Setelah terpilih beberapa orang, mereka akan di kirim ke tempat ini untuk di lenyapkan. Taktik yang sangat rapi.Kau yang di kirim ke Gunung Tanpa Batas sudah membuktikan jika kau adalah yang terbaik di antara yang lainnya, karena di pu
Asta di buat naik pitam melihat dua panglima tertinggi kaum siluman saling adu kekuatan tepat di hadapannya, seolah tidak menghormati dan memberi muka kepadanya selaku ketua kaum siluman."Ampun, Ketua. Aku hanya sedang melindungi diri dari amukan tak karuan Asgar." Kata Lexso membela diri dan berusaha menyudutkan Asgar. Pembelaan diri dari Lexso berhasil menyudutkan Asgar, karena semua yang berada di dalam ruangan itu tidak membantah hal itu. Apa yang di lakukan oleh Lexso adalah suatu pembelaan diri dari ancaman dan serangan yang di lakukan oleh Asgar.Asgar yang sadar posisinya yang terpojok memilih diam menahan amarah, hingga membuat kepala serasa mendidih. Dia jelas tidak memiliki dasar untuk membela diri.'Sial, kau sengaja membuatku terpojok. Brengsek!!' batin Asgar.Lexso dengan cepat mampu menguasai keadaan, dia dengan begitu lincah berbicara dan mendukung apa yang di lontarkan oleh Wanda mengenai pusaka itu yang harus segera di berikan kepada pemuda manusia seperti janji me
Wanda tersenyum puas setelah kejadian di aula utama itu. Dia kagum dengan Lexso yang berhasil memancing amarah Asgar, sehingga berhasil membuat banyak pembesar kaum siluman mendukung argumentasinya.Namun, Wanda juga tidak dapat percaya begitu saja dengan keputusan yang di ambil oleh Asta karena dia tahu betul bagaimana tabiat dari Asta yang terkenal sangat serakah, tentu tidak akan dengan mudah merelakan pusaka itu hilang dari genggaman tangannya."Persiapkan semua pasukanmu untuk siaga, karena aku merasakan jika Asta tidak akan menyerah begitu saja." Lexso menganggukkan kepalanya, pertanda memahami kegelisahan dan kekhawatiran dari Wanda."Penasehat tidak perlu terlalu khawatir, karena aku sudah menyiapkan pasukan, jikalau memang terjadi pertumpahan darah saat upacara sakral esok hari." Senyum tipis terlukis di wajah Wanda, dia tidak pernah meragukan kemampuan Lexso, entah dalam hal kekuatan ilmu kanuragan ataupun kecerdasannya dalam mengatur strategi, serta menghimpun kekuatan d
Abinawa yang menyadari jika sebentar lagi akan terjadi perang saudara, tentu tidak ingin ikut campur. Dia lebih memilih untuk mencari tempat aman untuk berlindung.Namun, dia dengan cepat menyadari jika dia akan mengalami kesulitan untuk selamat dari tempat ini, jika kelompok Wanda mengalami kekalahan. Di tambah lagi, Abinawa tidak mengetahui di mana arah pintu keluar dari Gunung Tanpa Batas.'Aku tidak memiliki pilihan lain, seperti hanya dengan bertarung mampu menyelesaikan semuanya.' batin Abinawa.Abinawa menarik nafas panjang, sebelum menghembuskan secara berlahan. Dia melompat masuk ke area perperangan.Kehadiran dan keikut campuran dari Abinawa jelas tidak di perkirakan oleh kelompok Wanda dan Asta."Tenanglah, aku berpihak kepada Tuan Wanda." Kata Abinawa yang menunjukkan dirinya berpihak ke kelompok mana.Pernyataan dari Abinawa menjadi angin segar bagi kelompok Wanda dan menjadi sebuah kabar buruk bagi kelompok Asta.Tambahan satu orang dalam sebuah peperangan, tentu menjadi