Bisa Lucas dengar erangan Bella yang ketakutan. suara pukulan dan benda-benda terlempar. pria yang sedang bersembunyi di dalam lemari itupun cukup tersiksa memikirkan cara bagaimana menyelamatkan Bella dari cengkraman kekasihnya."Apa aku harus keluar dan mengakhiri ini semua?" batin Lucas cemas bertanya-tanya."Pergi kau..." Bella melempar bantal, ia berlari turun dari ranjang kemudian meraih lampu pajangan, "jika kau mendekat aku akan berteriak."Felix menyeringai, ancaman Bella sama sekali tak membuatnya takut. lagi pula, siapa yang akan mendengar teriakannya? semua hal yang Bella lakukan nyatanya sia-sia."Kenapa? Kau takut aku menyentuhmu, atau kau takut aku mengetahui fakta jika sudah ada orang lain yang pernah menyentuhmu?" ejek Felix memiringkan senyumnya.Bella tak menanggapinya, ia lantas meraih ponsel di atas ranjang kemu
"Astaga, jika dia terus begini. maka aku bisa jatuh cinta sungguhan, kepadanya." Bella membatin, pandangannya sama sekali tak teralihkan menatap Lucas yang sedari tadi berinisiatif untuk membereskan ruangan.Satu-persatu Lucas memungut pecahan kaca yang berserakan. tidak hanya itu, Lucas juga meraih bantal dan selimut menatanya kembali di atas ranjang.Bella membulatkan niatnya. setelah memasukan bukti perselingkuhan Felix kedalam ponselnya, Bella lantas mengirimkan bukti tersebut kepada Felix dengan keterangan sebuah kalimat perpisahan."Lakukan apapun yang kau inginkan, karena sekarang kita sudah tak memiliki hubungan!"Bella bahkan langsung memblokir kontak Felix, setelah Felix membaca pesan yang ia kirimkan. tanpa menunggu jawaban, Bella merasa kali ini ia sudah melepaskan sebuah beban."Lucas..."Pria jan
"Tidak, ini tidak mungkin!" Felix tak berdaya, sebuah bukti perselingkuhan dari Bella telah ia terima. "Tidak, Bella tidak boleh meninggalkanku. dia hanya milikku!"Felix bereaksi berlebihan setelah membaca kalimat perpisahan yang Bella kirimkan. matanya menggenang, dadanya terasa sangat sesak. berulang kali Felix menenggak minuman untuk menghilangkan rasa yang baru pertama kali ia alami."Tidak, hubunganku dengan Lisa hanya berawal dari ketidaksengajaan. Aku harus menjelaskannya pada Bella jika ini tidak seperti apa yang ia pikirkan."Felix mencoba menghubungi Bella. Malangnya, kontak pria tersebut sudah di tambahkan ke daftar hitam. segala akses media sosialnya sudah Bella putuskan. Felix benar-benar kelabakan. ia tak bisa tenang meskipun hanya untuk sesaat. ingin kembali datang menemui Bella di apartemennya, pasti wajah Felix sudah di tandai oleh para staf keamanan karena sebelumnya Felix tel
Sebuah tubuh terus Lucas pandangi. hal biasa yang sering terjadi. setiap usai bercinta, Bella akan bersikap seperti dialah korbannya."Ahhh..." Bella merengek dengan bibir yang mengerucut, "cepat katakan sesuatu! apa kau tidak waras?""Aku harus mengatakan apa, aku sudah lelah!" sahut Lucas menahan rasa kesal."Aku... aku ingin...""Ingin apa?""Jangan tinggalkan aku," ucap Bella spontan dengan sorot penuh harapan.Satu hal yang membuat Lucas heran. atas dasar apa Bella menyuruh Lucas agar tetap tinggal? karena sudah tidur bersama atau hal lainnya?"Lucas," Bella bergelayut mesra, memperlihatkan ekspresi takutnya. "Katakan sesuatu, apa keputusanmu? bagaimana kelanjutan hubungan ini? sepasang kekasih atau...""Sepasang kekasih!" tegas Lucas menjawa
