Emily terpaku seketika mendengar ancaman dan tantangan yang datang dari Jason. Tak biasanya pria itu mau berurusan dengan Emily hingga membuat sebuah challenge yang pastinya mempertaruhkan banyak hal. Meski sudah jelas alasannya, untuk merebut apa yang sudah Charles dan Emma berikan pada Emily, tetapi bukankah Charles sudah mempersiapkan untuk anak-anaknya? Atau jangan-jangan Jason tidak mengetahui tentang itu?Jason memutar tubuhnya dan meninggalkan Emily seorang diri di ruangannya dengan kegamangan yang berdesakan. Memang tidak seharusnya Emily mengambil dan menerima begitu saja apa yang keluarga McKennel berikan padanya. Ia masih bisa mengusahakan banyak hal, tetapi bagaimana caranya menolak jika ini merupakan bentuk kasih sayang dari Charles dan Emma McKennel?Emily membiarkan Jason pergi. Ia tak ingin menghalangi pria itu yang menyebabkan masalah baru. Mengenai tantangan yang datang darinya, Emily tak mau terlalu memikirkan itu, karena nanti hanya akan membuat fokusnya terpecah.
Emily menghambur ke arah Alex yang tersungkur dan menatap pria yang dengan sembarangan melakukan kekerasan di tempat umum, tanpa alasan.Ia tidak menyangka pria itu terus menghantui hari-hari Emily hingga terus membuat kekacauan.Baru kemarin ancaman itu dialamatkan padanya, dan hari ini Jason mulai berulah seolah dirinya punya hak atas kehidupan Emily. Padahal tidak sama sekali.Sejak Emily menanda tangani lembar perceraian itu, ia sudah memutuskan untuk tidak lagi berurusan dengan Jason, dalam hal apa pun. Bahkan mengenai pekerjaan, ia sudah meminta Charles untuk memindahkannya ke gedung yang berbeda. Ia tahu benar seperti apa perangai Jason, maka menjauh sejauh-jauhnya adalah hal terbaik yang bisa ia lakukan.Meski tak yakin pria itu akan mengejarnya, karena pastilah kehidupannya bersama Tamara sudah sangat bahagia, tetapi tetap saja, ia tak akan sanggup jika masih terus melihat pria itu dari jarak dekat. Jika seperti itu, akan semakin sulit untuk menyembuhkan patah hatinya.Dan ki
Emily melipat kakinya, menikmati udara segar dengan pemandangan menghijau di hadapannya. Tak ada seorang pun yang tahu di mana keberadaannya, tetapi setidaknya ia sudah mengabari Shila bahwa ia akan baik-baik saja.Seorang wanita dengan seragam rapi berwarna abu-abu muda, datang membawa sebuah nampan berisi makanan untuk Emily. Emily membalas dengan ucapan terima kasih dan senyum di wajahnya. Ia sudah lupa kapan terakhir kali menikmati kesendirian seperti ini. Mungkin nanti kalau ia sudah bosan, ia akan mengajak Shila untuk datang dan menemaninya.Namun, untuk saat ini, lebih baik ia menikmati kesendirian. Tak lama, hanya sampai pikirannya lebih tenang dan bisa berpikir jernih.Dan setelah seharian menikmati kesendirian di pulau yang jauh dari negaranya, tepatnya di sebuah negara dengan penduduk yang ramah, serta salah satu pulau terindah di dunia—Bali—Emily mulai merasa bosan.Ia kemudian menekan nomor di ponselnya dan mendengar pekik penuh rasa kesal dari sahabatnya di seberang.“DI
Charles mengepalkan tangan setelah menggebrak meja yang ada di hadapannya. Berita yang ia dengar cukup mengejutkan, tetapi ia tahu bahwa semua ini tak akan terjadi tanpa alasan.Putri angkatnya tidak mungkin meninggalkan tanggung jawab begitu saja tanpa keterangan. Dan ia yakin pasti ada alasan di balik itu semua. Itu sebabnya ia mendatangi Shila tepat setelah ia mendengar dari salah satu pegawai bahwa Emily tidak masuk untuk bekerja dan beberapa pria berpakaian serba hitam terus mengawasi kantornya.“Aku tak percaya Emily tidak mengatakan apa pun padamu, Nona Andreas.” Charles terus mencecar Shila dengan berbagai pertanyaan dan keraguan.Mulanya Shila memang tidak tahu-menahu mengenai kepergian Emily yang begitu mendadak, tetapi kemudian ia menebak kalau wanita itu kini sedang berada di pulau Bali. Namun, tak mungkin Shila mengatakan pada pria paruh baya yang merupakan bos besar Kennel’z Industry tersebut.“Nona Andreas, katakan sesuatu! Ini bisa gawat karena pesta penyerahan akan di
