Emily bahkan belum bangun saat Jeffry sudah berada di depan pintunya. Shila yang menyambutnya dan Jeffry mengajak gadis itu berbicara sebentar sembari duduk di teras dan menikmati udara pagi.
Sempat beberapa saat keduanya membisu. Karena ada berbagai macam pemikiran yang menyelinap di benak Jeffry. Begitu juga Shila. Pertanyaan tentang seberapa besar rasa cinta Jeffry terhadap Emily, sahabatnya.“Bagaimana kondisi Emily?” Jeffry akhirnya memulai pembicaraan yang sejak tadi hanya terjeda kebisuan.Shila mengangguk, bersiap untuk menjawab pertanyaan ambigu yang sesungguhnya Jeffry sudah ketahui jawabannya.“Seperti yang kau lihat, Tuan. Emily baik-baik saja dan sudah membaik. Namun, aku tidak tahu mengapa oa masih ingin menuruti perintahmu untuk tetap menggunakan kursi roda itu.”Jeffry tanpa sadar mengurai senyum tipis. Tatapan matanya terlihat berbinar, seolah sungguh-sungguh bahagia.Lantas bagaimana dengan pembicarEmily tidak segera memberi respon atas ucapan Jeffry. Ia gamang, tentu saja. Tak mungkin bisa menerima pria yang baru beberapa hari ia kenal dan tiba-tiba mengajaknya menikah. Apa sebenarnya yang ada dalam pikiran Jeffry sampai ia bisa memikirkan untuk melamar Emily di saat yang sangat tidak tepat seperti ini? Emily menikmati sarapan bersama Shila dan Jeffry dengan perasaan tak karuan. Beberapa kali Jeffry menoleh pada Emily yang menyembunyikan wajahnya, tetapi wanita itu tak tahu kalau pria yang baru saja melamarnya itu masih terus memerhatikannya. Hanya Shila yang menyadari. “Ahem, kurasa aku sudah selesai dan akan mandi. Apakah kalian baik-baik saja jika kutinggalkan?” tanya Shila memastikan kalau Jeffry dan sahabatnya tidak akan bertengkar seperti biasanya. Keduanya mengangguk bersamaan, kemudian membiarkan Shila berlalu dari tempat mereka berada. “Kau belum menjawab,” ucap Jeffry, berusaha memecah kesu
Emily duduk di ruangan kerja Charles seperti seorang pesakitan. Setelah menyaksikan bagaimana kedekatan Emily dan Jeffry, Charles mulai merasa cemas. Ia tentu saja tak ingin mengulang kebodohan yang lalu dengan mengizinkan Emily berhubungan dengan Jeffry.Namun, tak mudah untuk memberi larangan pada wanita seperti Emily. Karenanya, meski ia tak ada hati pada Jeffry, setidaknya sang ayah mau memberi alasan mengapa ia begitu menginginkan Emily menjauh dari Jeffry.“Kau tidak perlu tahu alasannya, Em. Satu hal yang pasti, pria itu bukanlah orang baik. Ia akan membuat hidupmu sengsara hingga mati.”Ucapan Charles tentu saja membuat Emily bergidik ngeri. Separah apa tingkat laku Jeffry sampai Charles menjulukinya sebagai pembunuh? Apakah memang pernah terjadi hal buruk hingga pria itu begitu antipati terhadap Jeffry?“Tapi kau sudah membuatku begitu penasaran. Mengapa kau memanggilnya dengan julukan pembunuh? Apakah ia pernah melenyapkan nyawa
Emily tidak tahu apa yang akan dikatakan oleh Jeffry sebagai usahanya untuk menyanggah keputusan yang telah Emily buat, karena ia sudah berada di mobil saat pria itu hendak mengatakan sesuatu. Emily cukup pandai menghindar. Hingga Jeffrey tak sadari bahwa Emily sudah tidak lagi berada tepat di hadapannya. Entah apakah Emily yang pandai melarikan diri ataukah Jeffry yang terlalu tenggelam dalam lamunannya. Karena itulah yang terjadi, Emily kini sudah mengemudikan mobilnya menuju ke rumah. Ia bergegas merebahkan diri saat dirinya tiba dan tidak menemukan Shila di mana pun. Hanya ada secarik kertas yang menyatakan bahwa Shila terpaksa harus kembali ke apartemennya karena mendapatkan kabar bahwa anjing peliharaannya melarikan diri. Sungguh konyol, tetapi itulah yang terjadi. Tak berapa lama, Emily jelas mendengar suara ketukan dari arah pintu yang ia duga itu adalah Jeffry yang tak terima dengan keputusan Emily. Pria itu
Hari ini, Emily tidak bisa bangun dari ranjang karena sejak kemarin ia sudah memuntahkan seluruh isi perutnya. Bahkan hingga sesiang ini, tak ada makanan apa pun yang sukses bertahan.Namun, ia tidak mengabarkan pada Shila mengenai apa yang dialaminya sejak kemarin. Ia memang menghubungi Shila, tetapi hanya untuk memberinya pekerjaan untuk ditangani selama beberapa hari sampai dirinya pulih.Emily tak perlu mengatakan apa pun mengenai kondisinya, Shila tahu betul bagaimana karakter sahabatnya, sehingga ia tidak terlalu banyak bicara tetapi melakukan sesuatu yang penting untuk ia lakukan.“Shila, kau masih di sana?” tanya Emily, yang berusaha menahan gejolak dalam lambungnya yang datang lagi. “Oke, sebentar tunggu dulu dan jangan matikan teleponku, oke?”Emily meletakkan ponsel yang masih terhubung dengan Shila itu di nakas dan ia berlari secepatnya ke toilet dan kembali menumpahkan cairan kekuningan yang terasa pahit.Tampaknya
