Laptop analisis menunjukkan hasil analisisnya di layar, sontak membuat para tim penyelidikan terkejut karena hasilnya tidak sesuai dengan dugaan mereka.
“Kenapa bisa seperti ini?” tanya Aciel lemas sambil melihat ke layar laptop yang bertuliskan, “Air Liur Serigala Abu-abu” dan “Bulu Beruang Grizzyly”.
Orang-orang yang berada di tim tersebut menghembuskan napasnya kasar.
“Jadi selama ini pencarian kita sia-sia?” saut salah satu orang.
Aciel mendudukkan dirinya di kursi, lalu menyenderkan punggungnya di senderan kursi tersebut. Dia menghela napasnya berkali-kali sambil memijat pelipisnya dan berkata, “Baiklah mari kita lanjutkan sampai dua hari ke depan, jika tidak ada hasil kita kembali ke Alacanist.”
Semua orang menyetujui pendapat Aciel, kemudian Aciel menyuruh mereka semua untuk istirahat hari ini di tenda masing-masing karena besok mulai mencari sample-sample lagi. Aciel kembali ke tendanya dengan langkah gontai. Sesampainya di tenda dia langsung menidurkan dirinya di kasur.
“Hasilnya tidak sesuai yang kau bayangkan yah?” tanya perempuan yang berada di samping tempat tidur Aciel.
Aciel terkejut dan langsung mendudukkan dirinya di kasur lalu berkata, “Astaga Aredel … tolong jangan mengagetkan ku.”
“Sudah kuduga, memang sebenarnya itu adalah serigala atau beruang biasa,” ucap Aredel lalu duduk di sebelah Aciel.
“Jadi sebenarnya yang ku lakukan sia-sia?” lirih Aciel.
“Ya … tapi kau belum mengecek darahnya kan? Bisa jadi makhluk-makhluk itu disihir menjadi besar. Jadi kau harus mencari darahnya, kalau hasilnya menunjukkan itu binatang biasa berarti hewan-hewan itu disihir,” jelas Aredel.
“Baiklah … aku akan mencarinya lagi,” ucap Aciel.
Keesokan harinya
Dengan ditemani suara kicauan burung, bunyi ranting-ranting dan dedaunan yang bergerak karena banyak tupai melompat kesana kemari, membuat mereka tenang dan berfikir bahwa ternyata hutan ini damai sekali. Pagi ini, tim penyelidikan mencari sample ke arah timur barat, mereka diinstruksikan untuk sebisa mungkin mencari sample darah dari hewan, dan itu sangat sulit karena sudah tiga jam mereka mencari namun tidak menemukan apa-apa. Aredel juga ikut mencari bersama mereka, namun karena gerakannya cepat tim penyelidikkan tidak menyadari adanya Aredel disana.
Sreekk
Bunyi sesuatu yang merayap di permukaan tanah.
Aredel mendengar bunyi tersebut, lalu dengan cepat dia mencari tahu dari mana bunyi itu datang. Setelah mengelilingi ke sekitar daerah pencarian, dia tidak menemukan dari mana asal suara itu, membuat dia memutuskan untuk loncat ke atas pohon agar bisa melihat semuanya dari atas.
“Ini buruk,” gumam Aredel ketika melihat sesuatu yang sangat besar sedang merayap mendekati para tim. Aredel bergerak cepat kembali ke tempat Aciel untuk memperingati ada sesuatu di dalam hutan.
Ketika Aredel kembali ke tempat Aciel, muncullah ular raksasa dengan panjang tiga puluh meter. Ular tersebut berwarna hitam legam, dengan kedua taringnya yang sangat tajam, serta mata yang terlihat dingin berwarna merah. Ular tersebut mendesis, dan ketika membuka mulutnya banyak bisa yang keluar. Bisa tersebut sangat beracun sehingga pohon-pohon yang terkena bisa tersebut meleleh.