Emily berada dalam kegamangan. Ia sesungguhnya tak ingin bertemu siapa pun, tetapi pertanyaan dan pernyataan Jared mengenai dirinya membuat Emily kelimpungan.Bukan karena ia tak mampu menghadapi pria sekelas Jared—ia sama seperti Jason yang sering dikelilingi para wanita—melainkan karena ia tidak sedang dalam suasana hati yang baik. Ia kini tengah mempersiapkan mood untuk pesta perusahaan yang akan diadakan minggu depan.Bahkan sahabatnya pun tidak ia biarkan datang untuk menemuinya.“Maafkan aku, Jared. Aku masih butuh waktu untuk sendiri. Setidaknya satu minggu ini. Aku pasti akan kembali, tetapi untuk sementara waktu, biarkan aku sendiri dulu.”Permintaan Emily cukup jelas, bahwa ia sedang tak ingin siapa pun mengganggu liburannya. Meski itu untuk hal yang katanya penting, Emily masih bisa mengabaikannya demi menghabiskan waktu dengan dirinya sendiri. Ia sungguh tak akan biarkan siapa pun mengganggu kehidupannya saat ini.“Baiklah kalau kau memang tak ingin aku mengganggumu. Mungk
Emily sudah bersiap dan siap untuk berangkat ke kelab pantai yang tak jauh dari hotel tempat mereka menginap. Namun, belum saja membuka pintu kamarnya, terdengar suara ketukan.Emily bergegas membuka pintu dan menemukan Jeffry Allen telah berdiri di hadapannya.Ia dengan kemeja dan celana tanggung, berdiri mengulas senyum ramah dan sejenak memerhatikan tampilan Emily yang saat itu mengenakan dress sifon bermotif bunga setinggi lutut. Membuat penampilan Emily terlihat manis seperti seorang remaja.Namun, semua tahu usianya, kecuali kehamilannya, tentu saja.“Kau sudah siap?” tanya Jeffry sembari mengulurkan tangan.Emily yang belum pernah mendapat perlakuan semanis itu terlebih dari orang asing, ragu untuk menyambut uluran tangan pria itu.Ia tidak menaruh curiga, hanya tidak ingin terlalu membuka kesempatan untuk hal lain selain bisnis. Namun, tak urung ia terima juga uluran tangan itu akhirnya. Ia kemudian berjalan beriringan dengan Jeffry sembari mengobrol ringan mengenai tantangan
“Oh, kau punya nyali untuk kembali menginjakkan kaki di rumah ini, rupanya?” sindiran Charles pada Jason yang dengan santainya melangkah masuk ke kediaman McKennel yang telah lama ia tinggalkan.Charles tak masalah akan kepergian Jason kala masih bersama Emily. Memang niat keduanya adalah untuk memulai kehidupan yang mandiri sebagai sepasang suami istri. Namun, setelah berpisah dari Emily, Jason masih beranai datang ke rumah dan menemui kedua orang tuanya, itu sungguh hal yang mengejutkan.“Tak perlu menyindirku seperti itu, Ayah. Kau yang menyuruh kami untuk berpisah, jadi ini bukan kesalahanku.” Jason menyanggah dengan wajah yang sama sekali tidak menoleh pada sang ayah.Charles tidak akan marah atas sikap Jason, karena ia telah menghadapi hal yang sama selama ini. Jason memang selalu dengan mudah menyanggah, jika ia merasa dirinya benar—terlepas apakah ia memang telah bersikap benar, atau hanya sekadar memenangkan ego.Dan lagi, apa yang dikatakan putra bungsunya itu seratus persen
Seperti apa yang Jared janjikan, ia menjemput Emily di bandara karena Emily yang meminta. Bukan karena ingin memanfaatkan perhatian Jared, melainkan karena ia membutuhkan pegangan untuk menguatkan morilnya saat ini.Terlalu banyak hal yang mengejutkan baginya. Beberapa pria membuatnya sedikit terusik. Meski dengan Alex dan Jared, Emily bisa bersikap tenang, tetapi tidak dengan Jeffry.Pria itu tampak terlalu gencar mendekatinya. Bahkan baru beberapa kali bertemu dan ia sudah berani mengungkapkan ketertarikannya terhadap Emily.“Kau ternyata menepati janjimu untuk mengabariku. Kupikir kau akan menghindar karena perkataanku,” ucap Jared sembari mengemudikan kendaraannya. Emily hanya menyunggingkan senyum tipis.Emily menatap wajah tampan pria di sampingnya sejenak, rambutnya yang memanjang itu diikat rapi, memesona. Jared sejak dulu selalu berhasil membuat para wanita menahan napas setiap kali berpapasan dengannya.“Tidak ada yang perlu kuhindari darimu, Jared. Kau sudah seperti kakak b