Haai..semua pembaca.
Terima kasih sudah mau membaca karya saya. Dukungan yang kalian berikan sungguh menambah semangat saya untuk terus berkarya. Spesial terima kasih kepada yang udah vote dan meninggalkan komentar.(Irsyad Rusadi, Tumi Udin, Mirai Kuriyama. C, Akang Trie, Buyung Caniago, Uunf, Manusia Biasa, Izwar Rahman, Pengunjung, Budiono Bali, Agung Purwantoro, Muzzani Akhmad, Arman R, Novita Agustin, Puthut Sihwiyono, Herycahfilano, Revo Reva, Imelia imotz lestari, Bodrek, Renhurt, Raja Aly,Abdul munip, Aulyan justin.) Makasih votenya yaa.. 🙏Lupi Al hanan.
Oke, saya usahain setiap hari bisa update yaa... Makasih komennya..🙏Ditunggu vote dan komen2 berikutnya.
❤️❤️❤️❤️❤️❤️❤️❤️❤️Love you all“Ada apa ribut-ribut barusan..?” Naira bertanya kepada dua orang satpam yang bertugas menjaga pintu gerbang kediaman keluarga Sudarta nan megah.“Ada demo Nyonya..!” Jawab salah seorang dari mereka sambil menunduk memberi hormat.“Siapa yang didemo..??” Naira mengajukan pertanyaan kedua sambil mengerutkan keningnya yang mulus.“Tuan Satya dan Tuan Muda Alpan, Nyonya..!” Sahut satpam itu menjawab pertanyaan kedua Naira. Kedua penjaga pintu gerbang itu tetap menunduk dan tidak berani mengangkat kepalanya.Naira membuka layar ponselnya dan segera mencari berita viral di chanel youtube.“Jalan..!! “ Perintahnya kepada sopir pribadinya.“Baik Nyonya..!” Sopir itu menjawab dengan sangat sopan lalu mulai mengemudi.Naira terus saja mengutak-atik ponselnya. Berita Tuan Satya dan Alpan mengintimidasi Mohzan telah menyebar di media sosial. Tidak sedikit warganet menyuarakan untuk menuntu
“Wuuus... Wuuuss....!!” Seorang bocah laki-laki berputar diatas sebuah meja yang tidak begitu besar. Beberapa orang temannya berdiri melingkari meja itu untuk menonton aksinya.Salah seorang dari mereka memegang ponsel yang mungkin saja milik ibunya. Kamera diarahkan kepada si anak yang sedang beraksi diatas meja itu. Anak lelaki yang berusia sekitar 10 tahun itu sedang menirukan jurus-jurus Mohzan yang ia lihat didalam video yang didownload dari channel youtube.“Bukan begitu Panjii...!” Seorang temannya memprotes. Ia beringsut keatas meja menggantikan bocah yang dipanggil Panji tadi.Bocah kedua mulai memperlihatkan aksinya menirukan gerakan Mohzan. Beberapa mak-mak yang lewat berhenti untuk menyaksikan.“Wuuuus....” Si bocah mulai berputar.“Wuuss..” Ia mencoba melompat ke udara sambil berusaha memutar tubuhnya seperti gasing.Malang baginya ia kehilangan keseimbangan tubuh hingga tak ayal lagi tubuh mu
Sorak sorai anak-anak riuh dilapangan. Mohzan sengaja memuaskan kerinduan adik-adik asuhnya. Ia turun bermain bersama.“Hap..hap..hap..” Mohzan dan Arya berebut bola.Kaki mereka melangkah zig zag dengan indah bagaikan show Mikel Jackson.“Ayo Bang Mohzan . Ayo Bang Arya...” Anak-anak berteriak kegirangan menyaksikan ulah kedua abang mereka itu.Tiba-tiba Arya berhasil mengecoh Mohzan. Daaan....“Gooool..!!” Gawang kesebelasan Mohzan jebol. Kesebelasan yang dipimpin Arya menari-nari merayakannya. Mereka terpingkal-pingkal tertawa.“Hayoooo minum duluuu..!” Sebuah suara berteriak dipinggir lapangan.Tiga orang remaja berdiri disana sambil melambaikan tangannya. Mereka adalah Soraya, Chen dan Pedro.Mereka bertiga tadinya mendatangi asrama namun semua penghuninya tidak ada disana.Pekerja yang tengah bertukang menyelesaikan pembangunan mushola memberi tahu kalau penghuni asrama sedang be
“Ayo semangat latihannya...!!Kalian ingaat...!!Satu milyar dengan mudah kalian dapatkan, hanya dengan membunuh satu ekor nyamuk saja..!”Tuan Satya mengitari sepuluh orang penembak bayaran yang sedang latihan. Bagaikan seorang panglima perang ia terus memompa semangat para algojonya untuk semakin giat berlatihMereka berdiri berjejer menghadap sebuah patung yang ditempeli foto wajah Mohzan dibagian mukanya.Patung itu adalah perumpamaan tubuh Mohzan yang di simulasikan sebagai target pembunuhan.Dari jarak 10 meter mereka dilatih menembak dengan tepat bagian-bagian mematikan tubuh pemuda yang menjadi target mereka itu.“Dor...dor..dor...!” Suara tembakan memekakkan telinga.Alpan bertepuk tangan dengan girang.Ia yakin Mohzan pasti akan meregang nyawa ditangan pembunuh bayaran ayahnya itu.“Ayo lebih semangat lagi.. kalian akan segera menjadi orang kaya..!!” 
