Kamar yang berisi seorang manusia, dan seorang elf tersebut lenggang. Laki-laki bersurai merah itu menyunggingkan senyuman nakalnya kemudian menarik wajah perempuan yang ada di depannya dengan lembut, membuat si empunya menutup kedua matanya.
“Aredel … kenapa kau memejamkan matamu?” goda laki-laki di depannya yang tiba-tiba menghentikan tangannya.
Perempuan bersurai putih itu membuka kedua matanya, wajahnya panas nan memerah bak kepiting rebus di dalam kuali. Aredel menggelengkan kepalanya cepat kemudian berbalik membelakangi pria bersurai merah itu. Aciel tertawa kecil kemudian memeluk tubuh mungil Aredel dari belakang.
“Jangan peluk aku! Kau menyebalkan!” ketus Aredel dengan mulutnya yang mengerucut.
“Wah … sepertinya seseorang kecewa karena tidak jadi di cium,” goda Aciel seraya membalikkan tubuh Aredel, agar kembali berhadapan dengannya.
“Ti-tidak! Sudahlah aku ingin tidur,” gugup Aredel kemudian membalikkan lagi badannya membelakangi Acie
Aredel menghela napasnya kasar, menggelengkan kepalanya ke kanan dan kiri. “Aciel, lupakan apa yang aku katakan, fokus saja menyetir.” Aciel mengerutkan dahinya bingung. Kecurigaannya terhadap perempuan bersurai putih di depannya ini kian membesar. “Kenapa dia tidak ingin membicarakannya sih? Dia benar kekasihku bukan? Kenapa susah sekali untuk terbuka denganku?” batin Aciel. Pria bersurai merah itu kesal. Batinya terus menduga hal-hal buruk yang bisa saja terjadi. “Kalian jika ingin bertengkar tolong jangan di sini, aku ingin tidur.” Rayzeul berkata asal, kemudian menyandarkan dirinya di sandaran kursi. “Kau ini selalu tidur, disuruh mengendarai mini jet tidak mau.” Aciel mendengus sebal ketika mendengar penuturan dari Rayzeul. Meskipun niat Rayzeul baik, untuk mencairkan suasana tapi tetap saja itu membuat Aciel kesal. “Kalau kau tidak bisa mengatakannya … tidak apa-apa kok, aku sebenarnya hanya penasaran.” Aciel tersenyum manis ke arah Aredel seray
Aciel melangkah mundur, menjauh dari perempuan bermata hijau di depannya. Wajah cantik perempuan tersebut semakin terlihat senang, ketika dia menyunggingkan senyuman miringnya pada pria bersurai merah yang terlihat bingung.“Aciel … lari!” seru Rayzeul dari belakang mereka berdua.Perempuan bersurai putih itu tertawa licik. “Kenapa kau menghindariku? Bukankah kau cinta padaku Aciel?” Aredel melangkahkan kakinya maju, semakin dekat dengan pria bersurai merah tersebut.“A-aredel, b-bisakah k-kau menjelaskan apa yang terjadi?” tanya Aciel gugup dengan bibirnya yang bergetar.“Bagaimana ya … um apa kau tidak bisa melihat apa yang sedang aku lakukan? Aku mengacaukan semuanya, agar kau pergi menjauhi kerajaan agar rencanaku terlaksana dengan baik. Karena aku tahu, jika kau berada di sekitar istana pasti akan sulit.” Aredel tersenyum miring, kemudian menggenggam tangan Aciel yang kini bergetar hebat d
Perempuan bersurai putih itu menangkupkan pipinya di pipi Raja Adelard, dia tersenyum manis memberi semangat pada pria bersurai emas di hadapannya ini. “Tidak usah marah lagi, dia sudah masuk penjara sekarang.”Raja menganggukkan kepalanya setuju kemudian memeluk erat perempuan mungil tersebut membawanya ke dalam dekapan hangatnya. “Tapi aku khawatir, adikku belum pulih.”Aredel menyembulkan kepalanya menghadap wajah Raja, kemudian berkata, “Mau menjenguknya ke rumah sakit?”Raja bersurai kuning keemasan itu tersenyum manis, kemudian menganggukkan kepalanya seraya mengusap halus surai putih perempuan bermata hijau di depannya. “Ayo kita jenguk adikku ke rumah sakit.”Raja Adelard menggandeng tangan Aredel dengan lembut, kemudian membawanya masuk ke dalam kapsul terbang miliknya. Mereka berdua duduk di belakang kursi supir yang berada tepat di depannya. “Tolong bawa kami ke rumah sakit.” Supir ter
