"Itu Bela," ucap Rina menunjuk ke arah sang putri, begitu ia melihat Bella memasuki pintu utama.Spontan Nick melirik ke satu arah yang di tuju oleh Rina. Pria paruh baya itu mengekor di belakang tubuh sang istri, menghampiri Bella."Sayang, kau dari mana saja? Ayahmu hampir gila karena kau tiba-tiba saja menghilang di area golf."Bella tersenyum kecut, ekpresi wajahnya tampak lesuh. tanpa menjawab, Bella melewati mereka begitu saja."Bella, apa kau baik-baik saja?" tanya Nick, saat pria itu merasakan ada sesuatu yang sedang Bella sembunyikan."Mmmm," Bella menggeram, tanpa memalingkan tubuh ia langsung bergerak cepat menuju lantai atas untuk beristirahat di kamar.Satu sikap yang tak pernah kedua orang tua Bella sukai, saat gadis itu terlihat sangat begitu misterius. ini tentu bukanlah yang pertama kali. seti
"Kenapa dia belum menghubungiku? apa dia akan lari?" Bella menyusutkan tubuhnya ke lantai, di dalam kamar mandi. "Bagaimana jika Lucas meninggalkanku? bagaimana jika pria itu berbohong dan tidak ingin bertanggung jawab."Tak bisa di pungkiri, semua pikiran buruk itu terus saja menyiksa Bella. jika sebelumnya nafsu makan Bella meningkat, lain dengan hari ini. ia tak ingin memasukan apapun ke dalam mulutnya. jangankan untuk makan, mencium aromanya saja sudah membuat Bella serasa teraniaya.Bella menunduk, ia mengelus perutnya yang masih terlihat rata. sambil menunggu kabar dari Lucas, gadis itu hanya mampu menangis meskipun kini air matanya sangat sulit untuk ia keluarkan."Lucas, kau sedang apa? kenapa tidak menghubungiku?" lirih Bella tak berdaya.Di lantai dasar, makan malam sudah Rina siapkan. Nick sendiri nampak asik mencicipi hidangan panas yang baru saja sang is
"Cukup, hentikan." ucap Nick, ia mencoba menenangkan Rina dengan menjauhkannya dari sang buah hati.Nafas Rina tersenggal, ia menepis tangan Nick kemudian mengerjap. berulang kali Rina memejamkan matanya, berharap jika semua ini tidaklah nyata. Namun, tangisan dan kekecewaannya berhasil menampar Rina jika Bella kini benar-benar sudah membuat di aib di keluarganya."Kenapa kau terus membelanya? ini semua salahmu. kau terus saja membela anak itu! kau sangat membebaskannya dan tak pernah mendengarkan ku." Rina menjatuhkan tubuhnya ke lantai, wanita itu menangis sejadi-jadinya."Mau bagaimana lagi? ini semua sudah terjadi.""Jika saja saat itu kau mendengarkan ku, mungkin semua ini tidak akan pernah terjadi. saat Bella memutuskan untuk membeli apartemen, kau bahkan mendukungnya dengan alasan itu semua adalah hasil kerja kerasnya. jika sudah begini, kau bisa apa? dimana k
Bahkan dalam keadaan tak sadarkan diri saja Bella masih menangis. Lucas mencoba menyadarkan gadis itu. Ia mengelus wajah Bella sambil sesekali menepuknya pelan."Bella, Aku disini, Bella. Sadarlah Bella."Apa maksud dari semua ini? kenapa Lucas begitu perhatian? Kecemasan dan kekhawatiran Lucas yang menonjol justru membuat Rina dan Nick heran. apa hubungannya dengan Bella sebenarnya? kekasih? malah sampai detik ini mereka masih menganggap jika kekasih dari Bella adalah Felix. karena beberapa waktu sebelumnya Felix masih menghubungi Nick maupun Rina untuk mendapatkan simpatik Bella kembali."Ambilkan aku air, cepat." titah Lucas pada pelayan."Ada Lucas yang menjaganya, sebaiknya kita bicarakan masalah ini sekarang." ajak Nick yang langsung di balas dengan sebuah anggukan oleh Glen dan juga Farah istrinya.Ingin rasanya Rina kembali mengin
Lucas mengerjap, ia tersentak sadar begitu teringat jika semalam ia belum pulang. Lucas cukup lelah, semalaman penuh Bella meminta Lucas untuk terus berada di sampingnya. permintaan Bella pun Lucas iyakan, sampai Lucas sendiri tak sadar kapan matanya terpejam."Bella..." Lucas langsung membangunkan Bella dengan ekspresi cemas, ia menggoyangkan bahu Bella perlahan hingga membuat gadis tersebut menggerakkan tubuh seraya membuka matanya perlahan."Emmm... Ada apa?" lirih Bella sambil mengumpulkan tingkat kesadarannya."Ini sudah pagi, Ayah dan Ibuku pasti sudah kembali.""Hah?" Bella tersentak, gadis itu langsung terduduk di sisi ranjang dengan ekspresi wajah penuh kekhawatiran. "La... lalu bagaimana?""A... antar aku ke bawah, aku... aku... sejujurnya aku takut bertemu dengan Ayahmu tanpa di dampingi orang tuaku."
