Hilda melangkah pasti ke suatu tempat janji bersama pria lain yang menghubungi karena membutuhkan kehangatan dan sangat pas Adrian tidak berada di apartemen karena acara keluarga bersama istri tercinta. Hilda disambut oleh pembantu yang berada di rumah ini, rumah yang disewa oleh pemilik untuk memadu kasih dengan dirinya tanpa sepengetahuan istri tercintanya dan Hilda tidak pernah tinggal di sini karena sudah memiliki tempat tinggal bersama Adrian.
“Lama sekali” sindir Charly yang tampak siap karena terlihat dari penampilannya.
Charly adalah pria lain yang membutuhkan kehangatan di ranjangnya karena sang istri sudah tidak bisa memuaskan lagi dan sayangnya pernikahan mereka yang berjalan hampir dua puluh tahun tanpa anak sama sekali. Charly sudah melamar Hilda agar bisa menjadi miliknya seorang tapi selalu ditolak karena alasan hanya untuk mendapatkan keturunan, Hilda menolak tapi tidak menolak untuk menghangatkan ranjangnya dan sejauh ini sangat puas atas apa yang Hilda lakukan.
Hilda tidak menghiraukan sindiran Charly dengan melangkah ke kamar mandi membersihkan diri dan menggunakan pakaian yang bisa menarik Charly, melepaskan semua dalamannya dengan menggunakan pakaian transparan. Hilda menatap dirinya di cermin untuk memastikan penampilannya setelah yakin segera keluar dari kamar mandi melangkah ke arah Charly yang ternyata tidak ada di kamar, Hilda menghembuskan nafas pasti saat ini sedang di luar bersama orang kepercayaannya. Charly tahu jika Hilda memiliki pria lain yang selalu ada untuk dirinya setiap saat, sehingga Charly tidak pernah mengganggu jika bersama Adrian.
Persamaan mereka berdua adalah suka melakukan dengan cara keras tapi tidak terlalu parah paling hanya mengikat tangan serta kaki dan menutup mulutnya dengan kain atau plester. Hilda selalu puas melakukan itu bersama mereka berdua dan selalu tidak sabar atas apa yang akan mereka lakukan, fantasi Charly sangat luar biasa sehingga terkadang mereka bisa melakukan seharian tanpa henti.
“Ada yang ingin aku lakukan padamu” Hilda menatap Charly bingung “kita melakukan bertiga dengan teman aku.”
Hilda membelalakkan mata mendengar perkataan Charly “maksudnya?.”
Charly melangkah ke arah Hilda “kasihan dia tidak bisa mendapatkan kepuasan dari istrinya dan nasib kita sama” Hilda bingung dengan perkataan Charly “dia ingin memiliki anak kalau kamu mau menikah dengannya semua akan terasa mudah dan semua kebutuhanmu akan terpenuhi.”
Hilda tersenyum “sayang, aku saja menolak kamu yang sudah lama saling mengenal dan kamu tahu alasannya apa.”
“Pria itu lebih baik kamu tinggalkan karena tidak akan memberikan apa – apa” Charly menatap tidak suka membuat Hilda tersenyum “seharusnya kamu menikah denganku dan menjadi milikku utuh” menarik Hilda dengan mencium bibirnya lembut “kamu sengaja menggoda dengan pakaian ini?” Charly menatap Hilda dengan tatapan sayu yang menandakan bahwa telah masuk dalam pesona Hilda.
Hilda membelai wajah Charly “kamu tahu bukan kalau aku siap memuaskan dirimu” bisik Hilda dengan menggigit telinga Charly pelan membuat sang pemilik mendesah tertahan “jadi apa teman kamu ada di luar?” Hilda meremas pelan milik Charly yang sudah menegang.
“Sudah” Charly menjawab dengan desahan “apa kamu mau?.”
“Apa kamu mengijinkan?” Charly mengangguk “bagaimana jika kamu duduk terlebih dahulu dan melihat bagaimana panasnya kita di ranjang dan kamu hanya bisa bergabung jika aku memanggil.”
Charly melepaskan pelukan dengan menatap Hilda tajam “bisa jadi kita tidak melakukan apa pun?.”
Hilda tersenyum “tentu kita akan melakukan tapi setelah merasakan aku bersama teman kamu” membelai pipi Charly lembut “kalau tidak mau juga tidak masalah tapi kalau ok harus sesuai dengan apa yang aku perbuat.”