“Felix … s-si-siapa dia?” tanya Rayzeul takut-takut ketika melihat tubuh seorang perempuan cantik bersurai putih tengah terbaring lemah di rerumputan hijau.Felix mendekati tubuh perempuan tersebut, berjongkok di samping wajah cantiknya kemudian, mengelus pelan pipi perempuan itu. “Dia benar-benar Aredel?”Cahaya bulan yang terang tersebut, menerpa wajah cantik milik perempuan bersurai putih yang kerap disapa Aredel. Pantulan sinar bulan itu membantu, memperlihatkan dengan jelas wajah perempuan tersebut membuat Rayzeul semakin yakin, bahwa perempuan yang tengah terbaring lemah di hadapannya ini adalah Aredel.Felix berkicau kecil, kemudian menyenggol-nyenggolkan kepalanya ke lengan Aredel, berusaha membuat perempuan bersurai putih itu terbangun. Namun, usahanya nihil tak membuahkan hasil. Rayzeul yang masih bingung, berusaha mencerna apa yang sebenarnya terjadi. Dia termenung kecil, sambil mengerjap-ngerjapkan matanya beberapa kali
Felix menengokkan kepalanya ke arah Rayzeul, seakan menatap pria bersurai putih tersebut bingung. Rayzeul kembali mengeluarkan lingkaran sihirnya, kemudian mengambil pedang yang keluar dari lingkaran sihir tersebut. “Lepaskan Aredel!” Rayzeul menghunuskan pedang tersebut ke arah ular raksasa berwarna hijau.Tanpa di sangka-sangka, ular tersebut menurut kemudian melepaskan lilitannya. Rayzeul bingung, kemudian dengan segera menarik tubuh mungil Aredel ke dekatnya.ClingCahaya putih bersinar terang, keluar dari tubuh ular tersebut. Tubuh ular yang berwarna hijau, perlahan memudar, dan lama-kelamaan berubah menjadi tubuh manusia dengan telinga runcing nan panjang.“Elf?” Rayzeul tampak bingung.Rayzeul mengerjap-ngerjapkan matanya yang berwarna hijau itu berkali-kali, memastikan apa yang dia lihat di depannya ini benar-benar nyata. “Elf hutan?”Elf laki-laki berbadan sedikit lebih besar dari Rayzeul
Perempuan bersurai putih itu menatap mata Rayzeul dalam kemudian menyunggingkan senyumannya kecil, “Aku ibunya Aredel.” Rayzeul menganggukkan kepalanya paham, kemudian duduk di kasur Aredel.“Jadi, kekasih anakku sedang berada di Kerajaan Cartenzeul?” tanyanya lalu dibalas anggukkan kepala oleh Rayzeul. “Sayang sekali, padahal aku ingin melihat laki-laki seperti apa yang bisa meluluhkan hati anakku yang sedikit keras kepala ini.” Ibunya Aredel mengelus pelan kepala anaknya tersebut.“Dia orang yang baik, pintar, dan ya … sedikit menyebalkan mungkin karena usianya yang baru saja 22 tahun,” jawab Rayzeul disertai tawa kecilnya.“Masih muda sekali, aku tidak menyangka anakku menyukai laki-laki yang lebih muda darinya, terlebih lagi dia ternyata seorang manusia” ujar Ibu Aredel dengan senyuman kecil.“Kalau begitu, bagaimana kalau sekarang kita mulai penyembuhan Aredel?” tanya Rayz
Tuan Owen berlari keluar dari kapsul mininya, berlari kecil menuju gerbang istana. Pria paruh baya bersurai coklat itu dijegal oleh robot penjaga, melarangnya masuk ke dalam istana kerajaan. “Maaf Tuan ada keperluan apa di sini?”Dengan napasnya yang terengah-engah, Tuan Owen menjawab, “Aku sudah ada janji dengan Tuan Putri Aurora! Tolong ijinkan saya masuk ini benar-benar gawat!”Robot penjaga tersebut tetap menghalangi Tuan Owen untuk masuk. “Maaf Tuan tetapi Putri sedang sakit, dia berada di rumah sakit sekarang.” Pria bersurai coklat itu terkejut lalu berkata, “Tuan Putri sakit apa?”Robot penjaga itu mendorong Tuan Owen menjauh lalu menjawab, “Dia diracuni oleh seseorang, dan sekarang sedang koma di rumah sakit. Hanya itu informasi yang bisa saya katakana, silahkan anda menjauh dari kawasan istana.”Tuan Owen masih diam mematung, membiarkan surai-surai coklatnya yang basah karena peluh terti
Rayzeul terbang kembali menuju rumah Aredel, setelah dia mendengar kabar dari salah seorang elf mengatakan bahwa Aredel telah sadar. Dia terbang cepat, meninggalkan Felix burung gagah besar, yang tadi dia cari-cari itu bermain bersama elf-elf kecil di padang rumput.Sesampainya di rumah Aredel, langkah Rayzeul tergesa, masuk ke dalam kamar perempuan bersurai putih tersebut. “Hai Rayzeul sudah lama kita tidak bertemu.” Pria yang sering kali dibilang mirip dengan Aredel itu menyunggingkan kecil senyumannya, kemudian duduk di ujung ranjang Aredel. Aredel mendudukkan dirinya di ranjang, bersandar di pinggiran kasur.“Rayzeul … kau sudah kembali,” ucap seseorang dari ambang pintu kamar Aredel.“Iyah, aku cepat kembali setelah mendengar kabar kalau Aredel siuman,” ujar pria bersurai putih itu ramah dengan senyuman kecil.“Kau terlihat lelah, tidurlah sejenak … aku akan mengurusi Aredel mandi dan makan dulu