Nyatanya tidak, Bella semakin muak. ia justru ingin mencengkram wajah Lisa meninggalkan jejak-jejak kuku panjangnya hingga Lisa tidak bisa lagi menggoda pria menggunakan kecantikannya."Menutupi apa, Lucas?" tanya Lisa penasaran.Dua hal yang Lisa khawatirkan, satu adalah Lucas sudah mengetahui dirinya dan Felix telah memiliki hubungan. dua adalah Lucas akan segera mencampakkan Lisa sama halnya Bella mencampakkan Felix."Aku sebenarnya... aku dan Bella...""Lucas dan aku sepakat, ia memintaku untuk merancang gaun pernikahanmu. saat sedang berdiskusi, kau menghubungiku. itu sebabnya kami datang kesini bersama." terang Bella menyela sambil memandang Lucas menawan tawa. dapat Bella rasakan kecanggungan dan rasa gugup yang terlihat nyata dalam ekspresi wajah kekasihnya. "Bukankah begitu, Lucas?""I... iya," sahut Lucas lega, menyusutkan bahun
"Haruskah kau menciptakan permainan lagi agar aku tetap bersamamu?" Bella membatin, ia terus menatap wajah Felix dengan sorot yang sulit untuk di deskripsikan.Lisa sudah pergi meninggalkannya, sedangkan Lucas belum juga kembali dari kamar mandi.Wajah Felix yang menyedihkan nyatanya tak mampu membuat Bella kasihan. gadis itu terus mengingat bagaimana Felix mengkhianatinya. bertingkah seolah korban dari tindakan liar yang Bella lakukan. padahal semua yang Bella lakukan tidak mungkin tak memiliki alasan.Pecahan botol masih belum Bella bersihkan, keadaan rumah sangatlah sepi. karena Felix memang terbilang pria br*engsek yang cukup mapan. ia juga memiliki rumah tersebut, yang ia beli dari hasil kerja kerasnya sendiri. itu sebabnya, Bella berpikir jika Felix cukup bisa di andalkan secara keseluruhan. Nyatanya, Felix justru menodai kepercayaannya. kekaguman Bella berubah dalam sekejap, menjadi sebua
Nafas Bella sangat berantakan. ia hanya mampu terduduk di atas kloset yang tertutup. sesekali wanita itu mengerjap. setelah merasakan ledakan gairah panas yang menjalar di pusat intinya.Sama halnya dengan Bella, Lucas pun menarik resletingnya setelah memakai celananya kembali. wajah mereka sampai berkeringat, meskipun berada di ruangan kecil yang lembab.Lucas meraih wajah Bella, mengelus sambil menyunggingkan senyum kemudian berkata, "Kau menyukainya?"Bella membisu, ia membalas tatapan Lucas dengan sorot mata redup. hanya sebuah senyuman-lah yang Bella lemparkan. menurut Bella ini semua terlalu indah untuk di ungkapkan dengan kata-kata. Namun, meskipun begitu. Bella rasa Lucas pun mengerti tentang arti senyuman penuh kepuasan yang Bella tunjukan.Lucas meraih tisu yang berada tepat di sebelah tubuh Bella. pria itu mengambilnya beberapa helai kemudian berjongkok di
Tak tanggung-tanggung, Bella memanfaatkan sandiwaranya untuk terus mempermainkan Lisa. dengan menggunakan alasan kaki yang terkilir, Bella membiarkan Lisa menyiapkan segalanya. mulai dari manyiapkan piring sampai membuat minuman."Kenapa hanya air tawar?" dengus Bella menawar."Jika menginginkan hal lain, kau buat saja sendiri!" sahut Lisa kesal. Bagaimana tidak? sedari tadi Bella hanya duduk saja dan membuat Lisa yang terus bekerja."Sudah, jangan terus-terusan berdebat." Lucas menghembuskan nafas panjang, melirik kearah Bella kemudian bertanya. "Minuman apa yang kau inginkan Bella? biar aku yang mengambilnya.""Apa?" Lisa terperangah, "Apa aku tidak salah dengar? untuk apa kau melayaninya?""Dia kan sedang terkilir, tidak ada salahnya jika kita membantunya." tukas Lucas dengan ekspresi datar meyakinkan.Feli