Share

Pasukan Mo Yu

Ao Yu Long tersenyum pahit. Bahkan guru yang dipercayainya pun mengkhianatinya.

"Grand Tutor Gong, Anda benar-benar guru yang membuatku mempelajari banyak hal. Tata negara, moral, tanggung jawab juga pengkhianatan." Dengan tenang dia menoleh ke arah suara itu berasal.

Ao Yu Long menyipitkan mata phoenixnya lagi. Di hadapannya, Grand Tutor Gong, guru yang ditunjuk ayahnya untuk mendidiknya, berdiri tegak. Pria setengah baya itu tersenyum seperti biasanya. Tampak arif bijaksana.

"Yang Mulia, aku tidak berkhianat pada siapa pun. Aku juga tidak berpihak pada siapa pun. Aku hanya berusaha menyelamatkan keluarga dan klanku." Cara berbicaranya seakan-akan mengungkapkan ketidak berdayaan.

Namun Ao Yu Long tidak bodoh. Dia bisa menangkap sorot licik di balik tatapan arif mata sang guru besar itu.

"Kau orang yang mengajariku nilai kepahlawanan, moral seorang kaisar. Ternyata itu hanyalah ujaran saja rupanya, Guru Gong." Nada sinis terdengar jelas dalam ucapan Kaisar Naga itu.

Tuan Gong tertawa mendengar ucapan salah satu muridnya itu. Suara tawanya terdengar mengejek kenaifan sang Kaisar. Ya, tidak akan ada yang menduga, pria yang dikenal arif bijaksana itu mengkhianati murid kesayangannya sendiri.

"Yang Mulia, jika saja kau bersedia menjadikan putriku sebagai permaisurimu, aku tidak akan pernah berpaling darimu." Dengan nada muram, Tuan Gong berucap penyesalannya. Dielusnya jenggot panjangnya dengan pelan.

"Oh, jadi karena putrimu? Sepertinya aku tidak salah telah menolak proposal pernikahan yang kau ajukan, Guru. Putrimu sama sekali tidak memenuhi syarat untuk menjadi permaisuri." Ao Yu Long tersenyum dingin saat mengucapkan kata-kata yang sudah pasti menyakitkan hati putri sang guru besar.

"Yang mulia, benarkah begitu? Aku rasa kau salah. Putriku pasti akan jadi permaisuri kekaisaran Kaili. Itu janjiku padanya. Janji seorang ayah pada putrinya." Grand Tutor Gong menggertakkan gigi mendengar ucapan sang kaisar yang menghina putrinya.

Ao Yu Long hanya tersenyum dingin mendengarnya. Dia tidak mengerti, mengapa Gong Liu Ye sangat menginginkan menjadi permaisuri.

Apakah dia mengira kebahagiaan akan menjadi miliknya begitu dia menjadi permaisuri? Benarkah dia tidak mengetahui nasib para wanita di dalam harem? Atau mungkin gadis itu hanya melebihkan dirinya sendiri?

Ao Yu Long tidak mengerti dan tidak ingin mengerti. Yang bisa dia pahami hanyalah karena para wanita ini Kaili berada dalam situasi genting.

"Ah wanita, makhluk lemah yang lebih sering berurai air mata untuk menarik simpati pria, ternyata memiliki kekuatan untuk menguasai akal sehat para pria," gumam sang Kaisar dalam hati.

"Ibu Suri, putrimu dan Ming Shuwan adalah para wanita yang membuat Kaili bergejolak. Maka biarlah mereka bertiga yang akan bertanggung jawab atas kehancuran Kaili. Bukankah begitu Grand Tutor Gong?" Ao Yu Long mengangkat pedangnya bersiap menebaskan pedang es itu untuk menghentikan pertempuran.

Grand Tutor Gong dan para prajurit yang tengah bertempur terhenyak melihat Sang Kaisar bersiap menebaskan pedang es-nya yang dahsyat itu. Seketika perasaan ngeri menyelimuti semua yang ada di situ.

"Yang Mulia kau tidak bisa melakukan itu!" Grand Tutor Gong tidak percaya Ao Yu Long lebih memilih menghancurkan negeri ini daripada memberikan tahtanya.

"Kenapa tidak? Aku seorang kaisar, aku memiliki kekuatan. Aku bisa menghancurkan negeri ini dalam sekali tebasan pedang saja. Grand Tutor Gong apakah kau meragukan kekejamanku?" Ao Yu Long menatap dengan mata phoenixnya. Tatapan yang membuat siapa saja akan bergidik ngeri.

"Yang Mulia, aku rasa kau tidak akan melakukannya. Aku tahu hatimu. Kau sangat welas asih terhadap rakyatmu. Kau tidak akan menghancurkan mereka. Aku tahu pasti itu." Grand Tutor Gong tersenyum yakin. Senyum kemenangan.

Dia tahu, muridnya ini akan lebih memilih menyerahkan tahta dari pada mengorbankan rakyatnya.