Orang-orang dari tim penyelidikan berteriak panik. Ular tersebut merayap cepat berusaha mengejar manusia-manusia yang berlari, tetapi dengan cepat Aredel berlari ke hadapan ular tersebut dan membuat lingkaran sihir dari kedua tangannya sebesar sepuluh meter di hadapan ular raksasa itu. Lingkaran sihir milik Aredel berwarna biru dan ungu dengan motif matahari serta bintang di dalamnya. Ular raksasa tersebut berusaha maju ke depan menghentak-hentakkan kepalanya ke lingkaran sihir milik Aredel tetapi percuma, lingkaran sihir itu lebih kuat.
Para tim penyelidikkan terkejut melihat apa yang ada di depan mereka, hingga mereka berhenti berlari demi menyaksikkan apa yang sedang terjadi. Aciel juga terkejut, karena dia tidak menyangka kalau Aredel sampai memperlihatkan wujudnya demi melindungi timnya. Sedangkan Aredel berusaha untuk fokus untuk menahan serangan dari ular itu, bahkan dia sampai tidak memperdulikan tatapan para tim penyelidikkan yang kini sedang melihatnya dengan mata yang menyiratkan rasa penasaran sekaligus kagum.
Aredel berdecih pelan sambil berusaha mati-matian menahan lingkaran sihirnya agar tidak pecah. Ular tersebut kesal kemudian, membelokkan kepalanya ke arah lain yang tidak di lindungi oleh lingkaran sihir milik Aredel. Ular tersebut membuka mulutnya, lalu menyemprotkan bisanya ke sembarang arah membuat para tim penyelidikkan terkena bisa tersebut.
Bisa-bisa tersebut membuat baju para tim meleleh, lalu mengenai kulit mereka hingga melepuh. Aredel terkejut dia membalikkan badanya, lalu dengan cepat lari ke belakang berusaha menyelamatkan beberapa orang yang terkena bisa dari ular tersebut, namun nahas Aredel malah terkena bisa ular itu di kaki kirinya sehingga dia jatuh ke tanah.
“Ahh … sakit,” lirih Aredel.
Aciel berlari mendekati Aredel dengan wajah khawatir lalu berkata, “Kau tidak apa-apa?”
Aredel menganggukkan kepalanya lalu berusaha mengobati lukanya dengan sihir penyembuhan.
“Aku harus membantu,” gumam Aciel.
Aredel terkejut dengan perkataan Aciel, dia ingin memperingatkan Aciel tapi sayang Aciel sudah berlari ke depan mendekati ular tersebut. Sesampainya di depan ular raksasa, Aciel mengeluarkan tongkat dari tas nya.
“Itu kan tongkat yang kemarin,” pikir Aredel.
Aciel mengarahkan tongkat itu ke arah ular raksasa tersebut kemudian, dengan segera dia menekan tombol hijau pada tongkat itu.
Ctarrrr
Tongkat itu mengeluarkan halilintar kecil berwarna putih terang sehingga membuat orang yang melihatnya berusaha untuk menutupi matanya karena silau. Halilintar tersebut langsung menyambar tubuh ular raksasa dan pepohonan di sekitarnya. Ular raksasa itu terbakar oleh api yang dihasilkan oleh halilintar kemudian mati terbakar, begitu juga dengan pepohonan yang terkena halilintar itu. Para tim penyelidikkan kembali panik, melihat api besar yang merambat sangat cepat di pepohonan.
“Ayo kabur dari sini! Hutan ini terbakar!” teriak salah satu orang dari tim.
Aredel yang sudah selesai menyembuhkan dirinya, dengan cepat terbang ke atas langit lalu mengangkat kedua tangannya dan muncullah lingkaran sihir. Aredel membuat lingkaran sihirnya lebih besar dari yang tadi, kemudian dalam sekejap lingkaran sihir tersebut menyala terang dan mengeluarkan air yang sangat deras seperti hujan.