Charly terdiam lama membuat Hilda hanya diam dan menjauhkan diri dari hadapannya, Hilda tahu jika Charly tidak bisa dipaksa namun akan memberikan banyak hal pada dirinya apa pun itu. Charly bahkan membayar tiket liburan untuk Hilda saat dirinya menginginkan jalan – jalan dan tempat yang Charly tuju untuk Hilda liburan adalah Jepang dengan tidak lupa kartu kredit yang tanpa batas, Charly akan memberikan itu asal Hilda mengikuti kemauannya dan juga memuaskan dirinya sampai jatuh di ranjang dengan menikmati alam mimpi.
Charly menghembuskan nafas panjang “kapan batas waktu kamu pergi?.”
Hilda mengalihkan pandangan ke arah Charly “setidaknya besok siang sudah di tempat.”
Charly menghembuskan nafas panjang “lihat dulu orangnya jika kamu suka kita lakukan dan mintalah sesuai dengan apa yang kamu lakukan meski aku tidak rela.”
Hilda menatap tidak percaya atas apa yang dikatakan oleh Charly karena baru kali ini memberi ijin sedemikian rupa untuk bisa bersama pria lain, Hilda menebak jika pria ini lebih berkuasa dibandingkan Charly. Hilda keluar tanpa mengganti pakaian setelah memberikan ciuman singkat pada Charly sebelum keluar dari kamar, langkah Hilda terhenti ketika melihat pria yang tampak sama dengan ayah Tari seketika dari dalam dirinya ingin merasakan bagaimana kekuatan selama di ranjang. Hilda mengalihkan pandangan pada pria yang sedang membelakangi dirinya tampak tubuhnya yang tegap dan warna kulitnya yang coklat seketika bayangan bagaimana miliknya yang pasti melebihi Charly dan Adrian.
“Jadi siapa anda?” setelah bisa mengendalikan diri membuat sang pria membalikkan badan dan langsung menelan salivanya kasar melihat bagaimana sempurna sang pria “apa hubungan anda dengan Mas Charly?.”
“Andrew namaku cukup panggil itu tanpa kata depan” menatap Hilda dari atas ke bawah yang jelas menampakkan bagaimana dalam Hilda “sempurna.”
“Jadi hubungan apa diantara kalian berdua?.”
Hilda melangkah ke arah sofa untuk duduk di sana dengan menyilangkan kakinya sehingga dapat melihat betapa mulusnya kulit Hilda ditambah miliknya yang dapat dilihat langsung oleh pria dihadapannya. Hilda dapat melihat pria dihadapannya menelan salivanya kasar dan sedikit gugup seolah baru pertama kali melihat hal seperti ini, Hilda memang bukan pengalaman tapi dirinya tahu bagaimana pria yang terbiasa dengan tidak biasa dan bayangan Hilda pria ini adalah setia hingga saat ini adalah percobaan pertama dirinya melakukan ini, banyak pikiran di otak Hilda mengenai pria yang ada dihadapannya ini tapi seketika dihilangkan.
“Apa itu penting mengenai hubungan kami berdua?” setelah bisa menenangkan diri membuat Hilda tersenyum “yang penting berapa aku bisa memberi dan juga seberapa puas diriku” Hilda mengangguk “lantas apa rencanamu?.”
“Apa penting rencanaku dan bukannya kamu yang membayar jadi secara otomatis ikut apa kata dirimu.”
Andrew tersenyum “gadis licik ternyata” Hilda tampak tidak peduli atas sindiran yang di dengar “aku akan memberikan apa pun jika kamu bisa membuat puas.”
“Kepuasan seperti apa?” Hilda berdiri melangkah mendekati Andrew “aku harus memastikan terlebih dahulu seberapa memuaskan milikmu di dalamku nanti.”
Hilda membuka resleting celana Andrew dan langsung mendapatkan pemandangan yang dibuatnya terpana karena milik Andrew lebih besar dibandingkan Adrian dan juga Charly, seketika Hilda membayangkan bagaimana panasnya dan juga ketahanan Andrew saat berada di ranjang. Hilda menyentuhnya yang bahkan diameternya juga besar dibandingkan pria selama ini memasukinya, diameter ini mengingatkan Hilda pada dua pria yaitu Johan dan juga pria yang tidak ingin disebutkan namanya.
“Sementara aku menginginkan liburan ke Singapore karena ada yang ingin aku beli,” Hilda menutup kembali resleting Andrew.
“Bukan masalah besar kamu akan mendapatkan liburan dan juga semua fasilitas di sana tapi perginya bersama.”
