“Lakukan tes terhadapku, Dokter. Mungkin saja aku memiliki kecocokan dengan Lyla. Bagaimana pun, aku adalah kakeknya,” ucap Charles pada dokter John Armando saat ia berada di ruangan dokter demi membicarakan masalah cucunya. Charles sengaja mengambil kesempatan untuk pergi ke rumah sakit seorang diri tanpa Emma, karena ia masih dalam masa berperang dengan dirinya sendiri. Ia merasakan ada pertarungan dalam batinnya, antara yakin dan tidak, saat memutuskan untuk melakukan ini. Di satu sisi, ia masih bertahan dengan ego dan pride-nya mengenai kesalahan Emilia dan Jeffry yang melanggar apa yang telah ia tetapkan sebagai larangan bagi keduanya. Namun, di sisi lain, ia tak tega kalau Lyla harus melalui kesulitan ini seorang diri. Charles tahu, Jeffry memang akan selalu mendampingi Lyla menjalani ini semua. Namun, Jeffry pun nyatanya membutuhkan dukungan moril dari semua yang seharusnya memberikannya dukungan. Salah satunya adalah Charles, yang menjadi penyebab segala penderitaan Jeffry b
“Ibu, apa yang terjadi?” tanya Emily yang tergesa datang setelah Emma menghubunginya. Kabar tak mengenakkan, pastinya. Namun, Emma tidak mengatakannya dengan jelas. Hanya meminta Emily untuk datang karena ada yang ingin ia sampaikan.“Ayahmu ... ia memutuskan untuk mendonorkan sumsumnya pada Lyla. Kau tahu sendiri bagaimana kondisi Charles. Ia memiliki penyakit jantung, bagaimana jika—“Emily berubah panik seketika. Ia mengambil ponsel dan menghubungi Jeffry untuk membantunya mencari Charles yang mungkin saja masih berada di sekitar rumah sakit. Emily berharap agar Jeffry mencegah apa pun yang akan dilakukan oleh pria paruh baya itu.Namun, jawaban Jeffry membuat Emily makin panik.“Aku hanya bertemunya sekali, saat ia baru saja keluar dari ruangan dokter John Armando. Namun, aku tidak tahu ke mana ia pergi setelahnya. Dan aku tidak terlalu peduli.”Emily kemudian bergegas pergi tanpa pamit, karena ia tidak punya waktu untuk itu
Emily pada akhirnya memutuskan untuk tidak terlalu intens mengunjungi Lyla, terlebih jika itu berurusan dengan Jeffry. Ia rasa cukup untuk menjaga intensitas pertemuan mereka karena Emily tidak ingin merasakan sakit hati untuk ke sekian kalinya.Namun, ia menyesali keputusannya saat kemudian mendengar kabar bahwa Lyla tengah mengalami hari yang buruk.Kondisi gadis kecil itu memburuk dan dokter pun tidak bisa memastikan apakah Lyla akan membaik atau dengan terpaksa seluruh keluarga harus mengikhlaskan kepergiannya.Jeffry tentu saja tak menginginkan semua itu terjadi. Ia mempertahankan keputusannya bahwa Lyla harus tetap mendapat perawatan, sampai keajaiban datang. Jeffry masih berharap akan itu semua.Dan ketika Emily datang dan tergesa pergi, Jeffry menghadangnya. Tepat saat itu, Charles pun menyaksikan dari kejauhan, tak ingin menginterupsi apa yang tengah diusahakan oleh pria yang pernah menjadi menantunya itu.“Emilia, kumo
Dua hari sudah Lyla telah sadar dan dalam kondisi yang sangat baik. Ia juga telah dipindahkan ke ruang perawatan dan akan dievaluasi dalam tiga hari ke depan. Jika semakin membaik, maka Lyla akan diperbolehkan rawat jalan dengan memerhatikan saran dan catatan dari dokter.Dan hari ini, Emily memutuskan untuk menemani Lyla selama seharian, terlebih ini adalah akhir pekan sehingga Emily bisa dengan leluasa menghabiskan waktunya bersama gadis kecil itu.Bahkan saat Lyla tertidur, ia masih menggenggam jemari tangan Emily, yang membuat wanita itu merasa terharu.Ia mungkin cemburu pada Emilia, meski wanita itu telah tiada. Namun, Lyla membuat Emily justru merasa seolah dirinyalah ibu dari gadis kecil itu. Dan kesembuhan Lyla membuat pikiran Emily sedikit lebih tenang. Buktinya, ia tak lagi mendiamkan Jeffry seperti beberapa hari lalu.Keduanya kini tampak tengah duduk berhadapan menikmati makan siang mereka di kafetaria sembari berbincang menge