Para tim penyelidikkan kembali terpesona melihat apa yang di lakukan makhluk berkulit putih dan bertelinga runcing nan panjang itu. Mereka menatap Aredel dengan seksama, dengan mulutnya yang terbuka dan manik mata yang menyiratkan rasa takjub. Beberapa menit kemudian, api yang membakar pepohonan mulai padam dan Aredel pun menghentikan sihirnya. Aredel kembali ke tanah, lalu berjalan mendekati beberapa manusia yang terkena bisa dari ular untuk diobati.
“Tidak … jangan sentuh aku!” teriak salah satu orang yang takut karena Aredel mendekat ke arahnya.
Namun Aredel tidak mengihiraukannya, dia tetap berjalan ke arah orang tersebut lalu mengobatinya.
“Kalian semua yang terluka cepat berbaris untuk diobati!” seru Aciel.
Meskipun mereka sudah melihat bahwa makhluk bertelinga runcing itu menolong mereka, namun di dalam hati mereka tetap saja ada perasaan khawatir, kemudian dengan langkah ragu, mereka mendekat ke arah Aredel yang sedang mengobati rekannya.
Beberapa menit kemudian setelah semua orang selesai diobati, Aredel menyuruh Aciel untuk mengumpulkan seluruh timnya. Awalnya Aciel bingung, tetapi dia pun akhirnya menurut. Setelah semua tim Aciel berkumpul di hadapan Aredel dia menangkupkan kedua tangannya di depan mulut, kemudian meniup tangkupan tangannya tersebut.
Pyuhh … Pyuh..
Tiupan dari nafas Aredel menghasilkan bubuk-bubuk halus seperti salju berwarna putih. Setelah dia rasa bubuk putih itu sudah terkumpul banyak, Aredel terbang dengan cepat sambil melemparkan bubuk-bubuk putih tersebut ke mata para tim penyelidikkan. Hal tersebut membuat mereka lemas, dan kemudian jatuh pingsan di tanah.
Aciel terkejut melihatnya lalu berkata, “Apa yang kau lakukan?”
“Aku menghilangkan ingatan mereka. Tidak perlu khawatir dua jam lagi mereka akan terbangun kok,” jawab Aredel.
Aciel menghela nafasnya lega lalu berkata, “Sekarang apa yang kita lakukan dengan ular tersebut?”
“Ambil darahnya, nanti bangkainya akan aku urus,” ucap Aredel.
Aciel menganggukkan kepalanya setuju, lalu berjalan ke arah ular besar yang sudah mati itu. Ketika Aciel hendak mengambil sample darah ular, lingkaran sihir berwarna hitam muncul diatas ular tersebut. Aredel terkejut kemudian menarik Aciel menjauh agar tidak terkena lingkaran sihir hitam itu. Lingkaran sihir berwarna hitam itu menyala, lalu dalam sekejap ular raksasa yang berada di hadapan mereka berdua itu menghilang.
“Apa yang baru saja terjadi?” gumam Aciel.
“Aciel … sepertinya kita terlalu meremehkan musuh kita. Aku yakin hal yang melakukan semua ini bukan makhluk sembarangan,” ucap Aredel.
Bersambung...
Aciel dan Aredel masih diam bergeming menatap kosong ke depan, setelah melihat ular raksasa yang mereka bunuh menghilang begitu saja karena ada lingkaran sihir berwarna hitam yang tiba-tiba muncul. Kaki Aredel lemas, otot-otot nya sedikit kaku karena terkena bisa ular yang lumayan banyak di kakinya tadi. Bukk.. Aredel terjatuh ke belakang namun, Aciel dengan sigap menangkap tubuh mungil milik Aredel itu. “Ah … maaf,” lirih Aredel lalu berusaha berdiri dengan kakinya. “Kau tidak apa-apa?” tanya Aciel khawatir lalu merangkulkan tangan Aredel ke pundaknya. “Tidak apa-apa hanya butuh istirahat,” jawab Aredel. Aciel menuntun Aredel ke tendanya lalu berkata, “Istirahat dulu di tenda ku, nanti kau boleh pulang saat sudah baikan.” “Ah … tidak usah aku masih sanggup untuk pulang kok,” ucap Aredel sambil mendorong tubuh Aciel yang merangkulnya, namun sayang tubuh Aredel lemas lalu kembali terhuyung ke belakang.