Hilda tidak ingin langsung menanggapi perkataan Andrew dengan meninggalkan seorang diri di ruangan sedangkan dirinya melangkah ke dapur meminta kepada pelayan membuatkan makanan karena setelah ini pastinya akan mengeluarkan tenaga ekstra untuk menghadapi kedua pria ini atau mungkin hanya salah satu. Hilda belum siap jika harus bermain bertiga karena tidak memiliki pengalaman sama sekali, Hilda menatap dari dapur bagaimana bahasa tubuh dari Andrew ketika seorang diri.“Apa yang aku lakukan untuk mendapatkan itu semua?” Andrew menatap Hilda dengan bingung “apa yang harus aku lakukan untuk mendapatkan semua keinginanku?” ulang Hilda yang membuat Andrew akhirnya berdiri.“Percobaan pertama sesuai kesepakatan yaitu memberikan tiket liburan ke Singapore dengan segala fasilitas dan juga kartu kredit selama berada di sana” Hilda mengangguk paham “jika kita cocok ada hal yang aku inginkan” menatap Hilda dengan penuh pikiran “hamil anakku.”Hilda membelalakkan matanya menden
Hilda melangkah ke unit apartemennya yang bersebelahan dengan Johan, langkahnya bukan ke arah unit melainkan ke tempat Johan. Ruangan apartemen Johan lebih kecil dari miliknya dan ketika sudah berada di dalam Hilda langsung di dorong Johan ke tembok diciumnya penuh dengan gai.rah sehingga Hilda hanya bisa mengalungkan tangannya di leher Johan.Suara erangan keluar dari bibir Hilda ketika Johan mengalihkan ciumannya pada lehernya dengan tangannya berada di bukit kembar miliknya, tangan Johan lain sudah berada di depan miliknya dengan memberikan beberapa belaian di sana. Hilda membiarkan apa yang Johan lakukan hingga akhirnya Johan memasukkan miliknya ke dalam milik Hilda dengan posisi masih berada di depan pintu dan berdiri, kegiatan seperti ini sering mereka lakukan ketika tidak bisa menahan diri yang nantinya akan berakhir di ranjang milik Johan.“Kamu selalu luar biasa” Johan melepaskan penyatuan mereka setelah mencapai klimaks “apa pria itu belum datang?.”Hilda
Keadaan kampus yang ramai tidak membuat perasaan Hilda tenang karena setelah pesan yang tidak ditanggapinya, Hilda tahu siapa pengirimnya hanya saja tidak mendapatkan uang dan gaya hidupnya yang seperti ini membuat dirinya tidak tahu harus bagaimana. Alia dan Tari yang berada di dekat Hilda sedikit bertanya tentang apa yang terjadi pada dirinya tapi tidak mengeluarkan suara sama sekali entah takut dengan Hilda atau memberikan waktu padanya.“Prof gak masuk ya?” Alia memcoba mencarikan suasana menatap kedua sahabatnya di mana Tari hanya mengangkat bahu sedangkan Hilda masih terdiam “ada masalah?” menatap Hilda yang hanya diam dan tersenyum.“Absenin ya aku mau pulang gak enak badan” Hilda langsung beranjak sebelum mendapatkan jawaban dari mereka berdua.Hilda tidak tahu akan ke mana karena pastinya uang yang diminta bukan dalam jumlah kecil, uang tersebut dalam jumlah besar. Masa lalu dirinya yang tidak diketahui banyak orang t
Hilda memutuskan bersama Johan entah akan dibawa ke mana tapi dirinya yakin jika Johan tidak akan berbuat seperti Charly, meski sebenarnya bersama Charly dirinya bisa mendapatkan uang lebih tapi untuk kali ini mungkin dirinya ingin sedikit tenang. Hilda menatap sekitar di mana benar adanya Johan mengajak keluar kota yang tidak jauh dari tempat mereka, Hilda hanya terdiam sampai mereka di hotel yang Hilda yakini sebagai tempat mereka tinggal selama di sini.Johan menggenggam tangan Hilda ketika masuk ke dalam membuat berbagai pemikiran masuk di dalam kepalanya mengenai maksud dan tujuan dari Johan, menunggu kunci yang diberikan oleh pihak hotel tanpa melepaskan tautan tangan mereka. Suara seseorang memanggil nama Johan membuat mereka berdua menatap sang sumber suara, Hilda menatap Johan yang tampak tidak nyaman membuat dirinya bertanya – tanya.“Sudah move on saja kamu” memberikan tatapan meremehkan “Mela mantan istri Johan dan kamu cewek bayaran atau memang kekasihnya?”