"Tentu, aku tidak akan membuat rakyatku menderita. Namun bukan berarti aku hanya berdiam diri saja menyaksikan kalian menyandera rakyatku." Ao Yu Long mengangkat pedang esnya ke udara.

Seberkas sinar biru melesat keluar dari ujung pedang itu dan berpendar di udara. Berkas cahaya biru itu seakan memenuhi langit yang mulai menggelap. Seluruh Negeri Kaili dapat melihat gemerlap cahaya itu.

Suasana sejenak terasa hening. Pertempuran telah lama berhenti, sejak Ao Yu Long turun dari menara. Sinar biru cemerlang Pedang Es menyilaukan mata siapa saja yang saat itu mendongakkan kepala menatap langit.

Bagi yang tidak mengetahuinya, itu hanya sebuah sinar yang melambangkan kekuatan pedang milik Kaisar Ao Yu Long Namun bagi sebagian orang sinar itu adalah sebuah sinyal dari kaisar Ao Yu Long untuk para jenderal dan Pasukan Mo Yu.

Ao Yu Long bukan hanya pemilik Pedang Es dan ahli beladiri. Dia juga ahli strategi peperangan. Sebelum diangkat sebagai kaisar, dia telah melewati banyak peperangan.

Tentu dia tidak akan menyerah begitu saja pada keinginan para pemberontak.

Bagi Ao Yu Long, tahta bukanlah sesuatu yang diinginkannya. Namun bukan berarti setiap orang bisa merebutnya begitu saja dari tangannya. Tahta yang didudukinya merupakan bentuk kepercayaan ayahandanya dan Klan Ao padanya.

Sebuah kepercayaan tidak bisa diberikan begitu saja tanpa ada pembuktian terlebih dahulu. Siapa saja yang menginginkan tahtanya harus berhadapan dengannya.

Ibu suri bukanlah berasal dari Klan Ao. Dia putri Jenderal Guan dan kekasih masa kecil ayahanda kekaisarannya. Meski begitu, di saat memilih penerusnya, beliau mengesampingkan rasa cinta dan kasih sayangnya.

Beliau memilih penerusnya seperti para kaisar terdahulu memilih penerus tahta. Hanya pangeran yang memiliki kemampuan mengendalikan pedang eslah yang berhak menduduki tahta selanjutnya. Ao Yu Long yang hanya putra seorang selir, satu-satunya putranya yang memiliki kemampuan itu.

Itu menimbulkan kebencian dan kecemburuan Ibu suri. Dia menganggap putranyalah yang seharusnya menggantikan sang kaisar. Dia telah lama merencanakan pemberontakan ini. Dia yakin Ao Yu Long tidak akan mempertaruhkan nyawa rakyatnya demi mempertahankan tahtanya.

Sayang, Ibu Suri melupakan Pasukan Mo Yu. Tentara yang dibentuk Ao Yu Long selama di perbatasan, merupakan orang-orang terpilih yang dilatih dengan ketat olehnya sendiri.

Tentara Mo Yu telah memenangkan banyak peperangan dan menaklukkan banyak kerajaan. Namun tidak pernah menampakkan diri di Ibukota Kekaisaran Kaili. Mereka pasukan elite dan hanya sedikit orang yang mengetahui keberadaannya.

Disaat genting seperti ini, Kaisar Ao Yu Long memanggil mereka. Dan itu suatu pertanda buruk bagi pemberontak. Belum ada pasukan yang mampu menghadang pasukan elite itu.

Dalam hitungan detik setelah kaisar Ao Yu Long meluncurkan sinyal sinar pedang esnya, suara bergemuruh memekakkan telinga memenuhi udara di atas Ibukota Kekaisaran Kaili.

Pasukan Mo Yu yang dipimpin Jenderal Won berhamburan ke arena pertempuran. Suasana hening yang sempat melingkupi seketika dipenuhi aura kematian yang kental.

"Grand Tutor Gong, aku akan memberi kesempatan pada kalian. Lepaskan rakyatku dan menyerahlah, maka aku akan mempertimbangkan pengampunan untuk kalian." Suara berat Ao Yu Long kembali memecah suasana mencekam itu.

"Yang Mulia apa kau yakin dengan pasukanmu itu kau mampu mengalahkan kami?" Grand Tutor Gong tersenyum mengejek.

Memang benar yang dikatakannya, Pasukan Mo Yu tidak sebanding jumlahnya dengan pasukan yang bergabung dengan pemberontak.

Ao Yu Long mengacuhkan ejekan Guru besar Gong. Dia hanya mengangkat pedangnya dan serentak pasukan Mo Yu mulai bergerak memasuki arena pertempuran.

Pertempuran kembali dimulai. Denting pedang beradu dan desau anak panah kembali memenuhi udara di sekitar Istana Kekaisaran Kaili.

Perlahan namun pasti Pasukan Mo Yu mengambil alih kendali pertempuran. Rakyat yang terjebak pertempuran satu persatu terbebas. Pasukan pemberontak yang berupaya memasuki istana tetap tak mampu mendobrak pertahanan Pasukan Mo Yu.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status