“Kamu dimana Nai..??”Suara Tuan Satya terengah-engah diujung telepon genggamnya. Ia baru saja keluar dari ruang kerja Tuan Besar Sudarta.“Naaaiii... Kamu dimanaaa..?”“Apa sih Mas teriak-teriak..?? Pecah gendang telingaku..” Naira menyahut sambil bersungut.Ia memperlambat laju kendaraannya.“Gawat Nai... Aku keceplosan bilang sama Junara dan Papa kalau Mohzan itu putranya Desma..!” Teriak Tuan Satya sambil menepuk jidat. Ia mondar-mandir dihalaman parkir.“Haah..?? Alangkah bodohnya kamu Mas..! Goblok..!” Naira memaki suaminya dengan kesal.“Aku sedang menuju kerumah sakit Mas, tadi aku menyamar jadi pembeli diwarungnya Desma. Dan aku berhasil mendapatkan informasi disana kalau Desma sedang berada di rumah sakit. Aku harus selalu memantaunya.”“Nah kebetulan sekali Nai, sekarang Junara sedang menuju kesana mencari Desma untuk memastikan Mohzan anak siapa. Kamu tah
Ibu Aisyah sungguh tidak tega membohongi cucunya. Tapi itu terpaksa ia lakukan. Kalau seandainya ia memberi tahu Mohzan sekarang bahwa Tuan Junara benar ayah kandungnya, ia takut Mohzan tidak akan bisa menahan diri untuk tidak memeluk ayahnya yang ia rindukan selama ini. Dan itu sungguh berbahaya.“Lalu Mamamu bertemu dengan Danu. Mereka menikah dan lahirlah kamu Mohzan.” Ibu Aisyah meneruskan cerita bohongnya.“Jadi Bapak Junara itu bukan ayah kandungnya Mohzan ya Nek..?”Dengan terpaksa Ibu Aisyah menggelengkan kepalanya.Mohzan meragukan pengakuan Neneknya itu. Namun ia tidak mau mendesak. Ia memilih untuk menyelidikinya diam-diam. Dihati Mohzan sangat yakin kalau ibu dan neneknya sedang berbohong. Tapi ia tidak tahu apa alasan mereka membohonginya.“Baiklah Nek. Mohzan mau istirahat dulu.”Mohzan melangkah menuju kamarnya. Disana ia duduk disebuah kursi dan menghadap meja.“Kalau Bapak Junara buka
Mata Desma terbelalak membesar begitu ia melihat sosok seorang lelaki masuk ke warungnya dipagi itu. Lelaki itu berpenampilan dengan tidak seperti biasanya. Ia memakai celana jeans dan kaos oblong. Tidak ada embel-embel konglomerat atau bangsawan yang tersemat dipenampilannya yang sederhana.“Selamat pagi sayaaang..!” Begitu sampai ia menyapa Desma. Sapaannya yang manja kontan membuat aliran darah Desma tersumbat. Ia merasa terbang ke masa lalu yang indah.“Ada apa Mas pagi-pagi udah kesini..?” Desma mencoba menghilangkan rasa groginya.“Aku mau melamar pekerjaan disini Desma..!” Seru Junara tersenyum.“Kamu mau kan menerima aku sebagai karyawanmu.. Aku tidak minta gaji besar, dikasih makan saja sudah cukup.” Sambung Tuan Junara tersenyum nakal menggoda Desma.Desma kebingungan. Wajahnya memerah seketika.“Aduuuh istrikuuu.. Kamu makin cantik aja walaupun sudah di usia mulai tua.” Celutuk Tuan
“Hei pelayan...!! Mengapa diam saja...? Tolong segera siapkan pesanan kami..!” Dengan gaya memerintah Tuan Besar Sudarta berteriak kepada Tuan Junara yang nampak bengong disisi Mohzan.Tuan Junara tersenyum geli melihat gaya ayahnya. Ia tahu kedatangan ayahnya adalah untuk memberikan semangat kepadanya.Dengan sigap Tuan Junara mempersilahkan Tuan Besar Sudarta duduk disebuah kursi menghadap meja bundar.“Ooh, Silahkan Tuan Besar..! Saya akan segera mengantarkan pesanan Tuan..!”Desma yang tadi larut dalam kepiluan kini tersenyum geli melihat kelakuan suami dan Papa mertuanya itu. Tuan Besar Sudarta dan Tuan Junara memang selalu kompak disegala situasi.Tuan Junara dan Mohzan berjibaku melayani Tuan Besar Sudarta dan para tamu lainnya yang datang melimpah ruah. Dari dalam warung sampai kehalaman, ratusan orang sedang menikmati makan siang. Ada yang hanya bisa duduk bersila ditempat seadanya. Yang jelas suasana benar-