Regan sudah bisa menebak itu. Sarah tidak mungkin melakukan sesuatu tanpa maksud di dalamnya. Tapi ya sudahlah, toh wanita itu akan kembali ke Amerika hari ini.
"Apa yang Mama inginkan?"
Sarah tersenyum lebar dengan memajukan dirinya. "Antar Mama ke Bandara."
Jawaban apa, itu? Dia kira Sarah akan memintanya menikahi Amanda atau mengajak gadis itu kencan, atau sederet permintaan aneh lainnya.
Tapi ternyata, itu hanya permintaan remeh bagi Regan. Padahal, Fanya sudah mempersiapkan hatinya tadi. Tapi setelah mendengar jawaban Sarah, wanita itu menghela napas lega.
"Mama," panggil Fanya. "Kenapa untuk mengantar Mama ke bandara saja Mama harus meminta, Regan pasti akan melakukannya."
"Anya benar Ma, aku sudah berencana menyuruh Kaisar untuk ke kantor terlebih dulu karena aku akan mengantar Mama."
Kenapa hanya untuk meminta mengantar ke bandara saja harus ada drama? Padahal Sarah selalu mengambil keputusan sepi
Regan baru sadar saat ia melihat tubuhnya pun hanya terbalut selimut. Seperti batu besar, yang menghantam kepalanya dengan keras.Dia mengumpati dirinya sendiri yang begitu bodoh masuk perangkap. "Argghh ...!" teriaknya dengan menjambak rambut."Lepas brengsek! Kamu tidak berhak ikut campur! Regan yang menginginkan ini!"PLAKKTamparan kedua kembali melayang. Percayalah, Kaisar sangat menyeramkan saat ini. Dia menarik lengan Manda dengan kasar, dan menghempaskannya di depan kamar.Tubuh Manda seperti tidak berharga lagi. Kaisar menatapnya dengan jijik. "Kamu akan membayar atas apa yang kamu lakukan!" teriak Manda. Wanita itu masuk ke kamar lain dan memakai bathdrobe untuk menutupi tubuhnya.Bersamaan dengan itu, Regan keluar setelah ia memakai pakaiannya kembali. Langkahnya penuh amarah, dengan meneriaki nama Manda.Kedua tangannya mengepal, dan langsung mendorong tubuh wanita itu dengan kasar
Sepertinya Amanda memang bermain api sekarang. Saat Regan tertidur, dia sengaja mengambil foto sekaligus menyimpan hasil rekaman permainan panas mereka.Dan sekarang, Regan tidak bisa berpikir lagi. Niatnya hanya satu, menghabisi Manda.Kaisar memasang badan, menghalangi Regan saat ia akan keluar dari ruangan. "Tidak, saya tidak akan membiarkan anda pergi.""Menyingkirlah Kai! Atau aku tidak akan segan-segan menghabisimu.""Apa akal sehat anda masih tidak berfungsi? Jika anda seperti ini, anda akan menghancurkan diri anda sendiri, Tuan! Manda seorang publik figur. Salah melangkah sedikit saja, video anda akan tersebar luas."Regan mencekram kerah jas Kaisar dengan berteriak, "Lalu aku harus apa, hah? Katakan! Diam dan melihat dia menyebarkan semua itu, iya?" "Anda sudah terjebak, tidak ada pilihan selain diam.""Jadi kamu juga menghancurkan aku?!""Tidak. Anda yang sudah mengahancurkan diri
Regan benar menuruti perkataan Manda. Pukul tujuh ini, dia sudah berada di Cafe Lazious bersama dengan Kaisar. Tapi Manda juga belum terlihat. Seperti sengaja membuat dia menunggu.Regan semakin kesal. Dia hanya ingin ini segera berakhir, itu saja. Sampai di menit ke empat puluh lima, Amanda muncul seolah tidak berdosa. Berjalan berlenggak-lenggok, dengan memakai gaun merah selutut."Selama malam Sayang," sapa Manda dengan mendekat ke mejanya. Niat ingin mencium pipi, justru Kaisar sudah terlebih dulu menjauhkan tubuh Manda dengan kasar. Sepertinya pria itu punya dendam kesumat dengan Manda.Manda berdecak, dan menyeret kursi yang berada di depan Regan. Terlihat sekali tatapan Regan yang jijik memandangnya."Kalian belum pesan makanan? Aku yang pesan, ya?"Kali ini Manda sengaja mempermainkan Regan. Pria yang sudah geram sejak tadi pun memajukan dirinya dengan memelotiti Manda. "Jangan membuang waktuku. Cepat katakan apa yang kamu