"Euuu... sebenarnya aku..." Bella mengalihkan tatapannya kearah Lucas, wajahnya memucat seolah takut jika pria itu akan mengatakan ide bodoh yang dirinya usulkan."Lalu bagaimana dengan Felix? apa dia tahu ini? atau dia tidak tahu sama sekali karena kalian berdua sudah bermain gila di belakangnya?""Tidak, tidak seperti itu." Lucas mengibaskan tangannya, ekspresi kecemasannya sangat jelas terbaca.Apa mereka akan mengerti jika Bella jujur? sejatinya yang menawarkan diri untuk tidur bersama adalah Bella. meskipun Lucas sudah bertanggung jawab, tetap saja Bella akan malu jika harus mengakuinya."Ini semua salahku, aku yang memaksa Lucas. Mama dan Papa jangan terus menyudutkannya, aku mengaku salah. tapi aku sama sekali tidak menyesal, karena ku rasa Lucas adalah pria yang tepat."Deg... Lucas tertegun, perlahan ia mengalihkan sorot matanya
Bella memang terlihat biasa saja. Namun, aksinya mampu membuat Lucas hingga detik ini tak percaya. ciuman? ungkapan cinta? haruskah pria itu bahas kembali, setelah kini mereka benar-benar sedang berdua."Baik, di sini saja." Bella melirik kearah studio butik miliknya, "Karena kau harus ke kantor, sebaiknya kau pulang saja. setelah itu jangan lupa menjemput ku." ujar Bella santai, sambil melepaskan seatbelt yang masih terpasang."Kau akan pergi begitu saja?" tanya Lucas datar, penuh harapan."Tentu saja tidak," Bella meraih wajah Lucas, mengelus pipi halusnya dengan senyum cantik yang tercipta."Kau tidak ingin mengatakan apapun setelah apa yang kau lakukan kepadaku, di hadapan orang tuamu?"Bella memutar bola matanya dengan sorot heran. dahinya mengerut memperdalam tatapan, "Apa?" tanyanya bingung."Soal..."
"Aish, si*alann!!" Bella mengumpat, gadis itu sama sekali tak bisa melupakan kejadian yang baru saja ia lakukan.Hidung Bella sampai mimisan, begitu tak sengaja tertonjok Lisa yang terus meronta meminta untuk di lepaskan. Sebelah pipi Bella merona, satu tamparan keras dari Lisa berhasil meninggalkan jejak di wajah cantiknya."Apa ini?" Rendi menyeka pipi Bella perlahan dengan es, sambil mencecarnya. "Katakan padaku, apa yang terjadi padamu dan juga Felix? kenapa aku tidak tahu?""Apa lagi yang harus aku katakan? kau sudah mendengarnya sendiri tadi." cetus Bella, dengan ekspresi wajah sebal.Rendi terperangah, membulatkan matanya. "Astaga, jadi itu semua benar? kau dan Felix sudah berakhir?""Ya! aku bahkan berniat untuk mengembalikan seluruh barang yang sudah ia berikan!"Bisa di katakan, Rendi adalah saksi sa