Emily terpaku kala mendengar ucapan Jared. Ia tak mengerti, mengapa pria itu menyebut nama Emily dan menyamakan dengan dirinya sendiri? Apakah Emily yang sedang tak mengerti ke mana arah pembicaraan ini? “Emilia? Bukankah itu memang namaku, Jared? Nama yang ayah berikan untukku. Tak berbeda dengan Emily, nama asliku. Emilia sangat cantik,” jawab Emily sembari tersenyum bingung. Jared tertawa ringan, sadar kalau Emily tak mengenali siapa Emilia dan wajar kalau ia bertanya. “Kau belum tahu, ya? Emilia itu ... ia adalah kakak kita. Putri sulung dari orang tua kita,” urai Jared yang mendapat reaksi kebingungan yang makin jadi dari Emily. “Aku tidak mengerti, Jared.” Jared sudah terlanjur terperosok pada lubang yang ia gali sendiri dengan sengaja. Ia hanya tak ingin Emily menjadi satu-satunya yang tidak mengenal Emilia. Ia model terkenal dan kecantikannya seolah mengudara dengan bebas hingga seorang pria berhasil merebut hatinya.
Jeffry selalu bisa menekuk pertahanan Emily yang begitu tegak sebelumnya. Hanya dengan kalimat bernada ancaman, lalu berhadapan seperti ini, membuat Emily seolah bertekuk lutut.Tidak semudah itu, sebenarnya. Hanya saja, Jeffry sudah memulai segala kepemilikannya terhadap Emily dengan sikap dan perhatian yang seharusnya ia dapatkan dari sang suami yang kini telah berubah status menjadi mantan.Perhatian yang demikian saja sudah cukup. Ditambah pesona Jeffrey Allen yang sebenarnya tak jauh berbeda dengan Jason dan Jared. Hanya saja Emily tak tahu apa yang membuat pria ini tampak begitu spesial.“Aku bukan milik siapa pun, Jeff. Aku adalah milikku sendiri dan tak ada yang bisa mengatur kehidupanku. Jika kau datang hanya untuk berbuat sesukamu, maka kau salah cari musuh. Kau yang akan kalah.”Ancaman yang dibalas ancaman, Emily pikir cukup ampuh untuk mengusir pria seperti Jeffry Allen. Ternyata, Emily salah besar. Karena keesokan harinya, Jeffry lagi-lagi datang dengan hal lain. Sebuah
Emily sudah mulai bekerja untuk hari ini, mencoba melupakan apa yang terjadi kemarin. Semua yang Jared paparkan memang membuat Emily berpikir keras, karena hingga pertanyaan terakhir terlontar dari mulutnya, Jared masih bungkam.Sampai kini, tentu saja, Emily tak tahu apa masalah mereka dengan Jeffry. Apa yang membaut mereka begitu membenci Jeffry?Namun, ketika tiba di kantor, semua pikiran Emily mengenai Jeffry lenyap sudah. Tentu saja ini dikarenakan lagi-lagi ia harus melakukan hal konyol dengan duduk santai di kursi roda sementara Shila akan mendorong kursi roda itu ke mana pun Emily ingin pergi.Bahkan sepanjang perjalanan di kursi roda, ia hanya memberengut dan tak bersemangat karena semua mata akan memandang ke arahnya.“Katakan pada bosmu itu, Shila! Ini hal terkonyol yang pernah kulakukan dan aku sangat malu karena ini! Aku membencinya! Juga ide-idenya yang selalu membuatku tampak konyol!” gerutu Emily sepanjang perjalanan menuju kafetaria.Hari ini Emily tidak membawa bekal
“Mengapa kau hanya diam, Emilia? Bahkan sejak tadi kau tidak menyentuh makananmu,” ucap Jeffry yang memandangi Emily sejak tadi seolah ia tersihir pesona wanita di hadapannya.Tak ada yang tahu apa niat Jeffry sebenarnya, Emily hanya tak ingin bersikap naif seperti ketika dirinya mencintai Jason, hingga rela melakukan apa pun demi mendapatkan hati pria itu.Kali ini, ia akan bermain perlahan. Jika memang Jeffry benar mencintainya, meski dalam kurun waktu lama dan sulit sekalipun, ia akan tetap memperjuangkannya.Emily menggeleng mendengar pertanyaan Jeffry yang sesungguhnya ia tak ingin menjawab sama sekali. Jika ditanya mengapa ia tampak begitu galau, jawabannya adalah karena kondisi masalah yang harus ia jalani ternyata tidak seperti apa yang dihadapi kebanyakan orang.Rahasia yang disimpan dan bahkan dikubur sekian lama pada akhirnya menjadi bumerang dan dirinya yang tidak ada hubungan dengan rahasia itu, turut menanggung akibatnya.