Fanya kesal sekali dengan Regan. Dia heran, kenapa Regan tiba-tiba mengusik ponselnya. Padahal selama ini tidak ada masalah dengan itu. Dia mencebik, dan kembali masuk ke kamar.Regan benar membuktikan perkataannya. Dia menyuruh Akbar menyimpan ponsel milik Fanya dengan catatan agar dia tidak sampai memberikan ponsel itu tanpa seizin darinya."Jangan pura-pura tidur, kamu tidak bisa tidur jika tanpa aku, 'kan?""Kata siapa? Aku bisa tidur tanpamu. Jangan mendekat! Atau aku akan menendangmu nanti.""Kita lihat saja."Regan masih sibuk dengan menghabiskan makan malamnya. Dan Fanya sibuk melirik Regan berulang kali. Sepertinya Fanya memang tidak sadar saat ia mengatakannya tadi.Sekarang, itu dimanfaatkan oleh Regan agar Fanya mengatakan sendiri kalau dia membutuhkannya. Dia sengaja mengulur-ulur waktu makannya seolah tengah menikmati hidangan terbaik sedunia.Jengkel karena Regan tidak selesai juga, F
Benar saja, Fanya belum juga membuka mata. Sampai Regan menyelesaikan mandinya pun, wanita itu tetap dengan posisi yang sama. Regan memandangi tubuh Fanya yang masing menggulung. Dia pun dengan sengaja mendekatkan kepalanya yang masih meneteskan air dari sisa mandi. Dan tetesan itu jatuh tepat di mata Fanya yang masih lengket. Dia pun mengerjap, dan mengusap matanya. Wajah Regan, terlihat samar sebelum akhirnya terpampang jelas. "Kamu sudah mandi?" "Tentu saja. Aku lihat matamu masih lengket, jadi aku membantumu membukanya." "Cih, memang kamu berniat membangunkan aku, 'kan?" "Tentu saja. Aku juga ingin mendapat morning kiss dari mu." "Jangan mengada-ngada, pakai bajumu sana!" Fanya membalikkan tubuhnya, merangkul semua bantal dan guling dengan menggesekkan wajah. Terasa begitu lembut dan sangat empuk. "Mmm ... nyamannya! Apa kamu yang menata semua ini?" "Tentu saja. Aku tidak bisa bergerak samp
Fanya bukan hanya sekedar malu, tapi dia juga sangat kesal dengan apa yang Regan lakukan. Bisa-bisanya dia melakukan itu di depan banyak orang tanpa merasa terganggu sedikit pun.Bagaimana bisa dia tidak memikirkan pendapat orang tentangnya?Dia sudah tidak habis pikir lagi dengan apa yang dilakukan Regan. Fanya menyandarkan tubuhnya di jok belakang dengan menghela napas panjang.Lebih baik tidak memikirkan itu lagi sebelum dia sendiri yang akan menjadi senewen nanti."Jihan, apa kamu sudah menikah?" tanya Fanya tiba-tiba. Kepalanya masih berat, jadi dia tetap bersandar dengan mata yang terpejam."Belum Nona. Saya belum ada rencana buat menikah.""Belum ada rencana karena belum menemukan yang pas. Begitu, 'kan?""Bisa jadi." Jihan pun tertawa kecil dengan jawabannya sendiri. Jangankan memilih yang pas untuknya, pacar saja dia tidak punya."Kamu umur berapa?""Saya dua puluh
Ternyata Rendi pun tidak berhenti sekali dua kali. Entah bagaimana bisa lelaki itu tahu kalau hari ini Fanya datang ke salon. Saat melihat mobil Fanya yang terparkir di depan salon, wajahnya berubah sumringah.Langkahnya pasti dan masuk ke dalam salon itu begitu saja. Dia mendekat ke arah Mira dan bertanya, "Di mana Anya?""Di dalam ruangannya. Tapi dia gak mau-"Rendi sudah tidak sabar lagi menemui Fanya. Sampai dia tidak mendengarkan apa yang akan dikatakan oleh Mira. Saat Rendi masuk lebih dalam lagi, sudah ada seorang wanita yang berdiri di depan ruangan Fanya.Jihan tidak pernah beranjak dari sana jika Fanya pun tidak keluar dari ruangannya. Saat melihat kedatangan Rendi, wanita itu bergerak dengan cepat dan menghadang langkahnya."Maaf Pak, anda tidak diperkenankan menemui Nona Muda.""Siapa kamu?""Saya adalah pengawal Nona Muda mulai hari ini. Dan saya diperintahkan untuk menjauhkan anda dari Nona Muda.
Fanya tidak mengerti, semua orang di rumah Regan nampak sibuk hari ini. Memang setiap hari sibuk, tapi tidak berlebihan seperti ini.Apa lagi Kaisar, yang datang terlampau pagi. Dia hanya berdiri di tengah-tengah, memandangi semua pelayan Regan yang kesibukannya melebihi pejabat negara."Kalian ini kenapa, sih? Kayaknya pada sibuk banget."Akbar tau, Regan pasti belum memberitahu Fanya tentang jadwal hari ini. Dia pun mendekat ke arah Fanya dengan menyeret kursi di sebelahnya, "Nona, dari pada Nona hanya berdiri di sini sejak tadi, mending anda duduk di sini.""Kalian semua ini kenapa, sih?""Nanti anda pasti tau. Sekarang, apa anda mau makan sesuatu? Nanti saya siapkan."Fanya mencebik, dan naik ke lantai atas. Tidak akan ada yang memberi tahunya jika ia tidak menanyakan sendiri pada Regan. Saat ia masuk ke dalam kamar, ternyata sudah ada satu pelayan yang mengepak Baju-bajunya di dalam sana."Mbak, kenapa baj