Hutan yang awalnya dipenuhi warna hijau di dedaunan dan semak-semaknya kini sudah di penuhi dengan warna biru, karena es-es runcing yang dikeluarkan Aredel menyebar kemana-mana membuat daun, dan semak-semak membeku. Hutan yang awalnya dipenuhi oleh suara kicauan burung, kini dipenuhi oleh suara dentuman es yang mengenai pohon, semak, dan suara erangan macan tutul yang memekikkan telinga. Aciel dan para timnya berada di balik semak-semak yang lumayan jauh dari medan pertarungan tersebut. Mereka memperhatikan elf dan macan tutul tersebut bertarung dengan seksama. Sudah hampir satu jam mereka bertarung, dan mulai terlihat bahwa keduanya yaitu Aredel dan macan tutul sudah sama-sama terlihat lelah.Splassh… SplasshEs-es tersebut terus menerus keluar hingga macan tutul tersebut terpojok dan tidak sengaja menginjak jebakan yang sudah dibuat oleh Aredel.CrekkKaki macan tutul tersebut beku, membuatnya tidak bisa kemana-mana. Perempuan b
Ruangan laboraturium mendadak sunyi, hanya menyisakan bunyi dentingan jam yang berasal dari samping laptop. Semua anggota tim menatap layar laptop analisis itu dengan tatapan bingung, bahkan Aciel pun tidak pernah dengar tentang kodok putih. "Ketua ... apa sebelumnya pernah menemukan kodok putih?" tanya Nona Allaric. Aciel menghela nafasnya kasar, lalu menjawab, "Ini pertama kalinya aku tahu ada kodok berwarna putih."Aciel mendudukkan dirinya di kursi yang berada di depan laptop tersebut, dia menyenderkan punggungnya di sandaran kursi, lalu memijat pelipisnya dengan tangan kanan sambil memejamkan matanya."Apa kita harus mencari sample lagi?" tanya salah satu orang.Aciel menggelengkan kepalanya. " Tidak perlu, besok pagi kita akan pulang dari sini."Para anggota tim terkejut, beberapa dari mereka bahkan menanyai kembali apakah Aciel yakin dengan keputusannya atau tidak. Namun, Aciel mengangguk mantap dan yakin den
Setelah Aciel mengatakan bahwa Aredel lebih cantik dari pada mermaid, suasana tiba-tiba menjadi sangat canggung. Mereka berdua menutup mulut nya masing-masing, tidak berani mengatakan sepatah katapun.Waktu terus berlalu, dan tak terasa malam sudah semakin larut. Udara diatas pohon menjadi sedikit dingin. Aciel menggesekkan kedua telapak tangannya sambil meniup-niupkan telapak tangan tersebut dengan mulutnya. Aredel yang melihat hal itu pun berinisiatif untuk mengantar Aciel pulang ke tendanya."Tidak ... Aku bisa sendiri kok. Lagi pula ini tidak terlalu jauh kan?" ujar Aciel.Aciel sebenarnya ragu, tetapi karena dari kemarin dia merasa sudah banyak merepotkan Aredel, jadi dia bilang dia bisa pulang sendiri. Aciel juga merasa bahwa energi sihir Aredel belum kembali sepenuhnya, jadi lebih baik Aredel beristirahat. "Aku pulang sendiri juga tidak apa-apa," pikir Aciel.Aredel merangkulkan tangan Aciel ke pundaknya, lalu memb