Hilda bangun terlebih dahulu dibandingkan Johan, perlahan dirinya melepaskan tangan Johan dari pinggangnya untuk membersihkan diri. Mereka kembali ke kamar terlebih dahulu untuk memuaskan keinginan dalam diri mencari kenikmatan satu sama lain, mereka baru tidur menjelang subuh dan sekarang matahari telah terbit yang sepertinya masih bisa untuk sarapan di restoran hotel. Hilda membangunkan Johan setelah dari kamar mandi menggunakan pakaian yang berada dalam tas, memastikan Johan di kamar mandi dengan membawa pakaian yang telah disiapkan sebelumnya.Pesan yang Hilda dapatkan sedikit membuatnya terkejut karena bagaimana bisa Andrew mengetahui apa yang dilakukannya, tidak mungkin berada di antara rekan kerja Johan dan sepertinya Hilda sedikit penasaran mengenai siapa Andrew sebenarnya. Hilda menatap Johan yang keluar dari kamar mandi dengan penampilan yang lebih segar dibandingkan sebelumnya, Hilda sudah membereskan pakaiannya karena menurut Johan hari ini mereka akan kembali.
Hilda terkejut mendapati Andrew berada di sini pandangannya beralih pada Charly yang tampak tidak peduli, Andrew menggendong Hilda dengan hanya menutupi bagian atasnya. Hilda mengerutkan tangannya di leher Andrew karena takut jatuh dan saat berada di dalam mobil Andrew dengan cepat memakai jaket yang tadi menutupi bagian atasnya, Hilda menatap Andrew yang tampak tidak peduli dengan tatapannya dan akhirnya hanya bisa pasrah dengan apa yang akan dilakukan oleh Andrew saat ini.“Aku akan membayar semuanya termasuk liburan dan semua yang kamu minta.”“Tapi aku gak mau hamil anak kamu” Hilda mencoba menentang Andrew “kamu tidak bisa memaksakan aku.”“Bukankah hal pertama kamu mengalami kehamilan tanpa keluarga, jadi tidak ada masalah jika kamu hamil kembali” Hilda memandang terkejut atas apa yang dikatakan Andrew “aku tahu semua masa lalu kamu jadi tinggal kamu mengikuti keinginanku atau tidak.”“Aku akan menikah dengan dosen itu.”“Gak ada masalah kamu ting
Hilda menatap saldo rekeningnya yang tiba – tiba terdapat nominal tidak sedikit membuat dirinya menghembuskan nafas panjang, beberapa hari melayani pria membuat tubuh Hilda lelah. Perlahan Hilda membuka dompet di mana kartu yang diberikan Andrew masih tersimpan rapi yang berarti harus menyembunyikan ini dari Adrian agar tidak berpikir negatif pada dirinya, Hilda meletakkan diri di ranjang mengistirahatkan tubuhnya untuk memikirkan apa yang akan dilakukan dengan uang sebanyak ini yang akhirnya memutuskan mengirim sebagian uang ke salah satu orang yang tahu mengenai masa lalunya.Adrian bahkan tidak menghubungi Hilda sama sekali yang berarti masih sibuk dengan keluarganya di sana dan dengan begitu Hilda bisa istirahat setelah apa yang dilakukannya beberapa hari ini tanpa henti, tanpa kegiatan membuat Hilda memutuskan untuk melakukan perawatan agar lebih segar dan persiapan jika Adrian tiba – tiba datang. Hilda memutuskan untuk ke kampus dulu bertemu dengan kedua sahabatnya, lang
Hilda yang melihat pemandangan dihadapannya saat itu masih tidak mempercayai kenyataan yang ada, orang tuanya yang tampak harmonis ternyata tidak jauh berbeda dengan dirinya. Hilda memandang pemandangan kota yang ada dihadapannya, gambaran kejadian tadi masih teringat jelas bahkan bagaimana ayahnya yang sangat dia hormati melakukan dengan tantenya yang berarti adalah adik dari ibunya. Hilda berharap ibunya tidak tahu atau tahu tapi tidak peduli atau juga melakukan hal yang sama, Hilda menggelengkan kepala berkali – kali mencoba meyakinkan itu semua hanya bayangan tidak lebih.Melihat kejadian itu membuat Hilda langsung memutuskan kembali ke apartemen tanpa sepengetahuan orang lain atau mungkin pekerja di sana sudah mengetahui apa yang Hilda lakukan, tapi sekali lagi Hilda tidak peduli dengan semua itu. Hilda menghembuskan nafas panjang sebelum akhirnya memegang ponsel yang daritadi nama Adrian muncul yang menandakan bahwa sudah tidak bersama istri pertamanya, Hilda mengangkat