Shila sudah menjelaskan segalanya pada Emily. Apa pun yang seharusnya ia ketahui dari mengenai alasan perempuan itu menuruti perintah Jeffry untuk membujuk Emily agar mau menikah dengannya.Shila hanya menginginkan kebahagiaan untuk Emily dan hal yang sama pula dengan apa yang kini ia usahakan. Kebahagiaan Emily dan Lyla adalah yang terpenting baginya.“Bibi Emily, apakah ini artinya aku sudah boleh pulang?” tanya Lyla saat melihat Emily membereskan barang-barang miliknya. “Aku tidak mau terlalu lama di tempat ini. Aku rindu rumah, Bibi Emily.”Emily berbalik kemudian membelai pipi gadis kecil itu dengan penuh kasih.“Tentu saja kau akan pulang, Lyla. Kau sudah sehat dan akan selalu sehat. Tapi, dokter memberi syarat bahwa kau harus tetap meminum vitamin dan obatmu secara teratur dan patuh pada perkataan papa, oke?”Lyla mengangguk lalu menoleh ke arah pintu di mana Jeffry berdiri dan memerhatikan interaksi antara Emily dan Lyla
Sebulan kemudian ....“Emily, tinggalkan pekerjaanmu! Kau harus pulang sekarang karena dalam dua hari pernikahan kalian akan dilaksanakan. Apa yang kau pikirkan? Kenapa kau masih terus bekerja?” omel Shila yang gemas pada sahabatnya karena tidak mengingat kondisinya, terlebih perut yang mulai membesar.Pernikahan Emily akan dilaksanakan dua hari lagi, tetapi ia masih sibuk mengurus segala pekerjaan yang tersisa. Terlebih dalam dua bulan, Emily akan melahirkan. Sikap cuek Emily itulah yang membuat Shila kesal.“Tenang saja Shila, Jeffry sudah mengatur segalanya. Aku hanya tinggal bersantai, tidur, didandani oleh make up artis terbaik yang akan membuatku bersinar saat pernikahan nanti meski dalam keadaan mengandung.”Sikap santai Emily serta perkataan yang terdengar tenang seharusnya bisa membuat Shila ikut tenang. Namun, sahabatnya itu malah justru gelisah.“Aku sungguh mencemaskan keadaanmu, Em. Kau tahu, aku sebenarnya tidak in
Emily sudah selesai memindahkan barang-barangnya dari rumah lama untuk dibawa ke kediaman Jeffry. Ada beberapa barang yang ia tinggalkan seperti perabotan dan lain-lainya karena akan dibutuhkan oleh penyewa nantinya. Shila berubah pikiran dan berat meninggalkan apartemennya, ia memutuskan untuk tetap menempati dan berjanji akan membantu Emily untuk mempromosikan rumahnya sampai menemukan penyewa. Itu saja sudah sangat membantu bagi Emily yang akan mulai fokus dengan persiapan persalinannya nanti. Emily mulai jarang datang ke kantor dan menyerahkan pada Shila untuk sementara waktu. Sementara itu, justru Jeffry yang lebih sering mengunjungi EMZ untuk memeriksa pekerjaan para pegawai di sana, karena ia sendiri yang melarang Emily terlalu lelah di detik-detik menjelang persalinan. Terlebih setelah ia mendengar langsung tentang kekhawatiran Shila mengenai orang asing yang sering kali tampak mengawasi kantor mereka. “Tapi seharusnya aku bisa melihat orang
Bayi yang diharapkan datang setidaknya kurang dari dua bulan, justru hadir lebih awal. Emily menjalani persalinan dengan lancar dan selamat. Bayi laki-laki itu kini ada dalam gendongan Emily dan mereka beri nama Liam.Kebahagiaan mereka lebih lengkap dengan kehadiran Liam. Terlebih Lyla yang begitu bersemangat menyambut adik bayi yang sudah ia nantikan. Bahkan sejak Jeffry belum mendapatkan pengganti Emilia, Lyla sudah kerap mengutarakan keinginannya untuk memiliki seorang adik.“Apakah nanti aku boleh menggendongnya?” tanya gadis kecil itu saat Emily dan Jeffry menghubunginya melalui panggilan video. Emily yang tengah menggendong Liam tersenyum lantas menjawab pertanyaan polos itu.“Boleh saja, sayang. Tapi harus dengan bantuan orang dewasa, oke?”Lyla menyunggingkan senyum yang menampakkan deretan giginya yang bersih, kemudian menyerahkan ponsel pada Charles yang tampak terharu menatap ke arah layar di mana wajah Liam ditunjukkan dengan