Pagi hari telah tiba, matahari sudah mulai beranjak naik ke atas langit. Aciel terbangun dari tidurnya ketika mendengar bunyi alarm dari inblet. Setelah membersihkan diri, dia mulai membereskan barang-barangnya di tenda tersebut dan memasukkannya ke dalam koper. Beberapa menit kemudian, Aciel dan timnya selesai membereskan tenda, dan barang-barang lain untuk di bawa pulang ke ibukota.Mereka semua tampak sibuk memasukkan tenda portabel tersebut ke dalam kapsul terbang mereka. "Sudah semua?" tanya Aciel pada timnya."Sudah Ketua!" seru timnya.Dengan segera, Aciel menyuruh mereka untuk segera masuk ke kapsul terbang masing-masing dan kembali ke Ibukota Alacanist. Aciel menyalakan mesin kapsul terbangnya itu, lalu melajukan benda terbang tersebut ke ibukota.Sesampainya di ibukota, Aciel melihat ke bawah dari balik jendela kemudi, melihat pemandangan kota kelahirannya tersebut. Banyak jalanan rusak yang kini sedang di perbaiki, ada cair
Aredel duduk diam memperhatikan punggung Aciel dari belakang, yang kini sedang fokus menyetir di depannya. Aredel menengokkan kepalanya ke kanan dan ke kiri, melihat isi kapsul terbang Aciel. Dinding kapsul terbang ini berwarna putih polos, dengan beberapa lampu-lampu kecil, dan jendela berbentuk lingkaran yang terdapat di kanan dan kiri sisi kapsul.“Hebat kan, aku bisa membuat kapsul terbang secanggih ini,” ucap Aciel tiba-tiba, tanpa menengokkan kepalanya ke belakang menghadap Aredel.“Iyah … mungkin itulah sebabnya kenapa manusia disebut dengan makhluk yang mengerikan,” ucap Aredel sambil melihat ke arah luar jendela.Aredel menengokan kepalanya kea rah belakang, lalu melihat ada meja kecil yang diatasnya ada kotak kecil persegi berwarna putih, microfast, lalu di bawah meja ada beberapa tas besar yang berwarna biru dan hijau.Beberapa menit berlalu, akhinya mereka mulai memasuki Ibukota Alacanist. Aredel terseny
Aciel berjalan ke arah dapur untuk membuatkan Aredel sesuatu untuk dimakan. Aciel membuka kulkas nya, lalu melihat beberapa daging dan sayuran di dalam kulkas. Dia berjalan ke meja makan berbentuk bundar yang melayang, kemudian mengambil selembar roti. Dia juga mengambil buah apel, dan pisang dari atas meja tersebut lalu memasukkannya ke dalam kotak kecil di samping kulkas. Aciel mengklik kotak tersebut, lalu beberapa menit kemudian, keluarlah buah pisang dan apel yang sudah di potong-potong. Aciel mengambil selai kacang dari kulkasnya, lalu mengoleskan selai tersebut di selembar roti.“Aciel, kau sedang apa?” tanya Aredel sambil berjalan mendekati Aciel.“Membuatkan sesuatu yang bisa dimakan untuk tamu ku,” ucap Aciel sambil menaruh potongan pisang dan apel ke atas roti yang sudah di olesi selai kacang.“Kau hanya membuat satu? Buatlah dua, karena kau juga butuh makan,” ucap Aredel sambil melihat tangan Aciel yang sibuk membu
Aciel dan Aredel turun dari kapsul terbang mereka. Aredel berlari kecil menghampiri nenek tua yang berada di sungai kecil tersebut. Nenek itu tampak seperti nenek tua lainnya, yaitu berambut putih, dan berkulit keriput. Dia memakai baju sweater tipis berwarna coklat,dengan rok bahan yang berwarna coklat juga.“Sepertinya dia pingsan,” gumam Aredel sambil mengecak deru nafas nenek tua tersebut.Aredel memeriksa tubuh nenek tua tersebut, lalu dia menemukan adanya luka memar pada pergelangan kaki nenek tua itu. Aredel menjulurkan tangannya pada pergelangan kaki nenek tua itu, lalu beberapa detik kemudian cahaya biru keluar dari telapak tangan Aredel.“Semoga ini membantu,” pikir Aredel.Luka memar pada pergelangan kaki nenek tersebut perlahan menghilang, membuat nenek tua tersebut perlahan-lahan mulai menggerakan kedua kelopak matanya.“Ugh,” lenguh nenek tua.“Aredel sepertinya dia sudah sadar,&r